Contact Us - Privacy Policy - Disclaimer - Terms of Service - About

Pengertian Maful Maah (المفعول معه ) dalam Ilmu Nahwu

Pengertian Maf'ul Ma'ah (المفعول معه ) dalam Ilmu Nahwu

Maf’ul Ma’ah مَفْعُوْلُ مَعَهُ merupakan   isim manshub yang terletak sesudah  huruf   Wau (و). Akan tetapi, wau itu  tidak bermakna DAN (kata sambung). Melainkan mempunayi makna  bersama atau kebersamaan. Maka dari itulah Maf'ul Ma'ah pun  disebut Wau Ma'iyyah, sampai-sampai  wawu maiyah pengertiannya sama saja dengan Maf'ul Ma'ah.

Contoh: سِرْتُ وَالْجَبَلَ (Aku berjalan bareng  gunung). Kata الْجَبَلَ dibaca manshub dengan berharokat fathah sebab  sebagai maf'ul ma'ah dalam format  isim mufrod. Contoh lain:
جَاءَ الأمُّ وَوَلَدُهَا وَغُرُوْبَ الشَّمْسِ  > "Seorang Ibu dan Anaknya datang bersamaan dengan terbenamnya matahari"
إسْتَيْقَظَ زَيْدٌ وَتَغْرِيْدَ الطُّيُوْرِ > "Zaid bangun bersamaan dengan burung berkicau"
رَجَعَ زَيْدٌ وَطُلُوْعَ الْفَجْرِ > "Zaid pulang bersamaan dengan terbitnya fajar"

Baca Juga: Maf'ul MutlaqMaf'ul Liajlih, Maf'ul Bih, dan Maf'ul Fiih.

Cara memisahkan  Wau Ma'iyyah dengan Wau 'Athaf
Sebelumnya saya pernah mencatat  tentang wau athaf pada bab mengenai  athaf. Karena disini membicarakan  masalah wau ma'iyyah. Adakalah saya dan anda butuh  mengetahui perbedaannya.

1. Kalau wau athof, i'robnya (harokat) mengekor  lafadz sebelumnya. Jika harokat fathah maka ma'tufnya pun  fathah. andai  kasroh maka pun  kasroh. Jika harokatnya dhammah maka ikut dhammah. Berbeda dengan wawu ma'iyyah. I'robnya me sti nashob sebagaimana definisi  diatas. Contoh : جَاءَ عُمَرُ وَغُرُوْبَ الشَّمْسِ (Telah datang umar bareng  dengan tenggelamnya matahari) Kata غُرُوْبَ manshub dengan harokat fathah sebab  sebagai maf’ul ma’ah

2. Untuk memisahkan  Wau Ma'iyyah dengan Wau 'Athaf dapat  juga disaksikan  dari makna/artinya. Kalau Wau 'Athaf bermakna DAN (kata sambung), maka Wau Ma'iyyah bermakna BERSAMA.

SYARAT SYARAT MAF’UL MA’AH

1. Berbentuk isim Fadhlah
Adanya isim tersebut tergolong  kelebihan. Maksudnya tanpa adanya isim terebut sebetulnya  jumlah itu  sudah dapat  dipahami
contoh : دَعِ الظَّالِمَ وَالأَيَّامَ

2. Sebelum Wawu Ma’iyyah terdapat  Jumlah misal  جَاءَ الاَمِيرُ وَالجَيْسَ (raja datang bersamaan dengan prajurit)

3. Maf’ul ma’ah terletak langsung sesudah  huruf   WAU yang dinamakan  dengan WAU ma’iyyah. Tidak boleh terdapat  lafadz pemisah sebelumnya.

4. WAU ma’ah mengindikasikan  suatu kebersamaan, bukan kata sambung

Berikut ialah  contoh-contoh maf'ul ma'ah atau wau ma'iyyah:
غَزَا الرِجَالُ وَالْقَائِدَ (para lelaki berperang beserta panglima)
ذَهَبَ التُّجَّارُ وَطُلُوْعَ الشَّمْسِ (para saudagar  pergi saat  terbit matahari)
شَرِبَ الْمُدَرِّسُ وَ التِّلْمِيْذَ (Guru tersebut  minum bersamaan dengan murid)
وَقَفَ الْوَلَدُ وَ الضِّيْفَ (Anak laki-laki tersebut  berhenti bersamaan dengan tamu)
جَاءَ عُمَرُ وَغُرُوْبَ الشَّمْسِ (Umar datang bareng  dengan tenggelamnya matahari)
جَاءَ مُحَمَّدٌ وَطُلُوْعَ الشَّمْسِ (Muhammad datang bersamaan dengan terbitnya matahari)


Pengertian Maful Liajlih (المفعول لأجله) beserta Contoh-contohnya dalam Ilmu Nahwu


Pengertian Ma'ful Liajlih (المفعول لأجله) beserta Contoh-contohnya dalam Ilmu Nahwu

A.Pengertian Maf’ul Liajlih

Maf’ul liajlih ialah  Isim yang dibaca nashob yang bermanfaat  untuk menyatakan  sebab atau motif terjadinya perbuatan.
Contoh:

جَلَسْتُ عَلَى الكُرْسِيِّ تَعْبًا
(Aku duduk di atas kursi karena lelah)

رَجَعْتُ إِلَى البَيْتِ شَوْقًا لِلْأسْرَةِ
(Aku pulang ke rumah karena kangen dengan keluarga)

أكَلْتُ الطَعَامَ جَوْعًا
(Aku memakan makanan karena lapar)

أذهَبُ إِلَى الْمَدْرَسَةِ رَغْبَةً فِيْ الْعِلْمِ
( Aku berangkat ke sekolah sebab  mencintai Ilmu)

ضَرَبْتُ الْوَلَدَ تَأْدِيْبًا لَهُ
( Aku memukul anak tersebut  karena bermaksud guna  mendidiknya)

Penjelasan :

kata 'mendidik', 'cinta', 'lelah', 'lapar', dan 'rindu' adalah menjadi Maf’ul Li Ajlih,  hukumnya Nashob dan tanda Nashob nya adalah Fathah.

Lafazh-lafazh yang biasa menjadi maf’ul liajlih:

إِكْرَامًا (sebab hormat) حيَاءً(karena malu)
حُزْنًا (karena sedih) رَحْمَةً (karena sayang)
خَوْفًا (karena takut) حَسَدًا (karena iri)
حُبًّا (karena cinta) بُغْضًا ( sebab  marah)
تَاْدِيْبًا ( sebab  mendidik) إِيْمَانًا (karena beriman)
شَفَقَةً (sebab kasihan) فَرْحًا (karena senang)
تَعْبًا (karena lelah) شُكْرًا (karena bersyukur)
غَضْبًا (karena marah) رَغْبَةً (karena cinta)

Penjelasan :
Sebenarnya hukum Maf’ul li Ajlih ialah  dibaca Nashob, tetapi dapat  di Jarr dengan huruf   Lam (ل) dan terkadang Maf’ul li Ajlih sama sekali tidak menduduki sebagai ma'ful li ajlih, namun  menjadi Jarr-Majrur dan mempunyai ta'aluq atau hubungan  dengan kata sebelumnya.

Contoh:

أَعْطَيْتُ الْفَقِيْرَ طَعَامًا لِشَفَقَتِهِ
(Aku memberi orang fakir tersebut  makanan sebab  kasihan kepadanya)

perhatikan kata 'لِشَفَقَتِهِ', kata tersebut sebenarnya berkedudukan sebagai ma'ful liajlih, tapi dalam kalimat tersebut kata 'لِشَفَقَتِهِ' dibaca jar karena ada huruf lam 'لِ', karena kata tersebut diawali dengan huruf lam (huruf jar) maka ia mempunyai hubungan dengan kata sebelumnya, perhatikan : 'saya memberi orang fakir tersebut makanan' ini adalah kalimat pertamanya,, karena kemasukan huruf jar pada kata 'لِشَفَقَتِهِ' maka jar majrur tersebut mempunyai hubungan, dan diterjemahkan dengan kata 'sebab kasihan kepadanya'.



Contoh I’ROB :

أكَلْتُ الرُزَّ  جَوْعًا
Saya makan nasi karena lapar

أكَلْتُ : “أكَلْ” فِعْلٌ مَاضٍ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُوْنِ ،
وَ "التَّاءُ" ضمير مُتَّصِلٌ مَبْنِيٌّ عَلَى الضَمِّ فَاعِلٌ
الرُرَّ : مَفْعُوْلٌ بِهِ مَنْصُوْبٌ و عَلَامَةُ نَصْبِهِ فَتْحَةٌ
جَوْعًا: مَفْعُوْلٌ لِأجْلِهِ مَنْصُوْبٌ و عَلَامَةُ نَصْبِهِ فَتْحَةٌ

أكَلْتُ : 'telah makan' fiil madhi mabni sukun, adapun huruf “Ta” ialah  Dhomir Fa’il mabny atas Dhommah dibaca rofa.
الرُرَّ: maf'ul bih dibaca nashob, tanda nashobnya adalah fathah.
جَوْعًا: maf'ul liajlih dibaca nashob, tanda nashobnya adalah fathah.


B.Ketentuan-ketentuan Maf’ul Li ajlih :

Terdapat sejumlah  ketentuan Maf’ul Li Ajlih diantaranya :

1. Maf’ul Li ajlih me sti senantiasa memakai  Mashdar
Contoh :

إِكْرَامًا (sebab hormat) حيَاءً(karena malu)
حُزْنًا (karena sedih) رَحْمَةً (karena sayang)
خَوْفًا (karena takut) حَسَدًا (karena iri)
حُبًّا (karena cinta) بُغْضًا ( sebab  marah)
تَاْدِيْبًا ( sebab  mendidik) إِيْمَانًا (karena beriman)
شَفَقَةً (sebab kasihan) فَرْحًا (karena senang)
تَعْبًا (karena lelah) شُكْرًا (karena bersyukur)
غَضْبًا (karena marah) رَغْبَةً (karena cinta)


2. Maf’ul Li Ajlih me sti terdiri dari tindakan  yang bersangkutan   dengan hati dan dinamakan  أَفْعَالُ الْقَلْب
تَأْدِيْبًا , رَغْبَةً , إِيْمَانًا, حُبًّا, طَعَامًا

Penjelasan :
Lafazh-lafazh tersebut tindakan  yang sehubungan  dengan hati.

3. Untuk menggali  Maf’ul Li Ajlih dapat dipakai  kata tanya
( kenapa  ).
تَأْدِيْبًا , رَغْبَةً , إِيْمَانًا, حُبًّا, طَعَامًا

Penjelasan :

Lafazh-lafazh itu  adalah jawaban dari pertanyaan “ mengapa”, atau terdapat  hubungan sebab-akibat dari sebuah  perbuatan.

Baca Juga: Maf'ul MutlaqMaf'ul Bih, Maf'ul Ma'ah, dan Maf'ul Fiih.

Itulah penjelasan singkat tentang maf'ul liajlih, semoga bermanfaat dan selamat belajar. :D

Pengertian Isim Istifham (اسم الاستفهام) dalam Ilmu Nahwu


Pengertian Isim Istifham (اسم الاستفهام) dalam Ilmu Nahwu
Isim istifham (اِسْمُ الْإِسْتِفْهَامِ) ialah  isim mabni yang dipakai  untuk menanyakan mengenai  sesuatu. Dalam bahasa Indonesia dinamakan  “kata tanya”.
Contoh :
Siapakah orang pria  ini? = مَنْ هَذَا الرَّجُلُ ؟
Apa yang terdapat  di tanganmu? = مَا الَّذِي بِيَدِكَ ؟
Di manakah rumahmu? = أَيْنَ بَيْتُكَ ؟

Isim Istifham ialah  :

- أَ (apakah).
Dipakai guna  menanyakan mengenai  isi kalimat dan guna  menanyakan tentang di antara  dari dua atau sejumlah  hal, misal  :
Apakah Muhammad telah  datang? = أَ جَاءَ مُحَمَّدٌ ؟
Apakah kamu  datang berkendaraan atau berlangsung  kaki? = أَ رَاكِبًا جِئْتَ اَمْ مَاشِيًا ؟

- هَلْ (apakah).
Dipakai guna  menanyakan mengenai  isi kalimat, misal  :
Apakah kamu  datang dengan berkendaraan? = هَلْ جِئْتَ رَاكِبًا ؟

- مَنْ (siapa).
Dipakai guna  menanyakan yang berakal, misal  :
Siapakah orang yang berdiri di sana? = مَنِ الَّذِي قَامَ هُنَاكَ ؟

- مَا (apakah).
Dipakai guna  menanyakan yang tidak berakal, misal  :
Apakah ini? = مَا هَذَا ؟
Biasanya ditambah akhiran ذَا menjadi مَاذَا, misal  :
Apakah yang sudah  terjadi? = مَاذَا الَّذِي حَدَثَ ؟

- مَتَى (kapan).
Dipakai guna  menanyakan mengenai  waktu, misal  :
Kapan kau berangkat? = مَتَى تُسَافِرُ ؟

- أَيْنَ (dimana).
Dipakai guna  menanyakan mengenai  tempat, misal  :
Dimana kantor pos? = أَيْنَ مَكْتَبُ الْبَرِيْدِ ؟

- كَيْفَ (bagaimana).
Dipakai guna  menanyakan keadaan, misal  :
Bagaimana suasana  cuaca? = كَيْفَ اَحْوَالُ الطَّقْسِ ؟

- كَمْ (berapa).
Dipakai guna  menanyakan jumlah/bilangan, misal  :
Berapa harga mobil itu? = كَمْ ثَمَنُ السَّيَّارَةِ ؟
Adakalanya kata tanya كَمْ didahului oleh kata depan (huruf   jarr) بِ, sampai-sampai  menjadi بِكَمْ (artinya tetap/berapa), misal  :
Berapa kaubeli buku  ini? = بِكَمْ اِشْتَرَيْتَ هَذَا الْكِتَابَ ؟

- أَيُّ (yang mana).
Dipakai guna  menanyakan satu dari dua atau banyak, misal  :
Buah-buahan yang mana yang kausuka? = أَيُّ فَاكِهَةٍ تُحِبُّ ؟
Di lokasi  tinggal  yang mana kautinggal? = فِي أَيِّ بَيْتٍ تَسْكُنُ ؟

Semua isim istifham di atas ialah  mabni (artinya tidak berubah-ubah bunyi huruf   akhirnya) kecuali أَيُّ, huruf   ini merasakan  perubahan menurut  keterangan dari  perubahan jabatannya di dalam kalimat.

Isim Mu"rab dan Isim Mabni (المعرب والمبني) beserta Macam-macamnya dalam Ilmu Nahwu.


Isim Mu"rab dan Isim Mabni (المعرب والمبني) beserta Macam-macamnya dalam Ilmu Nahwu.

A. Pengertian Isim Mu'rab

Isim itu  ada dua bagian, pertama adalah  isim mu’rab (isim yang huruf akhirnya berubah) dan ia ialah  asli, yakni  isim yang mengalami  perubahan pada bagian akhirnya sebab  berbedanya amil yang memasukinya, adakalanya  perubahan secara lafadz, laksana  lafadz زَيْدٌ dan عَمْرٌو , dan adakalanya  perubahan secara alami perkiraan, laksana  lafadz مُوْسَى dan اَلْفَتَى

Adapun Macam-Macam Isim Mu'rab adalah sebagai berikut:

1. المُفْرَد = al-mufrad = isim yang menunjukkan  arti satu (dalam bahasa Inggris disebut  juga dengan singular).

Contoh:

كِتَابٌ = kitaabun = dengan kata lain  satu buku.

قَمَرٌ = qomarun = dengan kata lain  satu bulan.


2. المُثَنَّى = al-mutsanna = isim yang menunjukkan  arti dua.

Contoh:

كِتَابَانِ = kitaabaani = dengan kata lain  dua buku.
مَدْرَسَتَانِ = madrosataani = dengan kata lain  dua sekolah.

3. جمع المذكر السالم = jama' mudzakkar saalim = isim yang menunjukkan  arti banyak/lebih dari dua (plural) yang dikhususkan untuk  jenis laki-laki.

Contoh:

مُؤْمِنُوْنَ = mu'minuuna = dengan kata lain  orang-orang yang beriman

4. جمع المؤنث السالم = jama' muannats saalim = isim yang menunjukkan  arti banyak/lebih dari dua (plural) yang dikhususkan untuk jenis perempuan.

Contoh:

مَدْرَسَاتٌ = madrosaatun = sekolah-sekolah (banyak sekolah)

5. جمع التكسير = jama' taksir = isim yang menunjukkan  arti banyak/lebih dari dua (plural) dan mempunyai perubahan format  dari mufradnya atau berubah dari mufradnya.

Contoh:

Mufrad (kata tunggal) dari rumah ialah  كِتَابٌ / kitaabun.
Jama' nya ialah  كُتُبٌ / kutubun.


6. اللأسماء الخمسة = al-asmaaul khamsah = nama-nama yang lima= isim yang berjumlah lima yang sama format  dan perubahannya.

Nama-nama yang lima itu  adalah: أَبٌ , أَخٌ , حَمٌ , فَمٌ , ذُوْ

Baca lengkap tentang Asmaaul Khamsah di sini


7. المقصور = al-maqshur = isim yang berakhiran alif lazimah dan sebelumnya berjajar  fathah.

Contoh:

الفَتَى = al-fataa = dengan kata lain  pemuda/remaja


8. المنقوص = al-manquush = isim yang berakhiran ya lazimah dan sebelumnya berjajar  kasrah.

Contoh:

الهَادِى = al-haadii = dengan kata lain  petunjuk.


9. الأسم الذى لا ينصرف = isim yang tidak bertanwin.

Contohnya:

nama wanita laksana  : فاطمة / faatimatu / fatimah

nama laki-laki yang berpola akhiran aan laksana  'utsmaanu / عُثْمَانُ


Baca lebih lengkap tentang Isim ghoiru munsharif di sini



B. Pengertian Isim Mabni


Sedangan yang kedua ialah  isim mabni (isim yang tetap), yakni  tidak merasakan  perubahan pada unsur  akhir kata walaupun amil yang memasukinya berbeda-beda. laksana  isim –isim dhamir (baik yang muttashil maupun yang munfashil), isim-isim kriteria , isim-isim istifham, isim-isim isyarah, isim-isim fi’il, dan isim-isim maushul.

Macam-macam Isim Mabni adalah sebagai berikut:

1. Isim dhamir dengan kata lain  kata ganti orang, contohnya: 

a. Kata ganti orang kesatu:
أَنَا (anaa) : saya.
نَحْنُ (nahnu) : kami.

b. Kata ganti orang kedua:
أَنْتَ (anta) : kamu (untuk laki-laki).
أَنْتِ (anti) : kamu (untuk perempuan).
أَنْتُمْ (antum) : kalian (untuk laki-laki).
أَنْتُنَّ (antunna) : kalian (untuk perempuan).
أَنْتُمَا (antumaa) : kalian berdua (untuk laki-laki dan perempuan).

c. Kata ganti orang ketiga.
هُوَ (huwa) : dia (untuk laki-laki).
هِيَ (hiya) : dia (untuk perempuan).
هُمْ (hum) : mereka (untuk laki-laki).
هُنَّ (hunna) : mereka (untuk perempuan).
هُمَا (humaa) : mereka berdua (untuk laki-laki dan perempuan).

Note:
Orang kesatu  dinamakan  mutakallim ( متكلم ).
Orang kedua dinamakan  mukhaathab ( مخاطب )
Orang ketiga dinamakan  ghaaib ( غائب ).

Baca Selengkapnya tentang Isim Dhamir di sini

2. Isim isyarah artinya ialah  kata tunjuk, yaitu:
هَذّا (haadza) : ini (untuk laki-laki)
هَذِهِ (hadzihi) : ini (untuk perempuan)
هَؤُلاَءِ (ha-u-laa-i) : ini seluruh  (untuk laki-laki dan perempuan)

ذَلِكَ (dzalika) : itu (untuk laki-laki)
تِلْكَ (tilka) : itu (untuk perempuan).
أُولئِكَ (u-laa-i-ka) : itu seluruh  (untuk laki-laki dan perempuan).

Baca Selengkapnya tentang Isim Isyaroh di sini: https://arabunaa.blogspot.com/2019/07/pengertian-isim-isyarah-dalam-imu-nahwu.html

3. Isim maushul ialah  kata penghubung, yaitu:
الَّذِى (alladzi) : yang (untuk laki-laki)
الذِيْنَ (alladziina) : mereka yang (untuk laki-laki)

الَّتِى (allatii) : yang (untuk perempuan).
اللاَّتِى atau اللآَّئِى ( allaatii atau allaa-ii) : mereka yang (untuk perempuan).

Baca selengkapnya tentang isim maushul di sini

4. Isim istifham ialah  isim yang dipakai  sebagai kata tanya, misalnya:مَنْ (man) : siapa
كَيْفَ (kaifa) : bagaimana
أَيْنَ (aina) : mana
كَمْ (kam) : berapa
مَتَى (mataa) : kapan
هَلْ (hal) : apakah
مَا (maa) : apakah

5. Isim Syarat  ialah  isim yang membutuhkan  jawab, yaitu:
مَنْ , مَتَى , مَا , مَهْمَا
Contoh:
مَنْ جَدَّ وَجَدَ  : Barangsiapa yang bersungguh-sungguh, ia akan berhasil


Demikianlah penjelasan tentang isim mu'rab dan isim mabni beserta macam-macamnya, semoga menambah pengetahuan kita tentang ilmu nahwu ya teman-teman. Selamat belajar! :D

Pengertian, Pembagian dan Macam-macam Mashdar ( المصدر) dalam Ilmu Nahwu.


Pengertian, Pembagian dan Macam-macam Mashdar ( المصدر) dalam Ilmu Nahwu.

A. PENGERTIAN MASHDAR
pengertian  masdar menurut  keterangan ilmu nahwu ialah :

الاِسْمُ المَنْصُوْبُ اللَّذِى يَجِيْئُ ثَالِثًا فِى تَصْرِيْفِ الفِعْلِ

Artinya : Isim manshub (ber-i’rab Nashab) yang dalam tashrif-an fi’ilnya jatuh pada urutan ketiga.

Untuk memahami  masdar ini sebenarnya gampang  saja, masing-masing  lafadz yang jatuh pada tashrif-an fiilnya itu berada di posisi ketiga maka ia dinamakan  masdar. Hanya saja, untuk memahami  urutan posisi tashrif-an itu  kita mesti memahami  terlebih dahulu tashrif-an atau derivasi dari suatu  kata. Perlu diketahui bahwa masdar ini disebut juga dengan  maf’ul mutlak.

Contoh :

ضَرَبَ – يَضْرِبُ – ضَرْبًا

Maka yang menjadi contohnya ialah  lafadz ضَرْبًا

lihat berbagai macam contoh tashrifan di sini dan download kitab tashrifannya GRATIS!


B. PEMBAGIAN MASHDAR
Masdar terbagi menjadi dua bagian, yakni  :

1 Masdar lafzhi
Masdar lafzhi merupakan   masdar yang sama persis  dengan lafadz fi’ilnya. Contoh : قَتَلْتُهُ قَتْلًا

contoh di atas  masdar lafzhi-nya yaitu   lafadz قَتْلًا sebab  ia mirip sekali huruf-hurufnya  dengan lafadz fi’ilnya yakni  lafadz قَتَلَ.

2 Masdar Ma’nawi
Masdar ma’nawi merupakan   masdar yang menyamai  fi’ilnya dalam hal artinya saja  akan tetapi lafadznya beda. Contoh : جَلَسْتُ قُعُوْدًا

contoh di atas, masdar ma’nawinya yaitu   lafadz قُعُوْدًا dimana lafadz ini arti/terjemahannya sama  dengan lafadz جَلَسَ.

C. Macam-macam Mashdar
Kalimat masdar tidak sedikit  sekali ada  dalam kalam Arabiya. Masdar-masdar tersebut  juga tidak sedikit  macamnya dengan kandungan arti  yang pelbagai  dan berbeda. Macam-macam masdar tersebut  adalah:

1. Mashdar al-Ashli
Masdar Ashli yaitu mashdar yang masih murni yang tidak ada arti  tambahan, tidak diawali  dengan huruf “mim” ziyadah dan tidak terdapat  huruf “ya” betasydid serta ta marbuthah di akhir kata.
Contoh:
ضَرْبًا + فَتْحًا
(Pukulan + buka)

2. Masdar al-Mimi
Masdar yang dimulai  dengan “mim” ziyadah,
Wazannya dari fi’il tsulasi yaitu
مَفْعَل dan مَفْعِل
Contoh:
مَضرَب dan مَوْعِد
(Janji dan pukulan)

ada pula yang Wazannya dari fi’il yang lebih dari tiga huruf yaitu  sama dengan wazan isem maf’ulnya, maka mengikuti wazan مُفْتَعَلٌ.
Contoh :
مُرْتَقَب
(intip)


3. Masdar al-Marrah
Masdar yang diciptakan  untuk mengindikasikan  berapa kali terjadinya perbuatan.
Wazannya terbentuk dari tsulasi yaitu
فَعْلَة
Contoh:
ضَرْبَة
(satu kali pukul)

ada pula yang Wazannya dari fi’il yang lebih dari tiga huruf yaitu  dengan ditambahkan  “ta” marbuthah dari masdar Ashli.
Contoh:
اِنْطِلاَقَة
(satu kali pergi)

4. Masdar al-Hai’ah
Masdar yang diciptakan  untuk mengindikasikan  bagaimana format  dan teknik  terjadinya perbuatan.
mengikuti Wazan tsulasinya yaitu
فِعْلة
Contoh:
مِشْيَة
(cara berjalan)
mashdar hai'ah hanya terdapat pada wazan tsulasi saja dan tidak ada di selain tsulasi.

5. Masdar as-Shina’i
Masdar shina’I ialah  masdar yang diciptakan  dari kalimat apa saja dengan menambahkan “ya” bertasydid dan “ta” marbuthat diakhirnya.
Contoh:
الإِنسانية
(kemanusiaan)


Demikian pengertian  masdar menyeluruh  dengan misalnya  dalam bahasa arab dan penjelasannya. Semoga bermanfaat.

Sejarah Penulisan Bahasa Arab Sebelum dan Sesudah Datangnya Islam.

Sejarah Penulisan Bahasa Arab Sebelum dan Sesudah Datangnya Islam.




1. Penulisan Pra Islam

Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Arab dahulunya ialah  bangsa  yang Ummy  (buta huruf) yakni  tidak dapat  menulis dan menghitung.  Sebagaimana yang sudah  di sampaikan  di dalam al-Qura’n :
Artinya : “Dia-lah yang mengutus untuk  kaum yang buta huruf   seorang Rasul salah satu  mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya untuk  mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS.  Al Jumuah : 2 )

Hal laksana  itu, tidak berarti anda  memukul rata bahwa seluruh  orang tidak dapat  membaca dan menulis, namun  di situ ada sejumlah  orang dari kalangan kaum Quraisy yang belajar tulis- mencatat  sebelum datangnya Islam. Hal ini seolah-olah  menjadi suatu  tanda-tanda ( Irhashot ) bakal  datang Nabi akhir zaman. Untuk menulis  dan membukukan wahyu yang turun untuk  Rasulullah Sallahu ‘Alahi wa Sallam. Sebab penulisan ialah  salah satu media sangat  penting untuk mengawal  otentitas sebuah buku  suci.

Penduduk kota  Makkah mempelajari tulis mencatat  dari Harb bin Umayyah bin Abdu Asy Syams. Akan namun  disana terdapat  perbedaan, Harb bin Umayyah belajar dari siapa ? maka ada sejumlah  riwayat yang melafalkan  mata rantai orang yang kesatu  kali mempelajari tulis-menulis dikalangan warga  Makkah.

Diantara riwayat ini ialah  riwayat Abu Amr Ad Dani, ia melafalkan  bahwa ia mempalajri tulis mencatat  dari Abdullah bin Jad’an. Dari sini, Ziyad bin An’am pernah bertanya untuk  Ibnu Abbas :  “Aku pernah bertanya untuk  Ibnu Abbas : Wahai Kaum Quraisy, apakah kalian dahulu pada masa jahiliyah mencatat  dengan format  tulisan arab laksana  ini ? Kalian menggabung artikel  dan memisahnya, secara huruf   hijaiyah dengan Alif, laam dan mim, begitu pula  secara format  ? Ibnu Abbas membalas  ” Iya, aku bertanya lagi :”Siapa orang yang mengajari kalian ? Harb bin Umayyah. Aku bertanya :”Siapakah orang yang mengajari Harb bin Umayyah ? ia membalas  :”Abdullah bin Jad’an. Aku bertanya :”Siapakah orang yang mengajari Abdullah bin Jad’an ? Penduduk Anbar Aku bertanya :”Siapakah orang yang mengajari warga  Anbar ? Ia membalas  : Orang yang tak di duga dating dari warga  Yaman. Aku bertanya : “Siapakah yang mengajari mereka ? Ia membalas  : al Khaljan bin Al Muham, ia ialah  seorang pengarang  Hud, Nabi Allah Azza wa Jalla.
Adapun warga  kota Madinah, salah satu  mereka terdapat  ahlul kitab  dari kalangan orang Yahudi. Tatkala Rasululah saw menginjakkan kaki di  kota madinah, di sana ada  orang-orang yahmdi yang mengajari anak-anakanya belajar tulis-menulis. Di sana ada sejumlah  orang yang menekuni bidang tulis-menulis, salah satu  mereka ialah  Mundzir bin Amr, Ubay bin Wahb, Amr bin Said dan Zaid bin Tsabit yang menemukan  mandat dari Rasulllah saw guna  mempelajari tulis-menulis dari orang-orang Yahudi.

2.  Penulisan sesudah  datangnya Islam
Agama Islam juga  mulai bercahaya  dari penjuru kota Makkah, ia datang guna  menghapus ketidaktahuan  yang sedang melanda di bumi Arab saat  itu. Kebobrokan akhlak, dan ketidaktahuan  ilmu, seolah-olah  menjadi satu mata rantai yang tidak terlepas. Islam datang guna  menghapus tersebut  semua. Jika kamu  masih ragu, bukankah Allah Ta’ala menurunkan ayat kesatu  kalinya untuk  diri Rasulullah Sallahu ‘Alahi wa Sallam dengan Firman-Nya :
Artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2.  Dia Telah menciptakan insan  dari segumpal darah. 3.  Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4.  Yang melatih  (manusia) dengan perantaran Qalam[3], 5.  Dia mengajar untuk  manusia apa yang tidak diketahuinya. ( QS Al ‘Alaq : 1-5 )

Bahkan ada suatu  ayat yang menyatakan  bahwa Allah Ta’ala bersumpah dengan Qalam ( pena ), Ia berfirman :
Artinya : 1.  Nun, demi qalam ( pena ) dan apa yang mereka tulis, 2.  Berkat nikmat Tuhanmu, anda  (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. ( QS: Al Qalam : 1-2 )
Di dalam ayat di atas dengan jelas bakal  agungnya nilai suatu  tulisan dan ciri khas  yang dikandungnya.

Apabila anda  membalik lembaran sejarah Nabi anda  akan menyaksikan  sebuah peristiwa yang estetis  dan mengherankan  sekali di zaman terjadinya persitiwa tersebut. Dan zaman sesudahnya, hingga zaman anda  sekarang, yaitu peristiwa  tawanan perang badar, Rasulullah  saw meminta untuk  tawanan musyrik yang mengharapkan  tebusan dirinya dari tawanan dengan mengajari 10 orang muslim untuk menyimak  dan menulis!…hal ini sangat mengherankan  sekali…khususnya di zaman tersebut  yang berkembang pesat buta huruf.
namun  membaca, mencatat  dan belajar ialah  kebutuhan pokok masing-masing  umat yang mengharapkan  kebangkitan dan peradaban  pessat.

Jika anda  melihat situasi  kaum muslimin pada masa perang Badar anda  dapati mereka sangat  memerlukan  harta. Dan butuh  untuk mengawal  tawanan bertarget untuk mengurangi  quraisy atau menjaganya supaya  digunakan sebagai pertukaran tawanan  andai  ada muslim yang ditawan oleh mereka. Akan namun  Rasulullah saw  memikirkan mengenai  apa yang terpenting dari tersebut  semua, yakni  mengajari orang muslim membaca…ini ialah  point urgen  dalam gagasan  Rasulullah saw yaitu membina  umat Islam sebagai bangunan yang kokoh….hingga kawan  yang dapat  membaca menawarkan untuk  sahabat yang lain guna  mengajari mereka…lihatlah untuk  Zaid Bin Tsabit RA-yang tidak sedikit  memberikan peranan penting untuk  sahabat lainnya dan ia nyaris  selalu dekat dengan Rasulullah saw sebab  ia tekun menyimak  dan menulis…hingga pada kesudahannya  ia menjadi seorang pengarang  Wahyu, pengarang  surat dan penerjemah bahasa Suryaniyah dan Ibrani sebenarnya  ketika tersebut  ia melulu  berumur 13 tahun …
Dan kita  tahu Abu Hurairah Ra bagaimana hafalannya ? ia merupakan  sahabat yang paling tidak sedikit  hafal hadits Rasulullah saw,  anda  lihat apa yang disebutkan  tentang dirinya sebagaimana yang terdapat  di Bukhari:
“Tidak terdapat  seorang juga  dari kawan  nabi yang paling tidak sedikit  hafalannya kecuali aku”.
Walaupun demikian tinggi derajat ini, akan namun  beliau menempatkan  Abdullah bin Amr bin Ash  RA diatas derajat beliau, kenapa  ?sebab Abdullah bin Amr bin ash dapat  membaca dan menulis….Abu Hurairah RA berbicara  : “kecuali Abdullah bin Amr…sebab ia dapat  menulis dan aku tidak pandai menulis”. ))
Dari sikap diatas-dan selainnya- kerinduan  kepada bacaan mulai ditanamkan di hati kaum muslimin. Perpustakaan-perpustakaan Islam pada sejarah Islam tergolong  perpustakaan sangat  besar dan agung  di dunia. Bahkan lebih agung secara mutlak  selama sejumlah  kurun lama. Seperti perpustakaan Baghdad, Cordoba, aspiliah, Granada, kairo, Damaskus, Tarablus, Madinah dan Quds.