Contact Us - Privacy Policy - Disclaimer - Terms of Service - About

Pengertian Na"at dan Man"ut dalam Ilmu Nahwu (النَعْتُ وَ المَنْعُوْتُ)

Pengertian Na"at dan Man"ut dalam Ilmu Nahwu (النَعْتُ وَ المَنْعُوْتُ)



Dalam bahasa Indonesia kata sifat biasanya cukup diberi tambahan 'yang', contoh; 'Siswa yang pintar', berbeda dengan Bahasa Arab, kata sifat harus mengikuti aturan tertentu, tidak hanya diikuti oleh kata sifat saja tapi juga harus mengikuti aturan tata bahasa Arab yang benar (secara Nahwu dan Sharaf), berikut ini penjelasan kata sifat (Na'at) dalam bahasa Arab.

1. Pengertian Na'at dan Man'ut

Na'at (bisa juga disebut kata sifat) ialah sesuatu yang disebutkan setelah isim (kata benda) untuk
menjelaskan gambaran keadaan atau keadaan yang berhubungan dengan isim tersebut. Adapun Man'ut adalah isim yang disifati.
Contoh dalam bahasa Indonesia;

"Seorang siswa yang rajin telah datang"

Kata Seorang siswa adalah Man'ut atau yang disifati.
Sedangkan kata yang rajin adalah kata sifatnya atau Na'at.

Mari langsung kita liat contohnya dalam bahasa Arab:

جَاءَ التِلْمِيْدُ المُجْتَهِدُ   "Seorang siswa yang rajin telah datang"

Kata التِلْمِيْدُ adalah merupakan Man'ut (yang disifati), sedangkan  المُجْتَهِدُ adalah Na'at nya atau yang menyifati.


2. Hukum Na'at dan Man'ut
Dalam bahasa Arab semua tata bahasa ada aturannya, balegitu juga dengan pembahasan na’at dan man’ut yang kita bahas di atas. Keduanya adalah sama seperti kembaran atau sepasang kata  yang harus sama dalam empat hal, yaitu:
a. status i’rabnya. Misalnya:
 رأيت الأمِيْرَ العادلَ  'saya melihat seorang pemimpin yang adil itu'
Antara Na'at dan Man'ut sama-sama manshub (dibaca nashob dengan tanda nashob fathah).
 ذهبتُ إلَى المَسْجِدِ الكَبِيْرِ  'saya pergi ke masjid yang besar itu'
 Keduanya juga sama-sama majrur (dibaca her dengan tanda jer kasroh, karena ada huruf jer sebelumnya)

b. gendernya (mudzakkar-mu'annats atau laki-laki-perempuan). Misalnya :
حضر الطالب الناجح 'seorang siswa yang rajin itu telah hadir'
Kata الطالب adalah mudzakkar (isim yang menunjukan arti laki laki) begitu juga dengan Na'at nya keduanya sama-sama mudzakkar
 حضرت الطالبة الناجحة 'seorang siswi yang rajin itu telah hadir'
Antara Na'at dan Man'ut  di atas juga sama-sama mu'annats (isim yang menunjukan arti perempuan).

c. 'adadnya (jumlahnya) baik isim mufrad (satu), isim mutsanna (dua) dan jamak (plural/banyak). Contohnya :
جاء الطالب الناجح sama-sama mufrad (berarti satu)
جاء الطالبان الناجحان sama-sama bentuk dua (mutsanna) yaitu 'dua siswa yang rajin'
 جاء الطلاب الناجحون sama-sama berbentuk jamak. Yaitu 'para siswa yang rajin'.

d. makrifat dan nakirahnya (Umum dan Khusus), Misalnya :
جاء طالبٌ ناجحٌ 'seseorang siswa yang rajin telah tiba'
sama-sama nakirah (ditandai dengan dibaca tanwin) maka keduanya menunjukan arti yang masih umum.
 جاء الطالبُ الناجحُ 'siswa yang rajin itu sudah datang'
sama-sama makrifah (menunjukan arti khusus)

3. Bentuk Na'at
Selain itu na’at ditinjau dari bentuknya juga terbagi menjadi tiga, yaitu na'at mufrad (berbentuk satu)jumlah (berbentuk kalimat) dan syibh al-jumlah (berbentuk menyerupai kalimat)
Contoh dari na’at mufrad yaitu:
 الأسد حيوانٌ مفترسٌ (singa adalah hewan yang buas).
Kata مفترسٌ adalah Na'at mufrad karena hanya terdiri dari satu kata saja.

Adapun syarat na’at jumlah dan syibhul-jumlah adalah man’utnya (yang disifatinya) harus berupa nakirah (isim yang menunjukan arti umum).
Contohnya:
الأسد حيوانٌ يفترس 
'singa adalah hewan yang bersifat buas'
Kata يفترس adalah Na'at yang berupa fi'il mudhore (fi'il yang menunjukan arti sedang atau akan), yang otomatis dia adalah sebuah kalimat karena fi'il didalamnya sudah ada kata kerja (predikat) dan juga subjek.

 القاهرة مدينة شوارعها واسعة
'Qoiro adalah sebuah kota yang jalanannya luas'
Contoh kedua di atas sudah cukup jelas ya, karena yang digaris bawahi di atas adalah Na'at jumlah (Na'at yang berupa kalimat).

Adapun contoh dari na’at syibhul-jumlah adalah: 
 أبصرتُ طفلاً عند بكائه
'saya melihat seorang balita ketika ia sedang menangis'
Kata عند بكائه adalah merupakan Syibhul-jumlah atau yang menyerupai kalimat, karena ia sebenarnya adalah rangkaian kata penjelas yang tidak memiliki susunan predikat dan subjek yang tidak utuh.

Apakah anda tahu perbedaan kedua kalimat di bawah ini?
1- (nakirah) جاء أستاذٌ يفرح
2- (makrifah) جاء الأستاذُ يفرح
Perbedaannya adalah: 
Kalimat yang pertama memiliki arti “guru yang bergembira telah datang” dan kalimat kedua berarti “guru itu datang dengan gembira”. Sudah jelas bukan perbedaan diantara keduanya?
Kalimat yang pertama, pada kalimat يفرح (yafrah) menjadi na’at atau sifat seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya, karena diawali dengan kata-kata yang nakirah (bermakna umum) yaitu أستاذٌ
Sedangkan yafrah pada kalimat terakhir menjadi khal (حال) atau menerangkan tentang keadaan guru tersebut ketika datang. karena diawali dengan kata-kata yang makrifah (bermakna khusus) yaitu الأستاذُ (tanda makrifatnya adalah terdapat Alif dan lam di awal kata).
Kalau masih bingung, silahkan dirasa-rasa saja perbedaannya dari terjemahannya.

Itulah tadi sedikit pembahasan tentang na’at dan man’ut. Terima kasih telah membaca, semoga dapat bermanfaat. Jika ada pertanyaan atau tambahan silahkan bisa di kolom komentar.



3 comments:

  1. Tujuan na'at dan man'ut dalam ilmu nahwu beserta contohnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. jumhurul 'ulama Nahwu berpandangan bahwa tujuan adanya Na'at ialah untuk menjadi pembeda, penjelas, dan penguat man’ut agar lebih mudah ketika dibedakan dari Isim-isim lainya.
      Wa Allahu 'Alam
      Terimakasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat. :)

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete