Contact Us - Privacy Policy - Disclaimer - Terms of Service - About
loading...

Pengeritan Munada (المنادى) berserta Macam-macamnya dalam Ilmu Nahwu

Pengeritan Munada (المنادى) berserta Macam-macamnya dalam Ilmu Nahwu

Pengertian Munada
Definisi Munada merupakan kalimah isim yang dinamakan  sesudah atau jatuh setalah huruf   nida. Penggunaan Munada dengan mempergunakan huruf-huruf   panggilan huruf   nida supaya  yang dipanggil mengunjungi  atau menoleh untuk  yang memanggil. Dalam bahasa arab, nida' artinya ialah  seruan.
Contoh Munada:
 ياَ عَبْدَ اللهِ
"Wahai, Abdullah"

Huruf nida’ berjumlah tujuh macam, yaitu
يا=َ أ= أَيْ= آ= هَياَ=أَياَ=وَا

Keterangan :

Huruf Nida (أَيْ) dan (أَ) dipakai  untuk menyeru sesuatu yang dekat. (أَياَ), (هَياَ) dan (آ) guna  menyeru sesuatu yang jauh. (ياَ) untuk seluruh  munada, baik dekat, jauh atau sedang. (وَا) guna  ratapan, yaitu dipakai  untuk meratapi sesuatu yang dirasakan  sakit, Contoh: (وَا كَبِدِي!)

Sedangkan andai  (ياَ) ditentukan dalam menyeru nama Allah ta’ala, sampai-sampai  nama Allah jangan  diseru dengan yang lainnya, dan dalam istighatsah (permintaan tolong), sampai-sampai  tidak diizinkan  meminta bantu  dengan di samping  (ياَ)

Huruf . (ياَ) dan (وَا) ditentukan guna  nudbah, sampai-sampai  selain dua-duanya  tidak dapat  digunakan guna  nudbah, tetapi  (وَا) dalam nudbah lebih tidak sedikit  digunakan

Macam-Macam Munada
1. Munada mufrad alam atau mufrad ma’rifat ialah  munada yang tidak berupa mudlaf atau syibhul mudlaf, baik munada tersebut  berupa tatsniyyah atau jama’, laksana  (ياَ زَيْدُ), (ياَ زَيْدَانِ), dan (ياَ زَيْدُونَ).

2. Munada nakirah maqshudah. Yaitu seluruh  isim nakirah yang jatuh sesudah  huruf   nida’ dan dimaksudkan guna  memu’ayyankannya (untuk sesuatu yang tertentu), Contoh :(ياَ رَجُلُ) “Wahai anak muda.”

3. Munada nakirah ghairu maqsudah. seluruh  isim nakirah yang jatuh sesudah  huruf   nida’ yang dimaksudkan tidak guna  sesuatu yang tertentu, laksana  orang buta yang menyampaikan  (ياَ رَجُلاً خُذْ بِيَدِي) “Wahai anak muda! Peganglah tanganku.”

4. Munada mudlaf. munada yang berupa rangkaian  mudlaf-mudlaf ilaih, laksana  (ياَ غُلاَمَ زَيْدٍ).

5. Munada syibhul mudlaf. munada yang berupa lafal yang memerlukan  pada lafal yang lainnya guna  kesempurnaan maknanya, laksana  (ياَ طاِلِعاً جَبَلاً)

Ketentuan Munada
Apabila sebuah  kata ada  AL ( الُْ) ada sejumlah  ketentuan dalam pemanggilannya.
1. Kata yang di panggil I’robnya marfu’
2. Menambahkan lafazh sesudah  huruf   nida’:
a. أَيُّهَا Bagi  isim mudzakkar
b. أَيَّتُهَا Bagi  isim muannats
Contoh: يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ =يَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ= يَا أَيَّتُهَا الْمَرْأَةُ= يَا أَيَّتُهَا الْمُسْلِمَاتُ

3. Khusus guna  lafazh jalalah Allah الله, melulu  boleh memakai  huruf   nida’ يَا . Contoh: يَا اَللهُ Biasanya guna  memanggil lafzhul jalalah Allah dipakai  اَللّهُمَّ

4. Terkadang munada melemparkan  huruf   Nida Contoh: رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَحِيْمٌ Asalnya ialah  يَا رَبَّنَا يُوْسُفُ أَعْرِضْ عَنْ هَذَا Asalnya ialah  يَا يُوْسُفُ

5. Jika munada mudhof untuk  ya’ mutakallim maka ya’ boleh dibuang. Contoh: يَا رَبِّي وَلَدِ تَعَالَ Asalnya يَا وَلَدِي

Itulah pembahasan tentang Munada, semoga bermanfaat dan selamat belajar. :)