Contact Us - Privacy Policy - Disclaimer - Terms of Service - About
loading...

Pengertian Taukid (التوكيد) dalam Ilmu Nahwu Berikut Contoh dan Pembagiannya

Pengertian Taukid (التوكيد) dalam Ilmu Nahwu Berikut Contoh dan Pembagiannya

Pengertian/Definisi Taukid ialah  Isim atau kata yang mengekor  kata yang dikuatkan (لِلْمُؤَكَّدِ) baik dalam  keadaan  rafa’nya, nashabnya, khafadhnya, dan ma’rifatnya. taukid adalah pengulangan yang dimaksudkan guna  menetapkan  keadaan  yang diulang tersebut  di hati pendengar supaya  yakin dengan apa yang sudah  diucapkan.

Taukid menyatakan  tentang pengukuhan dalam tingkah ucapan  seseorang. Supaya bisa  menjadikan kepercayaan untuk  orang yang mendengarnya.

Taukid secara bahasa berarti menguatkan. Dan menurut  keterangan dari  pengertian istilah taukid ialah  tabi’ yang dilafalkan  di dalam kalimat guna  menguatkan atau menghilangkan keragu-raguan dari si pendengar.

Contoh : جَاءَ زَيْدٌ نَفْسُهُ : ( zaid benar-benar sudah datang sendiri)
Lafadz نَفْسُهُ berkedudukan sebagai taukid yang mengukuhkan arti  زَيْدٌ. sebab bila   tidak menggunakan  نَفْسُهُ, maka ada bisa jadi  yang datang tersebut  utusan Zaid.

Macam-macam taukid terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Taukid ma’nawi, dengan kata lain  : pengukuhan dari sisi  ma’nanya saja. Adapun lafadz lafadz yang dipakai  pada taukid lafdzi merupakan :

a) اَلنَّفْسُ misal  : جَاءَ زَيْدٌ نَفْسُهُ
b) َالْعَيْنُ misal  جَاءَ زَيْدٌ عَيْنُهُ
c) َكُلُّ misal  : جَاءَ الْقَوْمُ كُلُّهُمْ
d) َأَجْمَعُ misal  : جَاءَ الْقَوْمُ اَجْمَعُوْنَ
e) Lafadz yang mengekor  ajma’u : اَجْمَعُوْنَ اَكْتَعُوْنَ اَبْتَعُوْنَ اَبْصَعُوْنَ

2) Taukid Lafdzi, Taukid yang dilaksanakan  dengan duplikasi  lafadz laksana  isim, Fiil, huruff, ataupun jumlah/kalimat. contoh: .جاء علي علي Adapun taukid lafzi terbagi menjadi 6 unsur  :

¤ Isim dhohir laksana  : جَاءَ الأُسْتَاذُ الاُسْتَاذُ
¤ Isim Dhomir laksana  : قَرَأْتَ قَرَأْتَ أَنْتَ
¤ Fi’il laksana  : ذَهَبَ ذَهَبَ
¤ Huruf laksana  :اِنَّ تِلْمِيذاًاِنَّ تِلْمِيْذاً نَائِمٌ
¤ Jumlah laksana  : ظَهَرَالبَاطِلُ ظَهَر البَاطِلُ
¤ Isim mutarodhif laksana  : قِطٌّ هُرَيْرةٌ

Syarat Taukid:
1) Taukid mengekor  hukum I'rab laksana  Muakkad nya
2) Mengenai format  Isim Muakkad nya seringkali  berbentuk ma'rifat.

Beberapa ulama Nahwu Shorof dari Kufah mengizinkan  menggunakan Isim Nakirah sbg Muakkad nya, laksana  contoh: صُمْتُ شَهْرًا كُلَّهُ (Aku berpuasa sebulan penuh)

Dalam kalimat berposisi sebagai Maf'ul, artinya, sebulan adalah Isim Masdhar, dan berbentuk Nakiroh. Kullahu, berbentuk Idhofah Kullun dengan dhamir Hu, sampai-sampai  menjadi Kulluhu. Hukumnya menjadi Manshub sebab  mengikuti muakkad nya sampai-sampai  menjadi Kullahu.

Contoh-Contoh Kalimat Taukid:

حَضَرَ القَائِدُ نَفْسُهُ (Panglima tersebut  sendiri yang sudah  hadir)
حَضَرَتْ فَاطِمَةُ عَينُهَا (Fatimah sendiri yang hadir)
جَاءَ الرَّجُلَانِ أَنْفُسُهُمَا (Dua lelaki tersebut  sendiri yang datang).
جَاءَتِ المَرْأَتَانِ أَعْيُنُهُمَا (Dua perempuan tersebut  sendiri yang sudah  datang).
جَاءَ الرِّجَالُ أَعْيُنُهُمْ (Para lelaki tersebut  sendiri yang datang).
جَاءَتِ النِّسَاءُ أَنْفُسُهُنَّ (Para wanita tersebut  sendiri yang datang).
جَاءَ الرُّكُبُ كُلُّهُ (Unta-unta tunggangan tersebut  datang semuanya).
الأُمَّةُ العَرَبِيَّةُ جَمِيعُهَا قَلْبٌ وَاحِدٌ (Orang-orang arab semuanya berhati yang satu).
حَضَرَ القَومُ عَامَّتُهُمْ (Kaum tersebut  telah muncul  semuanya).
فِيهَا عَينَانِ تَجْرِيَانِ (Padanya terdapat  dua mata air yang mengalir) (Al Quran Surah Ar Rahman: 50)
كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ (Setiap insan  terikat dengan apa yang diupayakannya) (Al Quran Surah Ath Thur: 21)
تَظَاهَرَ العَامَّةُ مِنَ النَّاسِ (Kebanyakan insan  melakukan demonstrasi).
كِلا الرَّجُلَينِ حَاضِرَانِ (Kedua pria tersebut  hadir).




Sumber Rujukan :
  • Ilmu Nahwu – Terjemah Matan Al-Jurumiyyah dan Imrithy kaarya K.H. Moch. Anwar
  • Catatan Nahwu Pribadi
  • badaronline.com
  • Al-Qawaid al-Asasiyah lil lughah al-‘Arabiyah karya Ahmad al-Hasyimi
  • https://nahwusharaf.wordpress.com
  • www.vianeso.com
  • Terj. Alfiyah Syarah Ibnu ‘Aqil karya Bahaud Din Abdullah ibnu ‘Aqil