Macam-macam Keadaan Mabni dalam Kalimat Bahasa Arab
Ciri-ciri Fi'il Lazim (فعل اللازم) Dalam Bahasa Arab. Berikut Ini Adalah Rinciannya
Setelah kita tahu pengertian dari fi'il lazim (Pengertian Fi'il Lazim dan Fi'il Muta'addi), dalam postingan tersebut penulis telah menyebutkan bahwa yang dinamakan fi'il lazim adalah kata kerja yang tidak membutuhkan objek.
pada kesempatan kali ini penulis akan menjelaskan bagaimana cara kita mengetahui sebuah fi'il dinamakan fi'il lazim atau bukan.
Sebuah fi'il menjadi fi'il lazim ketika:
1. Jika fi'il tersebut mempunyai arti karakter seseorang, yaitu fi'il yang menunjukan karakter atau sifat yang melekat pada diri seseorang, contoh:
Macam-macam Keadaan I'rob: Lafzi (لفظي), Taqdiri (تقديري), dan Mahhalli (محلّي)
Pada postingan kali ini, penulis akan menerangkan macam-macam keadaan I'rob, yaitu ada 3 (tiga): I'rob Lafzi (لفظي), I'rob Taqdiri (تقديري), dan I'rob Mahhalli (محلّي).
1. I'rob Lafzi (الإعراب اللفظي)
I'rob lafzi adalah suatu keadaan i'rob yang jelas terlihat di akhir kata dengan perubahan cara bacanya karena perbedaan amil yang masuk. dan keadaan ini biasanya terdapat pada kata-kata yang mu'rob atau yang dapat berubah tanda baca akhir katanya, bukan yang mu'tal akhir. contoh:
خَرَجَ الأُسْتَاذُ مِنَ الْفَصْـلِ "Seorang Guru keluar dari ruang kelas"
perhatikan huruf yang berwarna biru, keduanya mempunyai cara baca yang berbeda karena perbadaan amil yang masuk. kata الأُسْتَاذُ dibaca rofa' dengan tanda rofa' nya yaitu harokat dhomah di akhir kata karena ia menjadi fa'il atau subjek. Sedangkan kata الْفَصْـلِ dibaca jar dengan tanda jar nya yaitu harakat kasroh di akhir kata karena ia kemasukan huruf jar yaitu مِنَ
Baca Juga :
2. I'rob Taqdiri (الإعراب التقديري)
I'rob taqdiri yaitu keadaan i'rob yang tanda i'robnya tidak nampak langsung di akhir kata, maka harakat atau tanda i'robnya dikira-kirakan. Berbeda dengan i'rob lafzi yang tanda i'robnya sangat terlihat di akhir kata.
Contoh:
جَاءَ القَاضِي
رَأيْتُ القَاضِي
مَرَرْتُ بِالقَاضِي
jika kita perhatikan ketiga kalimat di atas, seharusnya setiap kata yang kemasukan amil rofa', nashab, atau jar dibaca sesuai tata aturan i'rob, yaitu dibaca rofa' dengan dhommah, dibaca nashab dengan fathah, dan dibaca jar dengan kasroh. Tapi berbeda dengan tiga contoh kalimat di atas, yang mana tidak ada harokat di akhir kata tersebut karena kata القَاضِي adalah isim manqush yang mana terdapat yaa manqushoh di akhir katanya dan ditandai dengan huruf kasroh sebelum yaa.
Oleh karena itu, cara mengi'robnya yaitu :
جَاءَ القَاضِي
جَاءَ فِعْلُ مَاضٍ مَبْنِيٌّ عَلَى الفَتْحَةِ
القَاضِي فَاعِلُهُ مَرْفُوْعٌ وَعَلامَةُ رَفْعِهِ ضَمَّةٌ مُقَدَّرَةٌ لِأنَّهُ اسْمُ المَنْقُوْصِ
kata القَاضِي menjadi fa'il, dibaca rofa' tanda rofa' nya adalah dhommah muqoddaroh (dhommah yang dikira-kirakan) karena termasuk isim manqush.
contoh lain terdapat pada isim maqsur. yaitu isim yang diakhiri dengan alif layinah dan ditandai dengan huruf fathah sebelumnya. contoh:
جَاءَ الفَتَى
رَأيْتُ الفَتَى
مَرَرْتُ بِالفَتَى
Sama seperti contoh sebelumnya, walaupun kata berwarna hijau di atas kemasukan amil yang berbeda, tapi dibacanya tetap sama. karena ini adalah contoh i'rob taqdiri atau dikira-kirakan tanda i'robnya.
Baca juga:
Pengertian Isim Manqush [اسم منقوص] dalam Bahasa Arab
Pengertian Isim Maqshur, Manqush, dan Isim Mamdud dalam Bahasa Arab
3. I'rob Mahalli (إعْرَابُ المَحَلِّي)
I'rob mahalli adalah suatu keadaan i'rob yang perubahan akhir katanya tidak nampak atau tertulis di akhir kata tidak juga dikira-kirakan. i'rob mahalli ini hanya terjadi pada kata-kata yang mabni (yang harokat akhirnya tidak berubah).
karena isim mabni ini tidak nampak perubahan harokat akhirnya karena harokat akhirnya tetap tidak berubah, maka ketika isim mabni dibaca i'rob rofa', nashab, jar, ataupun jazm, maka i'rob rofa', nashab, jar, dan jazm nya itu berupa i'tibar, i'robnya juga dinamakan 'i'rob mahall (اعْرَابًا مَحَلِيًّا), atau dengan i'tibar bahwa isim mabni itu dalam keadaan i'rob rofa', nashab, jar, atau jazm, maka cara mengi'robnya pun juga beda, yaitu dilihat dari keadaan i'robnya dalam sebuh kalimat.
Contoh:
جَاءَ هَؤُلَاءِ التَلَامِيْذُ
أنَتُمْ تَجْلِسُوْنَ عََلَى الكُرْسِي
jika kita perhatikan dua kalimat di atas, ada dua kata mabni yang seharusnya dibaca rofa' dengan dhommah tapi keduanya dibaca sesuai aturan mabni yaitu stuck tidak berubah harokat akhirnya. yaitu kata هَؤُلَاءِ yang tetap menggunakan harokat kasroh di akhirnya karena ia termasuk kata mabni, begitu juga dengan kata أنَتُمْ yang tetap menggunakan harokat sukun di akhirnya karena juga termasuk isim mabni.
maka jika keduanya di i'rob, cara mengi'robnya yaitu:
هَؤُلَاءِ : مَبْنِيٌّ عَلَى الكَسْرَةِ، فِيْ مَحَلِّ الرَّفْعِ فَاعِلُ جَاءَ
هَؤُلَاءِ mabni kasroh, mahal i'robnya rofa' menjadi fa'il nya جَاءَ
Baca Juga:
Isim Mu"rab dan Isim Mabni (المعرب والمبني) beserta Macam-macamnya dalam Ilmu Nahwu.
Note:
- Adapun Huruf (حروف), fi'il 'Amr (فعل الأمر), fi'il madhi (فعل الماصي), yang tidak didahului oleh adaatus syart (isim syarat) yang jazim, dan isim fi'il (أسماء الأفعال), isim suara (اسماء الأصوات), maka kesemuanya itu dihukumi لَامَحَلَّ لَهَا مِنَ الاعْرَابِ atau tidak mempunyai kedudukan i'rob dalam suatu kalimat, karena kesemuanya itu tidak berubah akhir katanya, baik secara lafadz, taqdir, maupun secara mahall.
- Adapun fi'il mudhori (فعل المضارع) yang mabni, maka i'robnya dihukumi mahalli baik ketika rofa', nashab, jar, maupun jazm, contoh seperti :
هَلْ يَكْتُبْنَ
لَنْ يَكْتُبْنَ
لَمْ يَكْتُبْنَ
ketiga kalimat di atas beda amilnya tapi pembacaan fi'il mudhorinya sama, karena ia mabni, maka dihukumi i'rob mahalli.
- Kitab Jami'ud Durus Juz 1, hal. 22-28.
Pengertian dan Macam-macam Tanwin dalam Bahasa Arab
A. Pengertian Tanwin (التنوين)
Tanwin adalah nun mati (نون ساكنة) yang terucap di akhir kalimat isim tapi nun mati tersebut tidak tertulis, tanwin sendiri di bagi menjadi tiga bagian.
contoh:
زَيْــدٌ "Zaidun "
ini adalah bentuk tanwin, tertulis seperti ini ٌ , dengan tanpa nun mati tapi dibaca nun mati.
Asalnya adalah زَيْدُنْ
B. Macam-macam Tanwin
a. Tanwin Tamkin (تنوين التمكين)
Tanwin tamkin adalah tanwin yang bertemu dengan isim-isim yang mu'rob (berubah-ubah harakat akhir katanya) dan munsharif (kalimat isim yang dapat menerima tanwin), contoh:
رَجُـلٌ
ٍرَجُـل
كِتَابٌ
كِتَابٍ
oleh karena itu, tanwin tamkin juga disebut sebagai tanwin sharaf, karena tanwin ini selalu berada pada isim yang munsharif (isim yang dapat menerima tanwin) dan mu'robah (yang berubah harokat akhirnya).
Baca selengkapnya Pengertian isim mu'rob.
b. Tanwin Tankir (تنوين التنكير)
Tanwin tankir adalah tanwin yang berada pada beberapa isim mabni, contoh seperti isim fi'il dan isim alam (nama) yang diakhiri dengan kata 'وَيْه' yang berbeda antara ma'rifat dan nakiroh, jika kata 'وَيْه' dibaca tanwin maka termasuk nakiroh atau kata umum, contoh:
سِيْبَوَيْــهٍ (sibawaihin) >>> berarti nakiroh atau umum, nama seseorang yang bernama sibawaih yang bukan imam sibawaih penemu ilmu Nahwu.
tapi jika dibaca dengan tanpa tanwin, maka yang dimaksud adalah isim ma'rifat atau kata khusus yang berarti imam sibawaih,
سِيْبَوَيْــهْ (sibawaih) >>> imam sibawaih penemu ilmu nahwu
contoh dalam suatau kalimat:
مَرَرْتُ بِسِبَوَيْـــهِ وَسِبَوَيْــهٍ آخَرَ
"Saya bertemu dengan Imam Sibawaih dan seseorang yang bernama sibawaih lainnya"
Baca Juga: Pengertian Nakirah dan Marifah dalam Ilmu Nahwu
Adapun dalam isim fi'il,
seperti halnya kata 'صَــهْ' tanpa tanwin, dan 'صَــهٍ' dengan tanwin, perbedaannya hanya pada tanwin dan tidak ditanwin, tapi secara makna maka mempunyai perbedaan yang cukup jauh berbeda.
kata 'صَــهْ' tanpa tanwin >>> berarti menyuruh kepada lawan bicara untuk diam dari perkataan yang ia ucapkan pada saat itu saja.
sedangkan, 'صَــهٍ' dengan tanwin >>> berarti menyuruh kepada lawan bicara untuk diam dari perkataan apapun.
c. Tanwin 'Iwadh (تنوين العوض)
Tanwin 'iwadh adalah tanwin yang menjadi pengganti, adakalanya menjadi pengganti dari kata tunggal (مُفْرَدٌ), pengganti kalimat (جُمْلَةٌ), ada pula menjadi pengganti huruf (حَرْفٌ).
> Adapun tanwin yang menjadi pengganti dari kata tunggal (مُفْرَدٌ), yaitu tanwin yang berada pada kata :
كُلٌ
بَعْضٌ
أَيٌّ
yaitu tanwin sebagai ganti dari kata yang diidhofahkan kepadanya. contoh:
كُـلٌ يَمُوْتُ "Semua akan mati"
yang mana tanwin pada kata كُـلٌ itu diidhofahkan kepada kata yang disembunyikan yaitu اِنْسَانٍ 'manusia'.
maka sebenarnya kalimat di atas lengkapnya adalah :
كُلُ إِنْسَانٍ يَمُوْتُ "Setiap manusia akan mati"
> Adapun tanwin yang menjadi pengganti dari kalimat (جُمْلَةٌ), yaitu yang masuk pada kata إِذْ sebagai ganti dari kalimat yang jatuh sesudahnya. contoh:
فَلَوْلَا إذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمُ، وَأنْتُمْ حِيْنَــئِذٍ تَنْظُرُوْنَ
"Maka kalau begitu mengapa (tidak mencegah) ketika (nyawa) telah sampai di kerongkongan, dan kamu ketika itu melihat"
kata حِيْنَــئِذٍ asalnya adalah حِيْنَ إِذْ بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمُ , kemudian kata بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمُ digantikan dengan tanwin pada kata حِيْنَــئِذٍ.
> Adapun tanwin yang menjadi pengganti dari huruf (حَرْفٌ), yaitu tanwin tanwin yang berada pada isim manqush yang tidak dapat menerima tanwin, dalam kondisi rofa' dan jar sebagai ganti dari huruf akhir yang dibuang. Contoh;
جِوَارٍ
غَوَاشٍ
عِوَادٍ
أعَيْـمٍ
رَاجٍ
kelima tanwin pada contoh di atas menjadi pengganti dari huruf ya ي yang dihilangkan, harusnya yaitu:
جِوَارِيْ
غَوَاشِيْ
عِوَادِيْ
أعَيْـمِيْ
رَاجِيْ
Nah, adapun jika menjadi pengganti dari huruf, yang mana isim isim manqush di atas tersebut dalam keadaan nashab, maka huruf ya nya dikembalikan seperti sedia kala tanpa diberikan tanwin, contoh dalam keadan nashab:
> دَفَعْتُ عَنْكَ عوَادِيَ
> أكْرَمْتُ أعيمِـيَ فَقِيْرًا
> عَلَّمْتُ الفَتَاةَ رَاجِـيَ
Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini, semoga dapat dipahami dengan baik dan semoga bermanfaat. Amin-amin ya Robbal 'Alamin.
Referensi:
- Kitab Jami'ud Durus Juz 1 hal. 10-11
Fiil Mudhori yang Dibaca Rofa dalam Ilmu Nahwu
- Fi'il mudhore dibaca rofa' dengan dhommah jika tidak didahului oleh huruf yang menashobkan dan huruf yang menjazmkan.
Fi"il Mudhori yang Dibaca Jazm dalam Ilmu Nahwu
- Fi'il mudhore dibaca jazm jika didahului oleh huruf yang menjazmkan yaitu: لَمْ ,لَا dan huruf إنْ syarat.
- Huruf لَمْ dan huruf لَا nahyi/larangan, keduanya hanya dapat menjazamkan satu fi'il mudhore saja. huruf لَمْ menafikan fi'il pada waktu lampau, sedangkan huruf لَا menunjukkan larangan untuk melakukan sesuatu.
- Huruf إنْ menjazmkan dua fi'il mudhore sekaligus, fi'il pertama menjadi fi'il syarat [sebab], sedangkan fi'il kedua menjadi jawab [akibat].
- Kitab Nahwu Wadhih juz 1, hal. 52 - 53.