Pengertian, Pembagian dan Macam-macam Mashdar ( المصدر) dalam Ilmu Nahwu.
A. PENGERTIAN MASHDAR
pengertian masdar menurut keterangan ilmu nahwu ialah :
الاِسْمُ المَنْصُوْبُ اللَّذِى يَجِيْئُ ثَالِثًا فِى تَصْرِيْفِ الفِعْلِ
Artinya : Isim manshub (ber-i’rab Nashab) yang dalam tashrif-an fi’ilnya jatuh pada urutan ketiga.
Untuk memahami masdar ini sebenarnya gampang saja, masing-masing lafadz yang jatuh pada tashrif-an fiilnya itu berada di posisi ketiga maka ia dinamakan masdar. Hanya saja, untuk memahami urutan posisi tashrif-an itu kita mesti memahami terlebih dahulu tashrif-an atau derivasi dari suatu kata. Perlu diketahui bahwa masdar ini disebut juga dengan maf’ul mutlak.
Contoh :
ضَرَبَ – يَضْرِبُ – ضَرْبًا
Maka yang menjadi contohnya ialah lafadz ضَرْبًا
lihat berbagai macam contoh tashrifan di sini dan download kitab tashrifannya GRATIS!
B. PEMBAGIAN MASHDAR
Masdar terbagi menjadi dua bagian, yakni :
1 Masdar lafzhi
Masdar lafzhi merupakan masdar yang sama persis dengan lafadz fi’ilnya. Contoh : قَتَلْتُهُ قَتْلًا
contoh di atas masdar lafzhi-nya yaitu lafadz قَتْلًا sebab ia mirip sekali huruf-hurufnya dengan lafadz fi’ilnya yakni lafadz قَتَلَ.
2 Masdar Ma’nawi
Masdar ma’nawi merupakan masdar yang menyamai fi’ilnya dalam hal artinya saja akan tetapi lafadznya beda. Contoh : جَلَسْتُ قُعُوْدًا
contoh di atas, masdar ma’nawinya yaitu lafadz قُعُوْدًا dimana lafadz ini arti/terjemahannya sama dengan lafadz جَلَسَ.
C. Macam-macam Mashdar
Kalimat masdar tidak sedikit sekali ada dalam kalam Arabiya. Masdar-masdar tersebut juga tidak sedikit macamnya dengan kandungan arti yang pelbagai dan berbeda. Macam-macam masdar tersebut adalah:
1. Mashdar al-Ashli
Masdar Ashli yaitu mashdar yang masih murni yang tidak ada arti tambahan, tidak diawali dengan huruf “mim” ziyadah dan tidak terdapat huruf “ya” betasydid serta ta marbuthah di akhir kata.
Contoh:
ضَرْبًا + فَتْحًا
(Pukulan + buka)
2. Masdar al-Mimi
Masdar yang dimulai dengan “mim” ziyadah,
Wazannya dari fi’il tsulasi yaitu
مَفْعَل dan مَفْعِل
Contoh:
مَضرَب dan مَوْعِد
(Janji dan pukulan)
ada pula yang Wazannya dari fi’il yang lebih dari tiga huruf yaitu sama dengan wazan isem maf’ulnya, maka mengikuti wazan مُفْتَعَلٌ.
Contoh :
مُرْتَقَب
(intip)
3. Masdar al-Marrah
Masdar yang diciptakan untuk mengindikasikan berapa kali terjadinya perbuatan.
Wazannya terbentuk dari tsulasi yaitu
فَعْلَة
Contoh:
ضَرْبَة
(satu kali pukul)
ada pula yang Wazannya dari fi’il yang lebih dari tiga huruf yaitu dengan ditambahkan “ta” marbuthah dari masdar Ashli.
Contoh:
اِنْطِلاَقَة
(satu kali pergi)
4. Masdar al-Hai’ah
Masdar yang diciptakan untuk mengindikasikan bagaimana format dan teknik terjadinya perbuatan.
mengikuti Wazan tsulasinya yaitu
فِعْلة
Contoh:
مِشْيَة
(cara berjalan)
mashdar hai'ah hanya terdapat pada wazan tsulasi saja dan tidak ada di selain tsulasi.
5. Masdar as-Shina’i
Masdar shina’I ialah masdar yang diciptakan dari kalimat apa saja dengan menambahkan “ya” bertasydid dan “ta” marbuthat diakhirnya.
Contoh:
الإِنسانية
(kemanusiaan)
Demikian pengertian masdar menyeluruh dengan misalnya dalam bahasa arab dan penjelasannya. Semoga bermanfaat.
Sejarah Penulisan Bahasa Arab Sebelum dan Sesudah Datangnya Islam.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Arab dahulunya ialah bangsa yang Ummy (buta huruf) yakni tidak dapat menulis dan menghitung. Sebagaimana yang sudah di sampaikan di dalam al-Qura’n :
Artinya : “Dia-lah yang mengutus untuk kaum yang buta huruf seorang Rasul salah satu mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya untuk mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al Jumuah : 2 )
Hal laksana itu, tidak berarti anda memukul rata bahwa seluruh orang tidak dapat membaca dan menulis, namun di situ ada sejumlah orang dari kalangan kaum Quraisy yang belajar tulis- mencatat sebelum datangnya Islam. Hal ini seolah-olah menjadi suatu tanda-tanda ( Irhashot ) bakal datang Nabi akhir zaman. Untuk menulis dan membukukan wahyu yang turun untuk Rasulullah Sallahu ‘Alahi wa Sallam. Sebab penulisan ialah salah satu media sangat penting untuk mengawal otentitas sebuah buku suci.
Penduduk kota Makkah mempelajari tulis mencatat dari Harb bin Umayyah bin Abdu Asy Syams. Akan namun disana terdapat perbedaan, Harb bin Umayyah belajar dari siapa ? maka ada sejumlah riwayat yang melafalkan mata rantai orang yang kesatu kali mempelajari tulis-menulis dikalangan warga Makkah.
Diantara riwayat ini ialah riwayat Abu Amr Ad Dani, ia melafalkan bahwa ia mempalajri tulis mencatat dari Abdullah bin Jad’an. Dari sini, Ziyad bin An’am pernah bertanya untuk Ibnu Abbas : “Aku pernah bertanya untuk Ibnu Abbas : Wahai Kaum Quraisy, apakah kalian dahulu pada masa jahiliyah mencatat dengan format tulisan arab laksana ini ? Kalian menggabung artikel dan memisahnya, secara huruf hijaiyah dengan Alif, laam dan mim, begitu pula secara format ? Ibnu Abbas membalas ” Iya, aku bertanya lagi :”Siapa orang yang mengajari kalian ? Harb bin Umayyah. Aku bertanya :”Siapakah orang yang mengajari Harb bin Umayyah ? ia membalas :”Abdullah bin Jad’an. Aku bertanya :”Siapakah orang yang mengajari Abdullah bin Jad’an ? Penduduk Anbar Aku bertanya :”Siapakah orang yang mengajari warga Anbar ? Ia membalas : Orang yang tak di duga dating dari warga Yaman. Aku bertanya : “Siapakah yang mengajari mereka ? Ia membalas : al Khaljan bin Al Muham, ia ialah seorang pengarang Hud, Nabi Allah Azza wa Jalla.
Adapun warga kota Madinah, salah satu mereka terdapat ahlul kitab dari kalangan orang Yahudi. Tatkala Rasululah saw menginjakkan kaki di kota madinah, di sana ada orang-orang yahmdi yang mengajari anak-anakanya belajar tulis-menulis. Di sana ada sejumlah orang yang menekuni bidang tulis-menulis, salah satu mereka ialah Mundzir bin Amr, Ubay bin Wahb, Amr bin Said dan Zaid bin Tsabit yang menemukan mandat dari Rasulllah saw guna mempelajari tulis-menulis dari orang-orang Yahudi.
2. Penulisan sesudah datangnya Islam
Agama Islam juga mulai bercahaya dari penjuru kota Makkah, ia datang guna menghapus ketidaktahuan yang sedang melanda di bumi Arab saat itu. Kebobrokan akhlak, dan ketidaktahuan ilmu, seolah-olah menjadi satu mata rantai yang tidak terlepas. Islam datang guna menghapus tersebut semua. Jika kamu masih ragu, bukankah Allah Ta’ala menurunkan ayat kesatu kalinya untuk diri Rasulullah Sallahu ‘Alahi wa Sallam dengan Firman-Nya :
Artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan insan dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang melatih (manusia) dengan perantaran Qalam[3], 5. Dia mengajar untuk manusia apa yang tidak diketahuinya. ( QS Al ‘Alaq : 1-5 )
Bahkan ada suatu ayat yang menyatakan bahwa Allah Ta’ala bersumpah dengan Qalam ( pena ), Ia berfirman :
Artinya : 1. Nun, demi qalam ( pena ) dan apa yang mereka tulis, 2. Berkat nikmat Tuhanmu, anda (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. ( QS: Al Qalam : 1-2 )
Di dalam ayat di atas dengan jelas bakal agungnya nilai suatu tulisan dan ciri khas yang dikandungnya.
Apabila anda membalik lembaran sejarah Nabi anda akan menyaksikan sebuah peristiwa yang estetis dan mengherankan sekali di zaman terjadinya persitiwa tersebut. Dan zaman sesudahnya, hingga zaman anda sekarang, yaitu peristiwa tawanan perang badar, Rasulullah saw meminta untuk tawanan musyrik yang mengharapkan tebusan dirinya dari tawanan dengan mengajari 10 orang muslim untuk menyimak dan menulis!…hal ini sangat mengherankan sekali…khususnya di zaman tersebut yang berkembang pesat buta huruf.
namun membaca, mencatat dan belajar ialah kebutuhan pokok masing-masing umat yang mengharapkan kebangkitan dan peradaban pessat.
Jika anda melihat situasi kaum muslimin pada masa perang Badar anda dapati mereka sangat memerlukan harta. Dan butuh untuk mengawal tawanan bertarget untuk mengurangi quraisy atau menjaganya supaya digunakan sebagai pertukaran tawanan andai ada muslim yang ditawan oleh mereka. Akan namun Rasulullah saw memikirkan mengenai apa yang terpenting dari tersebut semua, yakni mengajari orang muslim membaca…ini ialah point urgen dalam gagasan Rasulullah saw yaitu membina umat Islam sebagai bangunan yang kokoh….hingga kawan yang dapat membaca menawarkan untuk sahabat yang lain guna mengajari mereka…lihatlah untuk Zaid Bin Tsabit RA-yang tidak sedikit memberikan peranan penting untuk sahabat lainnya dan ia nyaris selalu dekat dengan Rasulullah saw sebab ia tekun menyimak dan menulis…hingga pada kesudahannya ia menjadi seorang pengarang Wahyu, pengarang surat dan penerjemah bahasa Suryaniyah dan Ibrani sebenarnya ketika tersebut ia melulu berumur 13 tahun …
Dan kita tahu Abu Hurairah Ra bagaimana hafalannya ? ia merupakan sahabat yang paling tidak sedikit hafal hadits Rasulullah saw, anda lihat apa yang disebutkan tentang dirinya sebagaimana yang terdapat di Bukhari:
“Tidak terdapat seorang juga dari kawan nabi yang paling tidak sedikit hafalannya kecuali aku”.
Walaupun demikian tinggi derajat ini, akan namun beliau menempatkan Abdullah bin Amr bin Ash RA diatas derajat beliau, kenapa ?sebab Abdullah bin Amr bin ash dapat membaca dan menulis….Abu Hurairah RA berbicara : “kecuali Abdullah bin Amr…sebab ia dapat menulis dan aku tidak pandai menulis”. ))
Dari sikap diatas-dan selainnya- kerinduan kepada bacaan mulai ditanamkan di hati kaum muslimin. Perpustakaan-perpustakaan Islam pada sejarah Islam tergolong perpustakaan sangat besar dan agung di dunia. Bahkan lebih agung secara mutlak selama sejumlah kurun lama. Seperti perpustakaan Baghdad, Cordoba, aspiliah, Granada, kairo, Damaskus, Tarablus, Madinah dan Quds.
Pengertian, Pembagian, dan Contoh-contoh Isim Maushul (اسم الموصول) dalam Ilmu Nahwu
A. Pengertian Isim Mausul (اسم الموصول)
Isim Maushũl (Kata Sambung) ialah Isim yang bermanfaat untuk menghubungkan sejumlah kalimat atau pokok benak menjadi satu kalimat. Maksudnya, bahwa masing-masing isim ma’rifat tersebut akan menjadi jelas bila estafet dengan kalimat sesudahnya, yang disebut Shilah. Shilah(anak kalimat) tersebut harus mempunyai dhamir yang berpulang kepada isim maushul, yang disebut a’id. Dalam bahasa Kita, biasanya Kata Sambung 'isim Mausul' ini diterjemah menjadi kata: "yang". Bentuk asal atau dasar dari Isim Maushũl merupakan : الَّذِيْ (yang).
Perhatikan misal pemakai an Isim Maushũl dalam menggabungkan dua kalimat di bawah ini:
Kalimat I جَاءَ الْمُدَرِّسُ = “Guru itu datang”.
Kalimat II اَلْمُدَرِّسُ يُعَلِّمُ اللُغَةَ العَرَبِيَّةَ = “guru tersebut mengajar Bahasa Arab”.
Kalimat III جَاءَ الْمُدَرِّسُ الَّذِيْ يُعَلِّمُ اللُغَةَ العَرَبِيَّةَ = “guru yang melatih Bahasa Arab telah datang”.
Kalimat III menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushũl: الَّذِيْ.
B. Pembagian Isim Maushũl
Dalam Bab ini Isim Maushũl terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Isim Maushũl Ismi
Isim Maushũl Ismi ialah Isim Maushũl isim yang selamanya perlu kepada Shilah dan A’id.
Contoh : جَاءَ الَذِّي قَامَ اَبُوْهُ = sudah datang seseorang yang ayahnya berdiri.
2. Isim Maushũl Harfi
Isim Maushũl Harfi ialah semua huruf yang dengan shilahnya di ta’wili dengan Masdar.
Sedangkan Isim Maushũl Harfi tersebut ada lima macam:
a. Huruf أنْ “An” dengan dibaca fathah, ini dapat masuk pada fi’il madli, fi’il mudlori’, fi’il Amar.
contoh fi’il madli = عجِبْتُ مِنْ اَنْ قَامَ زَيْدٌ “saya heran dari sudah berdirinya Zaid”.
contoh fi’il mudlori’= عجِبْتُ مِنْ اَنْ يَقُوْمَ زَيْدٌ “saya heran dari berdirinya Zaid”.
contoh fi’il Amar = اَشَرْتُ الَيْهِ بِاَنْ قُمْ “saya memberi isyarat dengan perintah berdiri”
b. Huruf أَنَّ “Anna”
contoh =
أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ
“Dan apakah tidak cukup untuk mereka sesungguhnya Kami sudah menurunkan kepadamu Al Kitab [Al Qur’an] sedang dia diucapkan kepada mereka? Sesungguhnya dalam [Al Qur’an] tersebut ada rahmat yang besar dan pelajaran untuk orang-orang yang beriman.”(Q.S. Al-Ankabũt : 51)
c. Huruf كَىْ “Kai” hanya dapat masuk pada fi’il mudlori’ saja.
contoh =
جِئْتُ لِكَىْ تُكْرِماَ زَيْداً “saya datang supaya anda menghormati atas Zaid”
d. Huruf مَا “Ma” ada yang berbentuk Masdariyah Dharfiyyah, dan ada pula yang Masdariyah Ghairu Dharfiyyah.
Contoh Masdariyah Dharfiyyah =
لَااَصْحَبُكَ ماَ دُمْتَ مُنْطَلِقاً “saya tidak dapat menemanimu selama anda pergi”
Contoh Masdariyah Ghairu Dharfiyyah =
عجِبْتُ مِماَ ضَرَبْتَ زَيْداً “saya heran mengenai pukulanmu untuk Zaid”
e. Huruf لَوْ “ Lau” huruf ini dapat masuk pada fi’il Madli dan pun fi’il Mudlori’.
Contoh fi’il Madli = وَدِدْتُ لَوْ قاَمَ زَيْدٌ “saya senang andai Zaid telah berdiri”
Contoh fi’il Mudlori’ = وَدِدْتُ لَوْ يَقُوْمُ زَيْدٌ “saya senang andai Zaid berdiri”
C. Bentuk-Bentuk Isim Maushũl
1. Bentuk Isim Maushũl Mufrad (tunggal) dan Mutsanna (menunjukan arti dua)
مَوْصُولُ الاسْمَاءِ الَّذِي الأُنْثَى الَّتِي ¤ وَالْيَـــــا إذَا مَا ثُنِّيَــــا لاَ تُثْــــــبِتِ
“Adapun Isim Maushul yakni الَّذِي (jenis laki; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) dan khusus jenis (perempuan; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) yakni الَّتِي. Jika dua-duanya ditatsniyah-kan (dual), maka huruf Ya’nya jangan diputuskan atau dibuang.
Contoh = جَاءَ نِيْ الَذِّي قَامَ “datang kepadaku seorang(laki-laki) yang berdiri”.
Contoh = جَاءَ تْنِيْ الَذِّي قَامَ “datang kepadaku seorang (perempuan) yang berdiri”.
بَلْ مَــا تَلِيْـهِ أَوْلِهِ الْعَلاَمَـــهْ ¤ وَالنُّوْنُ إنْ تُشْدَدْ فَلاَ مَلاَمَهْ
Akan tetapi, terhadap huruf yang awalnya diiringi oleh Ya’ yang dilemparkan tersebut, kini iringilah! dengan (memasang) tanda Alamat I’rob (menjadi: الذان dan التان saat mahal Rofa’. dan menjadi: الذَيْن dan التَين saat mahal Nashab dan Jarr). Adapun Nun-nya andai ditasydidkan, maka tidak ada cacian untuk itu.
Contoh Mutsanna (menunjukan arti dua) dalam keadaan Rofa’ =
جَاءَ الَلذِّانِ قَامَ ابُوْهُماَ “Dua orang yang ayahnya berdiri itu telah datang”
Contoh Mutsanna (menunjukan arti dua) dalam keadaan Nashab =
رَاَيْتُ اللَّذَيْنِ قَامَ ابُوْهُماَ “saya menyaksikan dua orang yang ayahnya telah berdiri”
Contoh Mutsanna (dual) dalam keadaan Jarr =
مَرَرْتُ بِللَّتَيْنِ قَامَ ابُوْهُماَ “saya bertemu dengan dua orang yang ayah dua-duanya berdiri”
2. Bentuk Isim Maushũl Jama’ (Banyak)
جَمْعُ الَّذِي الألَى الَّذِيْنَ مُطْلَقَا ¤ وَبَعْضُهُمْ بِالْوَاوِ رَفْعَاً نَطَقَا
Jamak-nya lafadz الَّذِي (Isim Mausũl tunggal laki-laki) ialah الألَى atau الَّذِيْنَ secara mutlak (baik guna mahal Rofa’, Nashab dan Jarr). Ada sebagian logat orang Arab berkata dengan memakai Wawu saat mahal Rofa’ (menjadi: اَلَّذُوْنَ )
بِاللاَّتِ وَاللاَّءِ الَّتِي قَدْ جُمِعَا ¤ وَالَلاَّءِ كَالَّذِيْنَ نَزْرَاً وَقَعَا
Lafadz الَّتِي (Isim Mausũl tunggal perempuan) sungguh dijamakkan dengan menjadi اللاَّتِ atau اللاَّءِ. Ditemukan pun اللاَّءِ dihukumi laksana الَّذِيْنَ (isim Mausũl jamak guna perempuan) namun jarang.
Contoh jamak dalam keadaan Rofa’ =
جَاءَ نِيْ الَّذِّيْنَ قاَمُوْا “datang kepadaku mereka yang semuanya berdiri”
Contoh jamak dalam keadaan Nashab =
رَاَيْتُ الَّذِّيْنَ قاَمُوْا “saya menyaksikan mereka yang semuanya berdiri”
Contoh jamak dalam keadaan Jarr =
مَرَرْتُ بِالَّذِّيْنَ قاَمُوْا “saya bertemu dengan mereka yang semuanya berdiri”
3. Bentuk Isim Maushũl Mutlaq (Umum)
وَمَنْ وَمَا وَأَلْ تُسَاوِي مَا ذُكِرْ
Adapun Isim Mausũl مَنْ, مَا , dan أَلْ ialah menyamakan hukumnya dengan Isim Mausũl yang sudah disebut sebelunnya. (artinya: dapat digunakan guna Laki-laki, Perempuan, mufrad, mutsanna, atau Jamak).
Contoh =
جَاءَ نِيْ مَنْ قَامَ، وَمَنْ قَامَتْ، وَمَنْ قَامَا، وَمَنْ قَامَتَا، وَمَنْ قَامُوْا، وَمَنْ قُمْنَ
“datang kepadaku seorang (laki-laki) yang berdiri, (perempuan) yang berdiri, (dua orang laki-laki) yang berdiri, (dua orang perempuan) yang berdiri, mereka (laki-laki) yang berdiri, mereka (perempuan) yang berdiri”
4. Bentuk Isim Maushũl Dza (ذَا)
وَمِثْلُ مَا ذَا بَعْدَ مَا اسْتِفْهَـامِ ¤ أَوْمَنْ إذَا لَمْ تُلْغَ فِي الْكَلاَمِ
Isim Mausũl ذَا statusnya sama dengan isim Mausũl مَا (dipakai guna tunggal, dual, jamak, laki-laki dan perempuan), dengan kriteria (1) ذَا jatuh setelah ما Istifham atau من Istifham, (2); ذَا tidak diurungkan didalam Kalam (maksudnya: ذَا dan ما atau من tersebut, tidak dijadikan satu kata Istifham (kata tanya).
Contoh =
مَنْ ذاَ جَاءَكَ - مَاذاَ عِنْدَكَ
“siapa orang yang datang kepadamu” – “tidak terdapat orang yang disampingmu”
5. Bentuk Shilah Isim Maushũl
وَكُلُّهَــا يَلْـزَمُ بَعَــدَهُ صِلَـهْ ¤ عَلَى ضَمِيْرٍ لاَئِقٍ مُشْتَمِلَهْ
Setiap Isim-Isim Mausũl diputuskan adanya Shilah (jumlah atau kalimat keterangan) setelahnya, yang mencakupi atas Dhamir yang cocok (ada Dhamir atau ’Aid yang berpulang pada Isim Mausũl).
Contoh =
جَاءَ نِيْ الَذِّي ضَرَبْتُهُ - والَذِّانِ ضَرَبْتُهُمَا- الَذِّيْنَ ضَرَبْتُهُمْ
“datang kepadaku seorang (laki-laki) yang saya pukul, dan (dua) orang yang saya pukul, dan mereka yang saya pukul”
6. Bentuk Isim Maushũl Ayyun (أَيٌّ) dan Shilahnya
أَيُّ كَمَا وَأُعْرِبَتْ مَا لَمْ تُضَفْ ¤ وَصَدْرُ وَصْلِهَا ضَمِيْرٌ انْحَذَفْ
Isim Mausul أيّ “Ayyun” dihukumi laksana Isim Maushũl “Ma” (bisa guna Mudzakkar, Muannats, Mufrod, Mutsanna pun Jama’) selagi tidak Mudhaf dan Shadar Silah-nya (‘A-id yang menjadi permulaan Shilah) ialah berupa Dhamir yang terbuang.
Contoh = يُعْجِبُنِي اَيٌ قَائِمٌ “manakah orang yang berdiri yang sudah mengagumkanku”
Contoh = يُعْجِبُنِي اَيٌهُمْ هُوَ قَائِمٌ “manakah kaum yang sudah mengherankanku yang mana dia orang yang berdiri”
Contoh = يُعْجِبُنِي اَيٌ هُوَ قَائِمٌ “manakah orang yang sudah mengherankanku yang mana dia orang yang berdiri”
7. Bentuk Pembuangan Shadar Shilah (‘Aid Majrur)
كَذَاكَ حَذْفُ مَا بِوَصْفٍ خُفِضَا ¤ كَأَنْتَ قَاضٍ بَعْدَ أَمْـرٍ مِنْ قَضَى
Seperti tersebut juga (banyak dipakai dan jelas) yaitu pengasingan ‘Aid yang dikhofadkan atau dijarkan oleh kata sifat. Seperti lafadz أَنْتَ قَاضٍ ( takdirannya: أَنْتَ قَاضِيْه ) sesudah Fi’il Amarnya lafadz قَضَى.
Contoh =
فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ
“maka putuskanlah apa yang berkeinginan kamu putuskan..”(Q.S. Tha-Hâ: 72)
كَذَا الَّذِي جُرَّ بِمَا الْمَوْصُوْلَ جَرْ ¤ كَمُـــرَّ بِــالَّذِي مَرَرْتُ فَهْــوَ بــَــرْ
Demikian pun (sering melemparkan Aid pada Shilah Maushũl) yakni Aid yang dijarkan oleh Huruf yang mengejarkan Isim Maushũlnya (dengan ‘Amil yang seragam).
Contoh =
مُـــرَّ بِــالَّذِي مَرَرْتُ (takdirannya: مُـــرَّ بِــالَّذِي مَرَرْتُ بِهِ)
“berjalanlah anda dengan orang yang mana saya sudah bertemu”
D. Kesimpulan
Isim Maushũl (Kata Sambung) ialah Isim yang bermanfaat untuk menghubungkan sejumlah kalimat atau pokok benak menjadi satu kalimat. Contoh secara umum pemakaian Isim Maushũl laksana di bawah ini:
1. Bila Isim Maushũl itu digunakan untuk Muannats (perempuan) maka: الَّذِيْ menjadi: الَّتِيْ.
misal =
جَاءَتِ الْمُدَرِّسَةُ الَّتِيْ تَدْرُسُ الْفِقْه =
“Guru (pr) yang mengajar fiqh itu telah datang”.
2. Bila Isim Maushũl itu dipakai untuk Mutsanna (dual) maka: الَّذِيْ menjadi: الَّذَانِ sementara الَّتِيْ menjadi: الَّتَانِ
misal = جَاءَ الْمُدَرِّسَانِ الَّذَانِ يَدْرُسَانِ الْفِقْهَ = “datang dua orang guru (lk) yang melatih fiqh itu”. misal =جَاءَتِ الْمُدَرِّسَتَانِ الَّتَان تَدْرُسَانِ الْفِقْهَ = “datang dua orang guru (pr) yang melatih fiqh”.
3. Bila Isim Maushũl itu digunakan untuk Jamak (banyak) maka : الَّذِيْ menjadi: الَّذِيْنَ sedangkan: الَّتِيْ menjadi: اللاَّتِيْ
misal = جَاءَ الْمُدَرِّسُوْنَ الَّذِيْنَ يَدْرُسُوْنَ الْفِقْهَ = “datang guru-guru (lk) yang melatih Fiqh itu”
misal = جَاءَتِ الْمُدَرِّسَاتُ اللاَّتِيْ يَدْرُسْنَ الْفِقْهَ = “datang guru-guru (pr) yang melatih fiqh itu”.
4. Isim-isim maushul:
الذي
yang : Untuk jenis laki-laki tunggal
التي
yang : Untuk wanita tunggal
اللذان
yang: Untuk dua laki-laki
اللتان
yang: Untuk dua perempuan
الذين
yang: Untuk tidak sedikit laki-laki
اللاتي
yang: Untuk tidak sedikit perempuan
من
yang: Khusus guna yang berakal
ما
yang: Khusus guna yang tidak berakal
Contoh-contoh dalam kalimat:
غلبت الذى غلبني
Saya sudah menang dari orang yang sudah pernah mengalahkanku
سفرت التى كانت عندنا
Telah pergi wanita yang tinggal bareng kami
احبّ الذين علموني
Aku menyukai orang-orang yang sudah mengajari aku
أحسن الى من احسن اليك
Berbuat baiklah anda kepada orang yang melakukan baik kepadamu
لاتأكل مالا تستطيع هضمه
Janganlah anda makan sesuatu yang anda tidak dapat mengunyahnya
Demikianlah penjelasan singkat tentang isim maushul, semoga bermanfaat dan selamat belajar. :D
Isim Maushũl (Kata Sambung) ialah Isim yang bermanfaat untuk menghubungkan sejumlah kalimat atau pokok benak menjadi satu kalimat. Maksudnya, bahwa masing-masing isim ma’rifat tersebut akan menjadi jelas bila estafet dengan kalimat sesudahnya, yang disebut Shilah. Shilah(anak kalimat) tersebut harus mempunyai dhamir yang berpulang kepada isim maushul, yang disebut a’id. Dalam bahasa Kita, biasanya Kata Sambung 'isim Mausul' ini diterjemah menjadi kata: "yang". Bentuk asal atau dasar dari Isim Maushũl merupakan : الَّذِيْ (yang).
Perhatikan misal pemakai an Isim Maushũl dalam menggabungkan dua kalimat di bawah ini:
Kalimat I جَاءَ الْمُدَرِّسُ = “Guru itu datang”.
Kalimat II اَلْمُدَرِّسُ يُعَلِّمُ اللُغَةَ العَرَبِيَّةَ = “guru tersebut mengajar Bahasa Arab”.
Kalimat III جَاءَ الْمُدَرِّسُ الَّذِيْ يُعَلِّمُ اللُغَةَ العَرَبِيَّةَ = “guru yang melatih Bahasa Arab telah datang”.
Kalimat III menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushũl: الَّذِيْ.
B. Pembagian Isim Maushũl
Dalam Bab ini Isim Maushũl terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Isim Maushũl Ismi
Isim Maushũl Ismi ialah Isim Maushũl isim yang selamanya perlu kepada Shilah dan A’id.
Contoh : جَاءَ الَذِّي قَامَ اَبُوْهُ = sudah datang seseorang yang ayahnya berdiri.
2. Isim Maushũl Harfi
Isim Maushũl Harfi ialah semua huruf yang dengan shilahnya di ta’wili dengan Masdar.
Sedangkan Isim Maushũl Harfi tersebut ada lima macam:
a. Huruf أنْ “An” dengan dibaca fathah, ini dapat masuk pada fi’il madli, fi’il mudlori’, fi’il Amar.
contoh fi’il madli = عجِبْتُ مِنْ اَنْ قَامَ زَيْدٌ “saya heran dari sudah berdirinya Zaid”.
contoh fi’il mudlori’= عجِبْتُ مِنْ اَنْ يَقُوْمَ زَيْدٌ “saya heran dari berdirinya Zaid”.
contoh fi’il Amar = اَشَرْتُ الَيْهِ بِاَنْ قُمْ “saya memberi isyarat dengan perintah berdiri”
b. Huruf أَنَّ “Anna”
contoh =
أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ
“Dan apakah tidak cukup untuk mereka sesungguhnya Kami sudah menurunkan kepadamu Al Kitab [Al Qur’an] sedang dia diucapkan kepada mereka? Sesungguhnya dalam [Al Qur’an] tersebut ada rahmat yang besar dan pelajaran untuk orang-orang yang beriman.”(Q.S. Al-Ankabũt : 51)
c. Huruf كَىْ “Kai” hanya dapat masuk pada fi’il mudlori’ saja.
contoh =
جِئْتُ لِكَىْ تُكْرِماَ زَيْداً “saya datang supaya anda menghormati atas Zaid”
d. Huruf مَا “Ma” ada yang berbentuk Masdariyah Dharfiyyah, dan ada pula yang Masdariyah Ghairu Dharfiyyah.
Contoh Masdariyah Dharfiyyah =
لَااَصْحَبُكَ ماَ دُمْتَ مُنْطَلِقاً “saya tidak dapat menemanimu selama anda pergi”
Contoh Masdariyah Ghairu Dharfiyyah =
عجِبْتُ مِماَ ضَرَبْتَ زَيْداً “saya heran mengenai pukulanmu untuk Zaid”
e. Huruf لَوْ “ Lau” huruf ini dapat masuk pada fi’il Madli dan pun fi’il Mudlori’.
Contoh fi’il Madli = وَدِدْتُ لَوْ قاَمَ زَيْدٌ “saya senang andai Zaid telah berdiri”
Contoh fi’il Mudlori’ = وَدِدْتُ لَوْ يَقُوْمُ زَيْدٌ “saya senang andai Zaid berdiri”
C. Bentuk-Bentuk Isim Maushũl
1. Bentuk Isim Maushũl Mufrad (tunggal) dan Mutsanna (menunjukan arti dua)
مَوْصُولُ الاسْمَاءِ الَّذِي الأُنْثَى الَّتِي ¤ وَالْيَـــــا إذَا مَا ثُنِّيَــــا لاَ تُثْــــــبِتِ
“Adapun Isim Maushul yakni الَّذِي (jenis laki; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) dan khusus jenis (perempuan; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) yakni الَّتِي. Jika dua-duanya ditatsniyah-kan (dual), maka huruf Ya’nya jangan diputuskan atau dibuang.
Contoh = جَاءَ نِيْ الَذِّي قَامَ “datang kepadaku seorang(laki-laki) yang berdiri”.
Contoh = جَاءَ تْنِيْ الَذِّي قَامَ “datang kepadaku seorang (perempuan) yang berdiri”.
بَلْ مَــا تَلِيْـهِ أَوْلِهِ الْعَلاَمَـــهْ ¤ وَالنُّوْنُ إنْ تُشْدَدْ فَلاَ مَلاَمَهْ
Akan tetapi, terhadap huruf yang awalnya diiringi oleh Ya’ yang dilemparkan tersebut, kini iringilah! dengan (memasang) tanda Alamat I’rob (menjadi: الذان dan التان saat mahal Rofa’. dan menjadi: الذَيْن dan التَين saat mahal Nashab dan Jarr). Adapun Nun-nya andai ditasydidkan, maka tidak ada cacian untuk itu.
Contoh Mutsanna (menunjukan arti dua) dalam keadaan Rofa’ =
جَاءَ الَلذِّانِ قَامَ ابُوْهُماَ “Dua orang yang ayahnya berdiri itu telah datang”
Contoh Mutsanna (menunjukan arti dua) dalam keadaan Nashab =
رَاَيْتُ اللَّذَيْنِ قَامَ ابُوْهُماَ “saya menyaksikan dua orang yang ayahnya telah berdiri”
Contoh Mutsanna (dual) dalam keadaan Jarr =
مَرَرْتُ بِللَّتَيْنِ قَامَ ابُوْهُماَ “saya bertemu dengan dua orang yang ayah dua-duanya berdiri”
2. Bentuk Isim Maushũl Jama’ (Banyak)
جَمْعُ الَّذِي الألَى الَّذِيْنَ مُطْلَقَا ¤ وَبَعْضُهُمْ بِالْوَاوِ رَفْعَاً نَطَقَا
Jamak-nya lafadz الَّذِي (Isim Mausũl tunggal laki-laki) ialah الألَى atau الَّذِيْنَ secara mutlak (baik guna mahal Rofa’, Nashab dan Jarr). Ada sebagian logat orang Arab berkata dengan memakai Wawu saat mahal Rofa’ (menjadi: اَلَّذُوْنَ )
بِاللاَّتِ وَاللاَّءِ الَّتِي قَدْ جُمِعَا ¤ وَالَلاَّءِ كَالَّذِيْنَ نَزْرَاً وَقَعَا
Lafadz الَّتِي (Isim Mausũl tunggal perempuan) sungguh dijamakkan dengan menjadi اللاَّتِ atau اللاَّءِ. Ditemukan pun اللاَّءِ dihukumi laksana الَّذِيْنَ (isim Mausũl jamak guna perempuan) namun jarang.
Contoh jamak dalam keadaan Rofa’ =
جَاءَ نِيْ الَّذِّيْنَ قاَمُوْا “datang kepadaku mereka yang semuanya berdiri”
Contoh jamak dalam keadaan Nashab =
رَاَيْتُ الَّذِّيْنَ قاَمُوْا “saya menyaksikan mereka yang semuanya berdiri”
Contoh jamak dalam keadaan Jarr =
مَرَرْتُ بِالَّذِّيْنَ قاَمُوْا “saya bertemu dengan mereka yang semuanya berdiri”
3. Bentuk Isim Maushũl Mutlaq (Umum)
وَمَنْ وَمَا وَأَلْ تُسَاوِي مَا ذُكِرْ
Adapun Isim Mausũl مَنْ, مَا , dan أَلْ ialah menyamakan hukumnya dengan Isim Mausũl yang sudah disebut sebelunnya. (artinya: dapat digunakan guna Laki-laki, Perempuan, mufrad, mutsanna, atau Jamak).
Contoh =
جَاءَ نِيْ مَنْ قَامَ، وَمَنْ قَامَتْ، وَمَنْ قَامَا، وَمَنْ قَامَتَا، وَمَنْ قَامُوْا، وَمَنْ قُمْنَ
“datang kepadaku seorang (laki-laki) yang berdiri, (perempuan) yang berdiri, (dua orang laki-laki) yang berdiri, (dua orang perempuan) yang berdiri, mereka (laki-laki) yang berdiri, mereka (perempuan) yang berdiri”
4. Bentuk Isim Maushũl Dza (ذَا)
وَمِثْلُ مَا ذَا بَعْدَ مَا اسْتِفْهَـامِ ¤ أَوْمَنْ إذَا لَمْ تُلْغَ فِي الْكَلاَمِ
Isim Mausũl ذَا statusnya sama dengan isim Mausũl مَا (dipakai guna tunggal, dual, jamak, laki-laki dan perempuan), dengan kriteria (1) ذَا jatuh setelah ما Istifham atau من Istifham, (2); ذَا tidak diurungkan didalam Kalam (maksudnya: ذَا dan ما atau من tersebut, tidak dijadikan satu kata Istifham (kata tanya).
Contoh =
مَنْ ذاَ جَاءَكَ - مَاذاَ عِنْدَكَ
“siapa orang yang datang kepadamu” – “tidak terdapat orang yang disampingmu”
5. Bentuk Shilah Isim Maushũl
وَكُلُّهَــا يَلْـزَمُ بَعَــدَهُ صِلَـهْ ¤ عَلَى ضَمِيْرٍ لاَئِقٍ مُشْتَمِلَهْ
Setiap Isim-Isim Mausũl diputuskan adanya Shilah (jumlah atau kalimat keterangan) setelahnya, yang mencakupi atas Dhamir yang cocok (ada Dhamir atau ’Aid yang berpulang pada Isim Mausũl).
Contoh =
جَاءَ نِيْ الَذِّي ضَرَبْتُهُ - والَذِّانِ ضَرَبْتُهُمَا- الَذِّيْنَ ضَرَبْتُهُمْ
“datang kepadaku seorang (laki-laki) yang saya pukul, dan (dua) orang yang saya pukul, dan mereka yang saya pukul”
6. Bentuk Isim Maushũl Ayyun (أَيٌّ) dan Shilahnya
أَيُّ كَمَا وَأُعْرِبَتْ مَا لَمْ تُضَفْ ¤ وَصَدْرُ وَصْلِهَا ضَمِيْرٌ انْحَذَفْ
Isim Mausul أيّ “Ayyun” dihukumi laksana Isim Maushũl “Ma” (bisa guna Mudzakkar, Muannats, Mufrod, Mutsanna pun Jama’) selagi tidak Mudhaf dan Shadar Silah-nya (‘A-id yang menjadi permulaan Shilah) ialah berupa Dhamir yang terbuang.
Contoh = يُعْجِبُنِي اَيٌ قَائِمٌ “manakah orang yang berdiri yang sudah mengagumkanku”
Contoh = يُعْجِبُنِي اَيٌهُمْ هُوَ قَائِمٌ “manakah kaum yang sudah mengherankanku yang mana dia orang yang berdiri”
Contoh = يُعْجِبُنِي اَيٌ هُوَ قَائِمٌ “manakah orang yang sudah mengherankanku yang mana dia orang yang berdiri”
7. Bentuk Pembuangan Shadar Shilah (‘Aid Majrur)
كَذَاكَ حَذْفُ مَا بِوَصْفٍ خُفِضَا ¤ كَأَنْتَ قَاضٍ بَعْدَ أَمْـرٍ مِنْ قَضَى
Seperti tersebut juga (banyak dipakai dan jelas) yaitu pengasingan ‘Aid yang dikhofadkan atau dijarkan oleh kata sifat. Seperti lafadz أَنْتَ قَاضٍ ( takdirannya: أَنْتَ قَاضِيْه ) sesudah Fi’il Amarnya lafadz قَضَى.
Contoh =
فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ
“maka putuskanlah apa yang berkeinginan kamu putuskan..”(Q.S. Tha-Hâ: 72)
كَذَا الَّذِي جُرَّ بِمَا الْمَوْصُوْلَ جَرْ ¤ كَمُـــرَّ بِــالَّذِي مَرَرْتُ فَهْــوَ بــَــرْ
Demikian pun (sering melemparkan Aid pada Shilah Maushũl) yakni Aid yang dijarkan oleh Huruf yang mengejarkan Isim Maushũlnya (dengan ‘Amil yang seragam).
Contoh =
مُـــرَّ بِــالَّذِي مَرَرْتُ (takdirannya: مُـــرَّ بِــالَّذِي مَرَرْتُ بِهِ)
“berjalanlah anda dengan orang yang mana saya sudah bertemu”
D. Kesimpulan
Isim Maushũl (Kata Sambung) ialah Isim yang bermanfaat untuk menghubungkan sejumlah kalimat atau pokok benak menjadi satu kalimat. Contoh secara umum pemakaian Isim Maushũl laksana di bawah ini:
1. Bila Isim Maushũl itu digunakan untuk Muannats (perempuan) maka: الَّذِيْ menjadi: الَّتِيْ.
misal =
جَاءَتِ الْمُدَرِّسَةُ الَّتِيْ تَدْرُسُ الْفِقْه =
“Guru (pr) yang mengajar fiqh itu telah datang”.
2. Bila Isim Maushũl itu dipakai untuk Mutsanna (dual) maka: الَّذِيْ menjadi: الَّذَانِ sementara الَّتِيْ menjadi: الَّتَانِ
misal = جَاءَ الْمُدَرِّسَانِ الَّذَانِ يَدْرُسَانِ الْفِقْهَ = “datang dua orang guru (lk) yang melatih fiqh itu”. misal =جَاءَتِ الْمُدَرِّسَتَانِ الَّتَان تَدْرُسَانِ الْفِقْهَ = “datang dua orang guru (pr) yang melatih fiqh”.
3. Bila Isim Maushũl itu digunakan untuk Jamak (banyak) maka : الَّذِيْ menjadi: الَّذِيْنَ sedangkan: الَّتِيْ menjadi: اللاَّتِيْ
misal = جَاءَ الْمُدَرِّسُوْنَ الَّذِيْنَ يَدْرُسُوْنَ الْفِقْهَ = “datang guru-guru (lk) yang melatih Fiqh itu”
misal = جَاءَتِ الْمُدَرِّسَاتُ اللاَّتِيْ يَدْرُسْنَ الْفِقْهَ = “datang guru-guru (pr) yang melatih fiqh itu”.
4. Isim-isim maushul:
الذي
yang : Untuk jenis laki-laki tunggal
التي
yang : Untuk wanita tunggal
اللذان
yang: Untuk dua laki-laki
اللتان
yang: Untuk dua perempuan
الذين
yang: Untuk tidak sedikit laki-laki
اللاتي
yang: Untuk tidak sedikit perempuan
من
yang: Khusus guna yang berakal
ما
yang: Khusus guna yang tidak berakal
Contoh-contoh dalam kalimat:
غلبت الذى غلبني
Saya sudah menang dari orang yang sudah pernah mengalahkanku
سفرت التى كانت عندنا
Telah pergi wanita yang tinggal bareng kami
احبّ الذين علموني
Aku menyukai orang-orang yang sudah mengajari aku
أحسن الى من احسن اليك
Berbuat baiklah anda kepada orang yang melakukan baik kepadamu
لاتأكل مالا تستطيع هضمه
Janganlah anda makan sesuatu yang anda tidak dapat mengunyahnya
Demikianlah penjelasan singkat tentang isim maushul, semoga bermanfaat dan selamat belajar. :D
Subscribe to:
Posts (Atom)