Pengertian Mustatsna’ (مستثنى )
Mustatsna’ (مستثنى ) yakni isim manshub (yang dibaca nashob) yang terletak setelah huruf istitsna’ untuk menyatakan hukum yang bertolak belakang dengan sebelumnya, bahasa gampangnya, mustatsna' ialah bab yang menerangkan kata yang yang 'dikecualikan' yang jatuh setelah huruf istitsna'. Adapun Isim yang terletak sebelum huruf istisna’ dinamakan mustatsna’ minhu (مستثنى منه ).
Contoh:
جاءَ الطُّلَّابُ إلاّ زَيْدًا
[ الطُّلَّابُ : مستثنى منه ، زَيْدًا : مستثنى ].
Kata “ إلاّ “ ialah salah satu huruf istitsna’. Kata sebelumnya yakni “الطُّلَّابُ “ dinamakan mustatsna’ minhu (مستثنى منه), dan kata setelahnya “ زَيْدًا “ dinamakan dengan mustatsna’ (مستثنى).
Pembagian Mustatsna’ (مستثنى )
Mustatsna’ terbagi menjadi dua, yaitu;
a. Muttashil ( متصل )
Yaitu mustatsna yang sebenarnya adalah bagian dari kelompok mustatsna’ minhu.
Contoh:
جاءَ المُدَّرِسُوْنَ إِلَّا مَحْمُوْدًا : para guru sudah datang kecuali Mahmud.
Jika kita lihat, mustatsna di atas adalah kata مَحْمُوْدًا (Mahmud), dan ia adalah bagian dari mustatsna' minhu nya yaitu المُدَّرِسُوْنَ (para guru), atau menunjukan bahwa sebenarnya Mahmud juga seorang guru hanya saja ia tidak datang.
Mustatsna’ muttashil ini bermanfaat sebagai takhshis (pengkhususan) sesudah ta’mim (kata umum)
b. Munqathi’ ( منقطع )
Yaitu muststsna’ yang bukan bagian dari jenis mustatsna’ minhu. atau kebalikan dari mustatsna Muttashil di atas.
Contoh:
احْتَرَقَتْ المَدْرَسَةُ إلاّ الكتُبَ : Sekolah tersebut terbakar kecuali sejumlah buku .
Mustatsna' di atas adalah kata 'الكتُبَ', dan mustatsna' minhunya adalah 'المَدْرَسَةُ', antara keduanya kata ini adalah hal yang berbeda, maka dinamakan juga mustatsna' munqati'.
Mustatsna’ munqati’ berfaedah untuk istidra’ (kebalikan/pengecualian) bukan takhsis (pengkhususan).
Huruf-huruf Istitsna’
Istitsna’ mempunyai 8 huruf, yaitu:
إلاّ و غيرٌ و سِوًى و خَلا و عَدا و حَاشَا و ليسَ و لا يكونُ .
Hukum Pembacaan Istitsna'
Penggunaan huruf-huruf tersebut diatas dipecah menjadi empat, yaitu:
1. Mustatsna' bi illa al-muttashil
( المُسْتَثْنَى بِإلاَّ المُتَّصِل)
Mustatsna’ jenis ini memiliki tiga keadaan:
- Wajib dibaca Nashab
Yaitu bilamana kalimatnya tam lagi mujab (kalimat sempurna dan positif/tidak ada kata negatifnya), mustatsna’nya dilafalkan baik letaknya sebelum atau juga sesudah mustasna’. Contoh:
المثال الأول : ينجحُ الطُلَّابُ إلاَّ الكَسُوْلَ
المثال الثاني : ينجحُ إلاّ الكسولَ الطُلَّابُ
- Jawaz Nashab dan Badaliyah (boleh dibaca Nashob, boleh juga dibaca rofa' karena menjadi badal)
Yaitu bilamana kalamnya tam manfiy (berupa kalimat sempurna tapi terdapat kata negatifnya 'tidak') atau syibh manfiy (menyerupai kalimat yang mengandung kata negatif 'tidak'), dilafalkan mustasna’ minhunya.
> Contoh tam manfiy (kalimat sempurna dengan kata negatif 'tidak'):
- Boleh dibaca Nashob menjadi mustatsna':
ما جاء الطُلاَّبُ إلا زَيْدًا
[زَيْدًا : مستثنى، منصوب وعلامة نصبه فتحة ظاهرة في آخره لأنه اسم المفرد]
Sekumpulan siswa tidak datang, kecuali Zaid[Zaid: menjadi Mustatsna' dan dibaca nashob, tanda nashobnya adalah fathah yang nampak diakhirnya, karena termasuk isim mufrod]
- Boleh juga tetap dibaca Nashob tapi kedudukan sebagai Badalnya mustatsna minhu:ما رَأيْتُ الطُلاَّبَ إلا زَيْدًا
[زَيْدًا : بدل منصوب]
Saya tidak melihat para siswa, kecuali Zaid[Zaid: menjadi badal dari الطُلاَّبَ dan dibaca nashob]
Boleh dibaca Rofa' karena menjadi Badal:ما جاء الطُلاَّبُ إلا زَيْدٌ[زَيْدٌ : بدل ل " الطُلاَّبُ " مرفوع]
Sekumpulan siswa tidak datang, kecuali Zaid[Zaid: menjadi Badal untuk kata 'الطُلاَّبُ', dan ia dibaca Rofa']
Baca Juga:
- Kalam Naqis (Hukum saat kalimatnya tidak sempurna, maka pembacaan mustatsna'nya sesuai dengan jabatannya dalam kalimat.
Yaitu bilamana kalamnya manfiy atau syibh manfiy, dan mustasna’nya tidak disebutkan.
Contoh:
> Dibaca Rofa' karena menjadi fa'il:ما جاءَ إلا زَيْدٌ
[زَيْدٌ : فاعل مرفوع]
Hanya Zaid yang datang
[Zaid: menjadi Fa'il dan dibaca rofa', tanda rofa'nya dommah]
> Dibaca Nashob karena menjadi Maf'ul bih:ما رأيتُ إلا سَمَكًا
[ سَمَكًا : مفعول به منصوب وعلامة نصبه فتحة ظاهرة في آخره لأنه اسم المفرد ]
Saya hanya melihat Ikan[Ikan: menjadi maf'ul bih, dan dibaca nashob tanda nashobnya adalah fathah yang nampak diakhirnya, karena termasuk isim mufrod]
> Dibaca Jar karena kemasukan huruf Jar:ما مررتُ إلا بِــزَيْدٍ
[ زَيْدٍ : اسم مجرور ]
Saya hanya bertemu dengan Zaid[Zaid: isim yang dibaca jar dengan kasroh karena sebelumnya terdapat huruf jar 'بِ']
Mustatsna’ dengan huruf illa tapi yang munqati' (antara mustatsna' dan mustatsna' minhu berbeda jenis), mustatsna' jenis ini mesti dibaca nashab, baik letaknya sebelum atau setelah mustatsna’ minhu, atau baik kalamnya mujab [kalimat positif/tanpa kata 'tidak'] atau manfiy [kalimat negatif dengan kata 'tidak'].
Contoh:
جاءَ زَيْدٌ إلا حَقِيْبَتَــهُ
[حَقِيْبَةَ : مستثنى منصوب وعلامة نصبه فتحة ظاهرة في آخره لأنه اسم المفرد ]
Zaid telah datang, kecuali tasnya.[Tas: mustatsna' dibaca nashob, tanda nashobnya adalah fathah yang nampak diakhirnya, karena termasuk isim mufrod]
ما جاءَ زَيْدٌ إلا حَقِيْبَتَــهُ
[حَقِيْبَةَ : مستثنى منصوب وعلامة نصبه فتحة ظاهرة في آخره لأنه اسم المفرد ]
Zaid tidak datang, kecuali tasnya
[Tas: mustatsna' dibaca nashob, tanda nashobnya adalah fathah yang nampak diakhirnya, karena termasuk isim mufrod]
3. Mustatsna' dengan huruf غير dan سوى
(المستثنى بغير و سوى)
Mustatsna’ jenis ini harus dibaca jar/majrur selamanya dengan cara idhafah ( غير dan سوى menjadi mudhof, adapun mustatsna' nya menjadi mudhof ilaih maka dibaca jar)
Contoh:
جاءَ القومُ غيرَ زَيْدٍ
Sekumpulan kaum telah datang kecuali Zaid
جاءَ القومُ سوى زَيْدٍ
Sekumpulan kaum telah datang kecuali Zaid
Kedua huruf istitsna’ ini memakai hukum المستثنى بإلا (mustastna' dengan huruf إلا ) dalam i’rab.
Contoh:
> Kalam manfy (kalimat negatif)
مَا جَاءَ غيرَ عَلِيٍَ أحدٌ
Tak seorang pun yang datang kecuali Ali
[kata غيرَ : dibaca nashob karena kalimatnya manfy, dan ia mendahului mustatsna' minhu 'أحدٌ'
> Kalam tam manfy (kalimat sempurna + negatif) dibaca Nashob
مَا احْتَرَقَ الفَصْلُ غيرَ سَبُّوْرَتِــهِ
Kelas tersebut tidak terbakar, kecuali papan tulisnya
[kata غيرَ : dibaca nashob karena kalimatnya manfy, dan mustatsna 'سَبُّوْرَتِــهِ' tidak mendahului mustatsna' minhu 'الفَصْلُ', dan mustatsna' ini juga masuk kategori munqati']
> Kalam tam manfy (kalimat sempurna + negatif) sebagai Badal
ما جاءَ القومُ غيرُ الـمُسَافِرِيْنَ
Sekumpulan kaum tidak datang, yang mana bukan termasuk para musafir
[Kata غيرُ dibaca Rofa' dengan dhommah, karena menjadi Badalnya kata 'القومُ']
Baca Juga:
> Kalam tam manfy (kalimat sempurna + negatif)
ماجَاءَ القومُ غيرَ زَيْدٍSekumpulan kaum tidak datang kecuali Zaid
[Kata غيرَ dibaca Nashob dengan fathah, karena kalimatnya tam manfy 'kalimat sempurna dan negatif']
> Kalam naqis manfy (kalimat tidak sempurna dan negatif) sebagai Fai'il:
ما ذَهَبَ غيرُ زَيْدٍ
Tak ada yang pergi selain Zaid
[kata غيرُ menjadi fa'il dan dibaca Rofa' dengan dhommah,karena kalimatnya manfy dan tidak disebutkan mustatsna' minhunya]
> Kalam naqis manfy (kalimat tidak sempurna dan negatif) sebagai Maf'ul bih:
ما رأيتُ غيرَ زَيْدٍ
Saya tidak melihat seseorang kecuali Zaid
[Kata غيرَ menjadi maf'ul bih dari fi'il رأيتُ, ia dibaca Nashob dengan fathah, karena termasuk kalimat naqis manfy dan mustatsna' minhu nya tidak disebutkan]
> Kalam naqis manfy (kalimat tidak sempurna dan negatif) yang dibaca Jar:
مررتُ بــغيرِ زَيْدٍ
Saya bertemu dengan selain Zaid
[Kata غيرِ dibaca jar sebab didahului huruf jar, dan juga karena termasuk kalimat naqis manfy dan mustatsna' minhu nya tidak disebutkan]
4. Mustatsna' dengan خَلا, عَدَا, dan حاشا
(المُستثْنى بِخَلا و عَدَا و حاشا)
Mustatsna’ jenis ini mempunyai dua hukum, yaitu:
- Mustatsna' dibaca Nashob sebagai maf’ul bih, karena kata خَلا, عَدَا, dan حاشا sebagai fi’il madhi, jadi mustatsna'nya itu menjadi maf'ul bih dari kata خَلا, عَدَا, dan حاشا.
Contoh:
ذَهَبَ القومُ خَلا زَيْدًا
Sekumpulan kaum pergi meninggalkan Zaid (membuat Zaid sendirian)
[Kata خَلا adalah huruf istitsna' dan termasuk fi'il madhi, maka ia membutuhkan maf'ul bih, dan kata زَيْدًا lah yang menjadi maf'ul bih nya] - Mustatsna dibaca Jar karena خَلا, عَدَا, dan حاشا menjadi huruf jar tambahan.
Contoh:
رَجَعَ القومُ حاش زَيْدٍ
[Kata حاش dianggap sebagi huruf jar, maka kata setelahnya 'mustatsnanya' harus dibaca jar زَيْدٍ].
Lafad خلا serta lafad عدا paling sering menashobkan mustasna' dan jarang sekali membuat mustasnanya dibaca jar. Adapun lafad حاش paling sering membuat mustasnanya dibaca jar dan jarang sekali menashobkan mustasnanya.
ليس dan لا يكونُ adalah bagian dari fi’il naqis (kata kerja yang tidak lengkap, baca juga: Pengertian Fi'il Tam dan Fi'il Naqis). Namun terkadang dua-duanya bermakna ististna’. Mustasna’ dari lafad ليس dan لا يكونُ keadaannya akan selamanya dibaca Nashob, sebab mustatsna tersebut menjadi khabarnya.
Contoh:
ذَهَبَ القومُ ليس زَيْدًا
Sekumpulan kaum yang telah pergi bukanlah Zaid
Demikianlah penjelasan ringkas tentang Pengertian Mustatsna' (المستثنى) dalam Ilmu Nahwu, semoga dapat bermanfaat dan menambah ilmu. Selamat belajar. :)
Assalamu'alaikum terima kasih atas ilmunya..
ReplyDeleteAssalamualaikum Ustadz
ReplyDeleteKalo kalimatnya seperti ini
ما مرّ زيد بغير سعيد
Kalimatnya termasuk tam manfy ya?
Tarjimnya "Zaid tidak berpapasan kecuali dengan Sa'id"
I'rab-nya
ب : حرف جرّ مبني على الكسر
غير : اسم مجرور وعلامة جرّه كسرة، وهو مضاف
سعيد : مضاف إليه مجرور وعلامة جرّه كسرة
Sudah benar belum, Ustadz?
Apakah kalimat husrin dlm surat al ashr termasuk mustatsna minhu.?jazakalloh
ReplyDelete