Contact Us - Privacy Policy - Disclaimer - Terms of Service - About

Pengertian Fa'il "الفاعل" dan Pembagiannya




















sebelum kita membahas lebih rinci tentang fa'il, maka ada baiknya kita melihat gambar pembagian di atas.

Fa'il atau biasa kita kenal di Bahasa Indonesia sebagai subjek atau pelaku, mempunyai pembahasan khusus dan sangat detail di Bahasa Arab, baik dari segi cara membacanya, cara pembentukannya, dan ada pula pembagiannya. Di Bahasa Indonesia mungkin teman-teman hanya akan menemukan pembahasan subjek sebatas siapa yang "melakukan sesuatu", tapi di Bahasa Arab teman-teman akan menemukan serangkaian penjelasan yang khusus mengenai fa'il atau subjek/pelaku,


Pengertian Fa'il 'الفاعل'

Fa'il menurut bahasa artinya adalah "pelaku", sedangkan menurut ahli nahwu fa'il adalah:

الفَاعِلُ هُوَ الإسْمُ المَرْفُوْعُ المَذْكُوْرُ قَبْلَهُ فِعْلُهُ

"Fa'il ialah isim yang dibaca rofa' yang mana fi'ilnya disebut terlebih dahulu sebelum fa'il"
Contoh:
جَاءَ مُحَمَّدٌ  Muhammad telah datang
جَاءَ adalah fi'il madhi, مُحَمَّدٌ adalah fa'il (pelaku) yang mana disebut setelah fi'il madhi, dan fa'il dibaca rofa', tanda rofa'nya dhommah karena termasuk isim mufrod (isim yang menunjukan arti satu)

جَاءَ الطَالِبَانِ   Dua siswa itu telah datang
Lafadz الطَالِبَانِ adalah fa'il (pelaku), dibaca rofa', tanda rofa'nya adalah ditambah dengan alif karena termasuk isim tasniyah (isim yang menunjukan arti dua).

جَاءَ الطُلَّابُ   Para siswa telah datang
Lafadz الطُلَّابُ adalah fa'il, dibaca rofa', tanda rofa'nya dhommah karena termasuk jamak taksir (isim yang menunjukan arti banyak dan tak beraturan).

جَاءَ المُسْلِمُوْنَ   Orang-orang islam telah datang
Lafadz المُسْلِمُوْنَ adalah fa'il, dibaca rofa', tanda rofa'nya ditambah huruf wawu karena termasuk jamak mudzakkar salim (isim yang menunjukan arti banyak yang dikhususkan untuk lelaki dengan menambahkan huruf wawu dan nun, atau menambahkan huruf ya dan nun di akhir kata).

جَاءَ المُسْلِمَاتُ   Para muslimah itu telah datang 
Lafadz المُسْلِمَاتُ adalah fa'il, dibaca rofa', tanda rofa'nya dhommah karena termasuk jamak muannats salim (isim yang menunjukan arti banyak yang dikhususkan untuk perempuan dengan menambahkan huruf alif dan ta di akhir kata).

Nah, dari kelima contoh fa'il di atas semuanya dibaca rofa', karena memang fa'il (subjek/pelaku) dalam Bahasa Arab selamanya HARUS dibaca ROFA', dan ini menjadi kaidah yang paten dan resmi tertulis dalam ilmu nahwu, kata nadzim:

الفَاعِلُ إِسْمٌ مُطْلَقاً قَدِ ارْتَفَعَ    #     بِفِعْلِهِ وَالفِعْلُ قَبْلَهُ وَقَعَ

Fa'il adalah isim yang mutlak dirofa'kan oleh fi'ilnya, dan fi'il (kata kerja) terletak sebelum fa'il.

dari pengertian di atas, sudah sangat jelas bahwa fa'il ini termasuk isim atau kata benda, dan dibaca rofa' oleh karena fi'ilnya (maksudnya adalah fa'il dibaca rofa karena ia menjadi fa'il, dan fa'il tidak akan menjadi fa'il jika tidak ada fi'il, oleh karena itu, fa'il dibaca rofa' oleh karena fi'il).


Pembagian Fa'il 

Fa'il sendiri dibagi menjadi dua, yaitu dhohir (الظَاهِرُ) dan mudhmar (المُضْمَرُ), berikut penjelasannya:

1. Dhohir (الظَاهِرُ)

Pembagian fa'il yang pertama adalah dhohir, dhohir sendiri menurut bahasa artinya adalah nampak atau jelas, sedangkan menurut istilah fa'il dhohir adalah seperti yang disebutkan dalam kitab al-jurumiyah:
مَادَلَّ عَلَى مُسَمَّاهُ بِلَا قَيِّدٍ كَزَيْدٍ  وَ رَجُلٍ

fa'il dhohir adalah lafadz yang menunjukan pada yang disebutkan tanpa ikatan, seperti lafadz زَيْدٌ (zaid:nama orang) dan رَجُلٌ (seorang laki-laki).

Berikut ini adalah contoh-contoh fa'il dhohir:
قَامَ زَيْدٌ                              Zaid berdiri
ذَهَبَ مُحَمَّدٌ                        Muhammad telah pergi
كَتَبَ مَحْمُوْدٌ الرِسَالَةَ          Mahmuud menulis surat
قَرَأَ أَحْمَدُ الكِتَابَ                Ahmad membaca buku
جَاءَ الطَالِبُ                       Siswa itu telah datang
جَاء الطُلَّابُ                       Para siswa telah datang
قَالَ زَيْدٌ                             Zaid berkata
ذَهَبَ الطَالِبَانِ                   Kedua siswa itu telah pergi

Contoh-contoh di atas sudah sangat jelas tentunya bahwa fa'il dhohir adalah fa'il yang langsung disebutkan di dalam kalimat, dan langsung tertuju pada fa'il tersebut, tanpa ada perantara dan tanpa ikatan apapun. 

2. Mudhmar (المُضْمَرُ)

Pembagian fa'il yang kedua adalah mudhmar, mudhmar sendiri menurut bahasa artinya adalah 'yang tersembunyi', sedangkan menurut istilah fa'il mudhmar adalah seperti yang disebutkan dalam kitab al-jurumiyah:
مَا دَلَّ عَلَى مُتَكَلِّمٍ أَوْ مُخَاطَبٍ أَوْ غَائِبٍ

Fa'il mudhmar adalah lafadz yang menunjukan kepada kata ganti orang yang berbicara (dhomir Mutakallim), kata ganti orang yang diajak bicara (dhomir mukhotob), atau kata ganti orang yang tidak ada (dhomir ghoib, contoh: dia & mereka).

a. Dhomir mutakallim (الضمير المتكلم) dibagi menjadi dua, yaitu dhomir mutakallim wahdah "ضمير متكلم وحده"  dan mutakallim ma'al ghoir 'متكلم مع الغير'.
  • Mutakallim Wahdah "ضمير متكلم وحده"
    yaitu kata ganti orang yang berbicara 'mutakallim' menunjukan arti satu atau sendiri contohnya أنَا (saya), tapi ketika ia menjadi fa'il pada fi'il madhi maka diganti dengan ta' ta'nits yang berharokat dhommah تُ yang di letakan di akhir kata, lalu huruf sebelum ta' harus disukun, contoh:
    فَتَحَ 'dia telah membuka' ---> menjadi فَتَحْتُ 'saya telah membuka'. 
    berikut ini contoh mutakallim wahdah ketika menjadi fa'il dalam sebuah kalimat lengkap:  فَتَحْــتُ الكِتَابَ   Saya membuka bukujadi fa'il dari contoh di atas adalah huruf تُ yang berarti dhomir mutakallim wahdah artinya "Saya"
    sedangkan ketika menjadi fa'il pada fi'il mudhore' maka tambahkan huruf hamzah أ di awal kata, contoh:
    أَفْتَحُ الكِتَابَ  Saya sedang memuka buku
  • Mutakallim Ma'al Ghoir "متكلم مع الغير"
    yaitu kata ganti orang yang berbicara 'mutakallim' menunjukan arti sendiri berserta lainnya (maksudnya menunjukan arti orang banyak), contoh: نَحْنُ (kami / kita), tapi ketika ia menjadi fa'il pada fi'il madhi maka diganti dengan nun dan alif yang diletakan di akhir kata lalu huruf sebelum nun alif berharokat sukun, contoh:
    فَتَحَ 'dia telah membuka' ---> menjadi فَتَحْنَا 'Kami telah membuka'. berikut ini contoh mutakallim ma'al ghoir ketika menjadi fa'il dalam sebuah kalimat lengkap:   فَتَحْــنَا الكِتَابَ  Kami membuka bukujadi fa'il dari contoh di atas adalah huruf نَا yang berarti dhomir mutakallim ma'al ghoir artinya 'kami'
    sedangkan ketika menjadi fa'il pada fi'il mudhore' maka tambahkan huruf nun ن di awal kata, contoh:
    نَــفْتَحُ الكِتَابَ   Kami sedang memuka buku  

b. Dhomir Mukhotob (الضمير المخاطب)yaitu kata ganti orang yang diajak bicara atau lawan bicara, berikut ini dhomir mukhotob:
  • أنْتَ 'Kamu (laki-laki)' ---> ditunjukan untuk seorang mukhotob laki-laki. ketika menjadi fa'il dalam fi'il madhi maka menjadi تَ yang berharokat FATHAH, contoh:
    ذَهَبْــتَ  Kamu (laki-laki) sudah pergi
    sedangkan ketika menjadi fa'il pada fi'il mudhore', maka tambahkan huruf ta تَ di awal kata, contoh:
    تَــذْهَبُ   Kamu (laki-laki) sedang pergi
  • أنْتِ 'Kamu (perempuan)' ---> ditunjukan untuk seorang mukhotob perempuan. ketika menjadi fa'il dalam fi'il madhi maka menjadi تِ yang berharokat KASROH, contoh:
    ذَهَبْــتِ  Kamu (perempuan) sudah pergi
    Sedangkan ketika menjadi fa'il pada fi'il mudhore', maka tambahkan ta تَ di awal kata, dan tambahkan juga ya dan nun يْنَ di akhir kata, dan huruf sebelum يْنَ harus berharokat kasroh, contoh:
    تَــذْهَبِــيْنَ  Kamu (perempuan) sedang pergi
  • أنْتُمَا 'Kamu berdua' ---> ditunjukan kepada dua orang, baik laki-laki maupun perempuan. Ketika menjadi fa'il dalam fi'il madhi maka menjadi تُمَا, contoh:
    ذَهَبْــتُمَا   Kamu berdua sudah pergi
    Sedangkan ketika menjadi fa'il di fi'il mudhore, maka tambahkan ta تَ di awal kata, dan tambahkan juga alif dan nun ان  di akhir kata, contoh:
    تَــذْهَبَــانِ   Kamu berdua sedang pergi
  • أنْتُمْ 'kalian (laki-laki)' ---> ditunjukan untuk orang banyak mukhotob laki-laki, ketika menjadi fa'il dalam fi'il madhi maka menjadi تُمْ, contoh:
    ذَهَبْــتُمْ  Kalian (laki-laki) sudah pergi
    Sedangkan ketika menjadi fa'il di fi'il mudhore', maka tambahkan ta تَ di awal, dan tambahkan juga wawu dan nun وْنَ di akhir kata, dan beri harokat dhommah sebelum wawu contoh:
    تَــذْهَبُــوْنَ   Kalian (laki-laki) sedang pergi
  • أنْتُنَّ  'kalian (perempuan)' ---> ditunjukan untuk orang banyak mukhotob perempuan, ketika menjadi fa'il dalam fi'il madhi maka menjadi تُنَّ, contoh:
    ذَهَبْــتُنَّ   Kalian (perempuan) sudah pergi
    Sedangkan ketika menjadi fa'il di fi'il mudhore', maka tambahkan ta di awal kata, lalu tambahkan nun di akhir kata, contoh:
    تَــذْهَبْــنَ   
    Kalian (perempuan) sedang pergi

c. Dhomir Ghoib (الضمير الغيب)
yaitu kata ganti orang yang tidak ada atau ghoib, yaitu dia dan mereka. Berikut ini dhomir ghoib:

  • هُوَ 'Dia (laki-laki)' ---> ditunjukan untuk kata ganti orang yang tidak ada 'dia (laki-laki)'. Nah, dalam Bahasa Arab ada namanya fi'il madhi dan fi'il mudhore', pada awal bentuk kedua fi'il tersebut sebenarnya sudah mempunyai fa'il yang tersembunyi, yaitu هو 'dia'. contoh:
    ذَهَبَ  DIA (laki-laki) telah pergi
    يَذْهَبُ  DIA (laki-laki) sedang pergi
  • هِيَ 'Dia (perempuan)' ---> ditunjukan untuk kata ganti orang yang tidak ada 'dia (perempuan)'. Nah, dalam Bahasa Arab ada namanya fi'il madhi dan fi'il mudhore', ketika fi'il madhi maka tambahkan ta ta'nits تْ di akhir kata, dan ketika menjadi fa'il di fi'il mudhore maka tambahkan ta berharokat fathah تَ di awal kata . contoh:
    ذَهَبَتْ  DIA (perempuan) telah pergi
    تَذْهَبُ  DIA (perempuan) sedang pergi
  • هُمَا 'Mereka berdua' ---> ditunjukan kepada dua orang yang tidak ada atau ghoib, baik laki-laki maupun perempuan, ketika menjadi fa'il pada fi'il madhi maka menggunakan alif di akhir fi'il, contoh:
    ذَهَبَــا  Mereka berdua telah pergisedangkan ketika menjadi fa'il pada fi'il mudhore' maka menggunakan huruf ya di awal kata dan tambahkan huruf alif dan nun di akhir kata, contoh:
    يَـذْهَبَــانِ  Mereka berdua sedang pergi
  • هُمْ 'Mereka (laki-laki)' ---> ditunjukan kepada orang banyak yang tidak ada atau ghoib untuk laki-laki. ketika menjadi fa'il di fi'il madhi maka tambahkan huruf وا di akhir kata dan ubah harokat akhir menjadi dhommah, contoh:
    ذَهَبُــوْا  Mereka (laki-laki) telah pergi
    sedangkan ketika menjadi fa'il di fi'il mudhore' maka menggunakan huruf ya di awal kata dan tambahkan huruf ون pada akhir kata, contoh:
    يَــذْهَبُــوْنَ   Mereka (laki-laki) sedang pergi
  • هُنَّ 'Mereka (perempuan)' ---> ditunjukan kepada orang banyak yang tidak ada atau ghoib untuk perempuan. ketika menjadi fa'il di fi'il madhi maka beri harakat sukun pada huruf akhir dan tambahkan huruf nun di akhir kata, contoh:
    ذَهَبْــنَ  Mereka (perempuan) telah pergisedangkan ketika menjadi fa'il di fi'il mudhore' maka tinggal di beri huruf ya di awal, harokat sukun pada fa' fi'il, dan beri harakat sukun pada huruf akhir dan tambahkan huruf nun di akhir kata, contoh:
    يَــذْهَبْــنَ  Mereka (perempuan) sedang pergi
Itulah pembahasan tentang fa'il (pelaku) dalam ilmu nahwu, semoga pembahasan di atas bisa membantu teman-teman dalam memahami arti fa'il dan bagaimana pengaplikasinya dalam sebuah kalimat, selamat belajar! :D

Fi'il Shohih dan Fi'il Mu'tal Beserta Pembagiannya (Fi'il Shohih: Salim, Mahmuz, Mudho'af, dan Fi'il Mu'tal: Mitsal, Ajwaf, Naqish, Lafiif)


(Pembagian ini merujuk pada kitab 'Jami'uddurus al-arobiyah')

Setelah saya posting pembagian fi'il dilihat dari objeknya (fi'il lazim dan fi'il muta'addi) dan pembagian fi'il dilihat dari pelakunya (fi'il ma'lum dan fi'il majhul), maka sekarang kita akan belajar tentang pembagian fi'il yang dilihat dari kuat dan lemahnya huruf-huruf yang membentuknya, yaitu dibagi menjadi dua; Fi'il Shohih dan Fi'il Mu'tal.


Pengertian Fi'il Shohih

 Fi'il shohih adalah fi'il yang terbentuk dari huruf-huruf asli (tanpa ada huruf tambahan) dan shohih (tidak terdapat huruf illah). sedangkan huruf illah adalah huruf wawu (و), huruf ya (ي), dan alif (ا). Karena fi'il ini bersih dari huruf illat dan huruf-huruf tambahan, sehingga fi'il ini disebut juga dengan fi'il shohih, artinya fi'il ini terhindar dari huruf penyakit (huruf illat) dan huruf tamabahan yang kemudian menjadikan arti yang baru.

Pembagian Fi'il Shohih

Fi'il shohih dibagi menjadi tiga macam, yaitu: fi'il salim, mahmuz, dan mudlo'af.

1. Salim (السَالِمُ)

Fi'il yang huruf-hurufnya asli dan tidak terdapat huruf illat (huruf wawu "و", huruf ya "ي", dan alif "ا"), tidak ada huruf hamzah (أ), maupun tidak terdapat huruf mudlo'af (salah satu hurufnya diulangi, atau ditulis dua kali, misal مَدَّ).  Contoh:
كَتَبَ  menulis
ذَهَبَ pergi
سَلِمَ selamat
ضَرَبَ memukul
شَكَرَ bersyukur
حَمِدَ memuji
عَمِلَ beramal
عَلِمَ berilmu/mengetahui
نَصَرَ menolong
فَتَحَ membuka
جَلَسَ duduk

Dari daftar contoh di atas, maka teman-teman tidak sama sekali mendapati huruf illat (huruf wawu "و", huruf ya "ي", dan alif "ا"), tidak ada huruf hamzah (أ), dan juga tidak ada huruf mudlo'af. maka dari itu daftar fi'il di atas disebut juga dengan FI'IL SHOHIH yang SALIM, maksudnya fi'il yang benar-benar asli dan bersih dari huruf penyakit, huruf hamzah, maupun huruf mudlo'af.

Sebelum saya menjelaskan pembagian-pembagian selanjutnya, teman-teman perlu membuka postingan saya yang ini >>> (Pengertian Wazan dan Mauzun beserta pembagiannya), yaitu tentang wazan dan mauzun dalam ilmu sharaf, karena pembahasan wazan adalah yang paling fundamental dalam belajar sharaf.


2. Mahmuz (المَهْمُوْزُ)

Fi'il yang huruf-hurufnya asli dan salah satu hurufnya berupa huruf hamzah. Adapun fi'il mahmuz dibagi menjadi tiga, yaitu: mahmuz fa', mahmuz 'ain, dan mahmuz lam.

a. Mahmuz fa' (مَهْمُوْزُ الفَاء)
Maksudnya adalah fi'il yang fa' fi'il nya berupa huruf hamzah, contoh:
أَخَذَ ---> fa' fi'ilnya berupa hamzah
أَكَلَ ---> fa' fi'ilnya berupa hamzah
أمَلَ ---> fa' fi'ilnya berupa hamzah
ketiga contoh di atas mengikuti wazan فَعَلَ, dan perhatikan bahwa pada fa' fi'il di setiap contoh di atas adalah huruf hamzah, maka contoh-contoh di atas dinamakan juga fi'il mahmuz fa'.

b. Mahmuz 'Ain (مَهْمُوْزُ العَيْنِ)
Yaitu fi'il yang 'ain fi'il nya berupa hamzah, contoh:
سَاَلَ ---> 'ain fi'ilnya berupa hamzah
Contoh di atas mengikuti wazan فَعَلَ, dan 'ain fi'il pada contoh di atas berupa hamzah, maka سَاَلَ dinamakan juga fi'il mahmuz 'ain.

c. Mahmuz Lam (مَهْمُوْزُ اللَامِ)
Yaitu fi'il yang lam fi'ilnya berupa hamzah, contoh:
قَرَأَ ---> lam fi'ilnya berupa hamzah
Sama halnya dengan contoh sebelumnya, contoh ketiga ini adalah mahmuz lam, karena lam fi'il pada contoh di atas berupa hamzah.


3. Mudho'af (المُضَاعَفُ)

Fi'il Mudho'af adalah fi'il yang salah satu huruf aslinya diulang dua kali atau sama, yang diulang hanyalah huruf asli, bukan huruf tambahan, contoh:
مَدَّ
contoh di atas bentuk aslinya adalah مَدَدَ mengikuti wazan فَعَلَ, karena huruf dal دَ nya ada dua, kemudian, dal yang pertama disukun, maka menjadi مَدْدَ karena terdapat dua huruf dal yang sama bersandingan, maka menurut kaidah i'lal harus dijadikan satu dengan cara ditasydid maka jadilah مَدَّ.
Fi'il Mudho'af dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Mudho'af Tsulasi (المُضَاعَفُ الثُلَاثِي) : Fi'il Mudho'af yang terdiri dari tiga huruf asli, contoh:
مَرَّ
kaidahnya sama dengan 'مَدَّ', asal katanya adalah مَرَرَ mengikuti wazan فَعَلَ, karena huruf dal رَ nya ada dua, kemudian, dal yang pertama disukun, maka menjadi مَرْرَ karena terdapat dua huruf dal yang sama bersandingan, maka menurut kaidah i'lal harus dijadikan satu dengan cara ditasydid maka jadilah مَرَّ.
jika lihat maka ketiga huruf di atas مَ رَ رَ adalah huruf asli dan bukan huruf tambahan, maka bentuk مَرَّ dinamakan juga dengan Mudlo'af Tsulasi.

b. Mudho'af Ruba'i (المُضَاعَفُ الرُبَاعِي): Fi'il yang huruf fa' fi'il nya sama dengan lam fi'il pertama, sedangkan 'ain fi'ilnya sama dengan lam fi'il kedua, contoh:
قَلْقَلَ ---> mengikuti wazan فَعْلَلَ
fa' fi'il di atas adalah huruf قَ, sama dengan lam fi'il pertama yaitu قَ juga, sedangkan 'ain fi'ilnya huruf لْ sama dengan lam fi'il yang kedua لَ. itulah yang disebut dengan mudho'af ruba'i, fi'il mudho'af yang terdiri dari empat huruf asli.

adapun jika ada fi'il "فَرَّحَ", maka bukan dinamakan mudho'af sekalipun terdapat dua huruf yang sama bersandingan, karena sesungguhnya salah satu dari huruf رَ tersebut adalah huruf tambahan, bukan semuanya huruf asli. Berbeda dengan fi'il مَدَّ yang semua hurufnya adalah huruf asli.


Pengertian Fi'il Mu'tal

Kata kerja yang salah satu huruf aslinya berupa huruf illah (و، ي، atau ا), contoh: 
وَعَدَ ---> fa' fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu وَ
رَمَى ---> lam fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu يَ
بَاعَ ---> 'ain fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu ا

Pembagian Fi'il Mu'tal

Fi'il mu'tal dibagi menjadi empat bagian, yaitu: Mitsal, Ajwaf, Naqish, Lafiif. Berikut perinciannya:

a. Mitsal (المِثَالُ)
fi'il yang fa' fi'ilnya berupa huruf illah, contoh:
وَعَدَ ---> fa' fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu وَ
يَبِسَ ---> fa' fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu يَ

b. Ajwaf (الأَجْوَفُ)
fi'il yang 'ain fi'ilnya huruf illah, contoh:
بَاعَ ---> 'ain fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu ا
قَال ---> 'ain fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu ا

c. Naqish (النَاقِصُ)
fi'il yang lam fi'ilnya berupa huruf illah, contoh:
رَمَى ---> lam fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu يَ
رَضِيَ ---> lam fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu يَ

d. Lafif (اللَفِيْفُ)
fi'il yang DUA huruf aslinya berupa huruf illah, contoh: 
طَوَى ---> 'ain fi'il dan lam fi'il berupa huruf illah, yaitu  وَ dan ى
Lafif dibagi menjadi dua, yaitu Lafif Maqruun dan Lafif Mafruuq, berikut penjelasannya:
  •  Lafif Maqruun (اللَفِيْفُ المَقْرُوْنُ): fi'il lafif yang kedua huruf illahnya bersandingan "Maqruun" ('ain fi'il dan lam fi'il berupa huruf illah), contoh:
    طَوَى ---> 'ain fi'il dan lam fi'il berupa huruf illah, yaitu  وَ dna ى
    شَوَى ---> 'ain fi'il dan lam fi'il berupa huruf illah, yaitu  وَ dna ى
  • Lafif Mafruuq (اللَفِيْفُ المَفْرُوْقُ): fi'il lafif yang huruf illahnya terpisah "Mafruuq" (fa' fi'il dan lam fi'ilnya berupa huruf illah), contoh:
    وَفَى ---> fa' fi'il dan lam fi'il berupa huruf illah, yaitu  وَ dna ى
    وَقَى ---> fa' fi'il dan lam fi'il berupa huruf illah, yaitu  وَ dna ى
Demikianlah penjelasan tentang fi'il shohih dan fi'il mu'tal beserta pembagiannya, semoga membantu teman-teman dalam memahami lebih mendalam tentang fi'il shohih dan fi'il mu'tal. Selamat belajar! :D

Referensi:
  • Kitab "Jami'uddurus Al-Arobiyyah"


Pengertian Wazan dan Mauzun Beserta Pembagiannya (Tsulasi Mujarod, Tsulasi Mazid Ruba'i, Tsulasi Mazid Khumasi, Tsulasi Mazid Sudusi, Ruba'i Mujarod, Ruba'i Mazid Khumasi, dan Ruba'i Mazid Sudusi)

Pengertian Wazan dan Mauzun Beserta Pembagiannya (Tsulasi Mujarod, Tsulasi Mazid Ruba'i, Tsulasi Mazid Khumasi, Tsulasi Mazid Sudusi, Ruba'i Mujarod, Ruba'i Mazid Khumasi, dan Ruba'i Mazid Sudusi)



Dalam pelajaran sharaf, istilah wazan dan mauzun adalah hal mendasar bahkan fundamental dalam mempelajari susunan kata dalam sharaf. keduanya menjadi sangat penting untuk dipahami bagi pemula. Pasalnya dengan memahami kedua pembahasan ini maka teman teman akan sangat mudah dalam menghafalkan perubahan bentuk kata, maupun mudah dalam memahami setiap perubahan kata dalam sharaf. berikut ini penjelasannya:

Pengertian Fi'il Ma'lum dan Fi'il Majhul (Pembagian Fi'il dilihat dari Fa'ilnya)

Setelah postingan sebelumnya saya membahas pembagian fi'il dilihat dari maf'ulnya (objeknya), yaitu fi'il lazim dan fi'il muta'addi, maka sekarang kita akan belajar tentang pembagian fi'il dilihat dari fa'ilnya (subjeknya), yaitu dibagi menjadi dua; Fi'il Ma'lum dan Fi'il Majhul. Dalam Bahasa Indonesia kita biasa mengenalnya dengan Kata Kerja Aktif (Fi'il Ma'lum) dan Kata Kerja Pasif (Fi'il Majhul), contohnya:

Setelah postingan sebelumnya saya membahas pembagian fi'il dilihat dari maf'ulnya (objeknya), yaitu fi'il lazim dan fi'il muta'addi, maka sekarang kita akan belajar tentang pembagian fi'il dilihat dari fa'ilnya (subjeknya), yaitu dibagi menjadi dua; Fi'il Ma'lum dan Fi'il Majhul. Dalam Bahasa Indonesia kita biasa mengenalnya dengan Kata Kerja Aktif (Fi'il Ma'lum) dan Kata Kerja Pasif (Fi'il Majhul), contohnya:

Pengertian Fi'il Lazim dan Fi'il Muta'addi besarta Ciri-Cirinya

Setelah kita belajar fi'il tam dan fi'il naqish (di postingan sebelumnya klik di sini), kali ini kita akan belajar pengelompokan fi'il yang tak kalah menarik, yaitu pengelompokan fi'il yang dilihat dari objek penderitanya, yaitu fi'il lazim dan fi'il muta'addi, tak jauh beda dengan bahasa indonesia dan bahasa inggris, yang mana biasa dikenal dengan istilah kata kerja intransitif dan kata kerja transitif.


Pengertian Fi'il Lazim

Fi'il lazim adalah kata kerja yang tidak membutuhkan objek untuk menjadi kalimat sempurna. dalam bahasa indonesia biasa kita kenal dengan kata kerja intransitif, contoh:

Sangat jelas tentunya contoh fi'il lazim di atas, ia sama sekali tidak membutuhkan objek (maf'ul bih) untuk menjadi kalimat sempurna dan memahamkan. 
fi'il lazim hanya membutuhkan fa'il (pelaku) tapi tidak membutuhkan maf'ul bih (objek).

Berikut ini adalah ciri-ciri atau fi'il yang sudah dipastikan termasuk fi'il lazim atau kata kerja yang tidak membutuhkan objek:

1. Fi'il yang menunjukan arti sifat:
  • شَجُعَ: "Berani"
  • جَبُنَ: "Takut"
  • حَسُنَ: "Baik"
  • قَبَحَ: "Jelek"
2. Fi'il yang menunjukan arti ukuran:
  • طَالَ: "Panjang"
  • قَصَرَ: "Pendek"
3. Fi'il yang menunjukan arti kebersihan:
  • طَهُرَ: "Suci"
  • نَظُفَ: "Bersih"
4. Fi'il yang menunjukan arti kotor:
  • وَسِخَ: "Kotor"
  • دَنِسَ: "Kotor"
  • قَذِرَ: "Tercemar"
5. Fi'il yang menunjukan arti keadaan yang tidak lazim dan bukan termasuk gerakan:
  • مَرِضَ: "Sakit"
  • كَسِلَ: "Malas"
  • نَشِطَ: "Rajin"
  • فَرِحَ: "Gembira"
  • حَزِنَ: "Sedih"
  • شَبِعَ: "Kenyang"
  • عَطِشَ: "Lapar"
6. Fi'il yang menunjukan arti warna:
  • إِحْمَرَّ: "Memerah"
  • إِسْوَدَّ: "Menghitam"
  • إِخْضَرَّ: "Menghijau"
  • إِبْيَضَّ: "Memutih"
  • إِصْفَرَّ: "Menguning"
  • إِزْرَقَّ: "Membiru"
7. Fi'il yang mengikuti wazan (فَعُلَ):
  • حَسُنَ: "Baik"
  • شَجُعَ: "Berani"
  • شَرُفَ: "Mulia"
  • كَرُمَ: "Mulia"
  • جَمُلَ: "Indah/baik"
8. Fi'il yang mengikuti wazan (إنْفَعَلَ):
  • إنْكَسَرَ:  "Pecah"
  • إنْحَطَمَ: "Hancur"
  • إنْطَلَقَ: "Pergi"
9. Fi'il yang mengikuti wazan (إفْعَلَّ):
  • إِحْمَرَّ: "Memerah"
  • إِسْوَدَّ: "Menghitam"
  • إِخْضَرَّ: "Menghijau"
  • إِبْيَضَّ: "Memutih"

Pengertian Fi'il Muta'addi

Fi'il muta'addi adalah kata kerja yang membutuhkan objek untuk menjadi kalimat sempurna, dalam Bahasa Indonesia biasa kita kenal dengan kata kerja transitif, contoh:


Berbeda dengan fi'il lazim, fi'il muta'addi ini sangat membutuhkan maf'ul bih atau objek agar kalimat menjadi sempurna dan dapat dipahami, terlihat dari contoh di atas, jika kalimat di atas hanya tersusun dari kata kerja dan subjek saja contoh: "فَتَحَ الرَجُلُ" "Lelaki itu membuka", maka akan ada pertanyaan,  apa yang dibuka? karena kalimat itu masih belum sempurna dikarenakan kata kerja "membuka" termasuk kata kerja transitif atau fi'il muta'addi yang sangat membutuhkan objek, maka yang benar adalah "فَتَحَ الرَجُلُ البَابَ" "Lelaki itu membuka pintu". 

Adapun ciri-ciri dari fi'il muta'addi adalah DAPAT disambung dengan HA dhomir (ـه) yang merujuk kepada maf'ul bih, contoh:

Dari contoh di atas tentunya sudah cukup rinci dan dapat diketahui bahwa HA dhomir pada contoh di atas adalah menjadi ciri bahwa fi'il "أكْرَمَ" merupakan fi'il muta'addi karena ia membutuhkan objek.

Adapun HA dhomir yang merujuk kepada MASDAR dan DHOROF, maka Ha dhomir yang merujuk pada MASDAR dan DHOROF BUKAN termasuk Tanda dari Fi'il Muta'addi, contoh:

HA dhomir yang merujuk kepada MASDAR:

الضَرْبُ ضَرَبْتُــهُ  "Pukulan yang saya Pukul"

HA dhomir yang merujuk kepada DHOROF:

يَوْمُ الجُمْعَةِ زُرْتُــهُ    "Hari Jumat yang sudah kulalui"


Pembagian Fi'il Muta'addi

Ada dua macam pembagian fi'il muta'addi, yaitu:

  • Muta'addi dengan sendirinya (مُتَعَدِّي بِنَفْسِهِ)
Fi'il muta'addi yang bertemu dengan maf'ul bih (objek) secara langsung (atau tanpa perantara huruf jar), contoh:

إِشْتَرَى أَحْمَدُ القَلَمَ      "Ahmad Membeli Pena"

Contoh di atas termasuk fi'il muta'addi yang biasa kita lihat dan termasuk muta'addi dengan sendirinya (مُتَعَدِّي بِنَفْسِهِ). dan Maf'ul (objek) nya dinamakan "Shorih" atau "Jelas"

  • Muta'addi dengan perantara huruf jar (مُتَعَدِّي بِغَيْرِهِ)
Fi'il muta'addi yang sampai kepada maf'ul bih (objek) dengan perantara huruf jar, contoh:

ذَهَبْتُ بِــكَ  >>>   أَذْهَبْتُكَ

"Saya pergi denganmu >>> Saya memberangkatkanmu"

 Huruf jar bi "بِـ" yang bertanda merah di atas adalah sebagai perantara bagi fi'il untuk menjadikannya fi'il muta'addi. dan Maf'ul (objek) nya dinamakan "Ghoiru Shorih" atau "Tidak Jelas".

Terkadang Fi'il muta'addi membutuhkan dua maf'ul bih (objek) yang berbeda, objek pertama "Shorih", dan objek kedua "Ghoiru Shorih" atau dengan perantara huruf jar. Contoh:

أَدُّوْا الأمَانَاتِ إِلَى أهْلِهَا

"Sampaikanlah amanah-amanah kepada ahlinya (kepada orang yang dituju)"

الأمَانَاتِ merupakan maf'ul bih (objek) pertama, "Shorih" atau "Jelas", sedangkan أَهْلِهَا  merupakan maf'ul bih (objek) kedua yang "Ghoiru Shorih" karena dengan perantara huruf jar "إِلَى"

(Baca juga tentang Huruf Jar di sini: Pengertian Huruf dalam ilmu nahwu dan pembagiannya)



Fi'il Muta'addi yang membutuhkan objek lebih dari satu

Fi'il muta'addi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: Fi'il muta'addi yang membutuhkan satu objek, Fi'il muta'addi yang membutuhkan dua objek, dan fi'il muta'addi yang membutuhkan tiga objek. Adapun fi'il muta'addi yang membutuhkan satu objek sangatlah banyak, diantaranya:
كَتَبَ   Menulis
أخَذَ    Mengambil
أكْرَمَ  Memuliakan
ضَرَبَ  Memukul

Nah, di bawah ini adalah fi'il muta'addi yang membutuhkan objek lebih dari satu:

1. Fi'il muta'addi yang membutuhkan dua objek.

Fi'il yang membutuhkan dua objek ini juga dibagi lagi menjadi dua baigan, yaitu: 

a. Fi'il yang menashobkan kedua objek (maf'ul bih) yang mana kedua objek tersebut bukanlah mubtada' dan khobar, contoh:


Fi’il
Contoh Kalimat
Arti
أعْطَى
أعْطَيْتُــكَ كِتَاباً
"Saya memberikanmu buku"
سَأَلَ
سَأَلْتُــهُ فُلُوْساً
"Saya memintainya uang"
أَلْبَسَ
أَلْبَسْتُ الطَالِبَ وِساَعاً
"Saya memakaikan siswa mendali"
عَلَّم
عَلَّمَ الأسْتَاذُالطُّلاَبَ الأدَبَ
"Guru mengajarkan para siswa adab"

Daftar contoh di atas, merupakan contoh fi'il yang membutuhkan dua objek dan kedua objek tersebut sebelumnya bukanlah mubtada' dan khobar. coba kita ambil contoh di atas:

"سَأَلْتُــهُ فُلُوْساً"  
Jika kita ambil kedua objek di atas ـهُ dan فُلُوْساً,  menjadi "هُوَ فُلُوْسٌ" artinya adalah "Dia uang", walaupun keduanya mengikuti susunan mubdata' dan khobar, tapi secara istilah, susunan itu tidak masuk kriteria mubtada' dan khobar karena kalimatnya tidak masuk akal. 

b. Fi'il yang menashobkan kedua objek (maf'ul bih) yang mana kedua objek tersebut asalnya adalah mubtada' dan khobar, fi'il ini juga dibagi menjadi dua lagi yaitu : Af'alul qulub dan Af'alut tahwil (أفْعَالُ القُلُوْبِ وَ أفْعَالُ التَحْوِيْلِ).

1) Af'alul Qulub (أفْعَالُ القُلُوْبِ): dinamakan Af'alul qulub karena ia menggunakan kata-kata kerja yang mengandung rasa,  Af'alul Qulub juga dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
  • Af'alul Yaqiin (أفْعَالُ اليَقِيْنِ): Fi'il-fi'il yang menunjukan arti yakin, contohnya yaitu:

    Fi’il
    Contoh Kalimat
    Arti Kalimat
    رَأَى
    (yang berarti “mengerti dan yakin” biasanya diartikan “berpendapat”), adapun “رَأَى” yang berarti “melihat” ia hanya membutuhkan satu objek, contoh:
    ضَرَبَهُ فَرآهُ” "Ia dipukul, maka ia melihatnya
    (إنَّهُمْ يَرَوْنَــهُ بَعِيْداً وَنَرَاهُ قَرِيْباً)
    objek dari fi’il pertama: ـهُ dan بَعِيْداً
    Objek dari fi’il kedua: ـهُ dan قَرِيْباً

    Sesungguhnya mereka meyakini bahwa adzab itu jauh (artinya tidak akan terjadi), tapi kami yakin itu nyata (dekat)”.
    عَلِمَ
    (yang berarti “yakin”), adapun “عَلِمَ" yang berarti “mengetahui”, ia hanya membutuhkan satu objek, contoh:
    عَلِمْتُ الأمْرَ” "Saya mengetahui sesuatu
    (فَإنْ عَلِمْتُمُوْهُـنَّ مُؤْمِنَاتٍ فَلاَ تَرْجِعُوْهُنَّ إلَى الكُفَّار )
    Objeknya: هُنَّ dan مُؤْمِنَاتٍ
    Jika Kalian yakin Perempuan-perempuan itu orang yang beriman, maka jangan kembalikan mereka kepada orang-orang kafir”
    وَجَدَ
    (yang berarti “mengetahui dan menyakini), adapun jika “وَجَدَ” yang berarti “menemukan”, maka hanya membutuhkan satu objek, contoh:
    وَجَدْتُ قَلَماً"Saya menemukan pena
    وَجَدْتُ الصِدْقَ زِيْنةَ العُقَلاَءِ
    Objeknya: الصِدْقَdan زِيْنةَ العُقَلاَءِ
    Saya meyakini Kejujuran adalah perhiasan orang-orang yang berakal

    karena af'alul yaqin masuk pada bagian fi'il yang menashobkan kedua objek (maf'ul bih) yang mana kedua objek tersebut asalnya adalah mubtada' khobar, maka mari kita cek contoh di atas apakah benar objek-objeknya tersusun dari mubtada' dan khobar.

    وَجَدْتُ الصِدْقَ زِيْنةَ العُقَلاَءِ   Saya meyakini Kejujuran adalah perhiasan orang-orang yang berakal
    jika kedua objek di atas langsung kita pisahkan, ternyata BENAR keduanya menjadi mubtada' dan khobar:

    الصِدْقُ زِيْنةُ العُقَلاَءِ
         "Kejujuran adalah perhiasan orang-orang yang berakal"

    Nah karena kalimat di atas sudah terpisah dan menjadi mubtada' dan khobar maka keduanya juga mempunyai kedudukan i'rob yang berbeda yaitu rofa'.

    Adapun bagi teman-teman yang bertanya bagaimana kita tahu ketiga contoh fi'il di atas artinya adalah "yakin"? sedangkan sebenarnya ketiganya mempunyai arti yang berbeda. Jawabannya adalah "tergantung konteks kalimat", tergantung bagaimana mutakallim (orang berbicara) menuturkan fi'il-fi'il di atas, jika yang dimaksud adalah fi'il dengan arti "yakin" maka ia mempunyai dua objek, tapi jika yang maksudkan adalah arti sesungguhnya, maka ia mempunyai satu objek saja.  Misal saja dalam penggunaan fi'il "وَجَدَ" yang arti asalnya adalah "menemukan":
    contoh kasus saya mengatakan: "وَجَدْتُ فُلُوْساً فِي الطَارِقِ"
    Nah, maka sudah jelas kan, kalimat di atas cuma butuh satu objek, maka arti  Bahasa Indonesianya adalah "Aku menemukan uang di jalan"  
(Baca juga tentang Mubtada' dan khobar di sini: Pengertian Mubtada dan khobar)
  •  Af'alud Dhzon (أفْعَالُ الظَّنِّ): fi'il-fi'il yang menunjukan arti perasangka, contohnya yaitu:

    Fi’il
    Contoh Kalimat
    Arti
    ظَنَّ
    menunjukan arti “menyangka/mengira”
    ظَنَنْتُــكَ عَلِيّاً


    Objeknya adalah Dhomir ـكَ dan عَلِيّاً


    Saya kira kamu Ali
    حَسِبَ
    menunjukan arti “menyangka/mengira”


    يَحْسَبُــهُمُ الجَاهِلُ أغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ


    Objeknya adalah Dhomir هُمْ dan أغْنِيَاءَ
    Orang – orang yang bodoh menyangka mereka adalah orang kaya, karena mereka memelihara diri dari meminta- minta”
    جَعَلَ
    yang menunjukan arti “mengira”.
    Adapun “جَعَلَ” yang berarti “menjadikan”, maka hanya mempunyai satu objek, contoh:
    وَجَعَلَ الظُلُمَاتِ وَالنُوْرَ”
    “Allah lah yang menjadikan kegelapan dan cahaya”
    وَجَعَلُوا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَٰنِ إِنَاثًا

    Objeknya adalah الْمَلَائِكَةَ dan إِنَاثًا
    Sedangkan “ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَٰنِ” adalah susunan isim mausul “الَّذِينَ” dan shilah nya “هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَٰنِ” yang menerangkan sifat
    المَلاَئِكَة”.

    Dan mereka mengira malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan.
    زَعَمَ
    yang menunjukan arti
    ظَنٌّ رَاجِحٌ/benar-benar berperasangka”, karena dalam budaya Arab, ada juga namanya “الظَنَُّ الفَاسِدُ/perasangka yang rusak” maksudnya adalah suatu perkataan yang mengandung kebohongan, dan termasuk budaya orang Arab, jika ada orang yang biasa berbohong lalu ia berkata sesuatu, maka orang-orang akan mengatakan “زَعَمَ فُلاَنٌ” "si fulan telah berperasangka (berbohong)”
    زَعَمَتْــنِي شَيْخاً

    Objeknya adalah dhomir نِى dan شَيْخاً
    fi’il yang ada pada kalimat di atas mempunyai arti
    ظَنٌّ رَاجِحٌ/benar-benar berperasangka”
    Dia (perempuan) mengira saya seorang syeikh

    Sama halnya dengan af'alul yaqin, Af'alud Dhzon juga masuk pada bagian fi'il yang menashobkan kedua objek (maf'ul bih) yang mana kedua objek tersebut asalnya adalah mubtada' khobar, maka mari kita cek contoh di atas apakah benar objek-objeknya tersusun dari mubtada' dan khobar.

    يَحْسَبُــهُمُ الجَاهِلُ أغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِOrang – orang yang bodoh menyangka mereka adalah orang kaya, karena mereka memelihara diri dari meminta- minta” 
    jika kedua objek di atas langsung kita pisahkan, ternyata BENAR keduanya menjadi mubtada' dan khobar:

    هُمْ
      أغْنِيَاءٌ     " mereka adalah orang kaya"

    Nah karena kalimat di atas sudah terpisah dan menjadi mubtada' dan khobar maka keduanya juga mempunyai kedudukan i'rob yang berbeda yaitu rofa'.
2) Af'alut Tahwil (أفْعَالُ التَحْوِيْلِ): Fi'il yang menunjukan arti "berubah dari sesuatu menjadi sesuatu", Contoh:


Fi’il
Contoh Kalimat
Arti
صَيَّر
صَيَّرْتُ العَدُوَّ صَدِيْقاً
“Saya menjadikan musuh menjadi teman
رَدَّ
وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَــكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّاراً حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم
"Kebanyakan dari orang-orang keturunan Kitab ingin, kiranya mereka. dapat mengembalikan kamu menjadi kafir sesudah beriman”
تَخِذَ
تَخِذْتُــكَ صَدِيْقاً
“Saya menjadimu teman
اتَّخَذَ
واتَّخَذَ اللهُ ابْرَاهِيْمَ خَلِيْلاً
“Allah menjadikan Nabi Ibrohim kesayanganNya

2. Fi'il muta'addi yang membutuhkan tiga objek.

Dalam hal ini fi'il-fi'il yang membutuhkan tiga objek ada jumlahnya ada 7, yaitu:
أَعْلَمَ  – أَرَى – أَنْبَأَ – خَبَّرَ – أَخْبَرَ – حَدَّثَ
Contoh:

Fi’il
Contoh Kalimat
Arti
أَرَى
أَرَيْتُ سَعِيْداً الأمْرَ وَاضِحاً
Saya memperlihatkan Said bahwa perkara itu jelas
أعْلَمَ
أعْلَمْتُــهُ إيَّاهُ صَحِيْحاً
Saya memberitahukannya bahwa hanya dia yang benar
أنْبَأَ
أنْبَأْتُ خَلِيْلاً الخَبَرَ وَاقِعاً
Saya mengabarkan Kholil bahwa kabar tersebut nyata (fakta)
نَبَّأَ
نَبَّأتُــهُ إيَّاهُ صَحِيْحاً
Saya memberitahukannya bahwa hanya dia yang benar
أخْبَرَ
أخْبَرْتُ عَلِيًّا زَيْداً مُسَافِراً
Saya mengabarkan Ali bahwa Zaid sedang pergi (musafir)
خَبَّرَ
خَبَّرْتُــهُ قَوْلَهُ حَقًَا
Saya memberitahukannya bahwa perkataannya benar
حَدَّثَ
حَدَّثْتُــهُ الحِكَايَةَ وَاقِعاً
Saya menceritakan kepadanya bahwa cerita tersebut nyata


Demikianlah pembahasan tentang fi'il lazim dan fi'il muta'addi secara rinci semoga dapat membantu teman-teman dalam memahami bab ini. Selamat belajar! :D

Oya untuk mengulas kembali pembahasan fi'il lazim dan fi'il muta'addi, berikut ini saya buatkan bagan pembagiannya, semoga membantu, teman-teman!




Referensi:


  • Kitab "Jami'ud Durus Al-Arobiyyah"














Pengertian Fi'il Tam dan Fi'il Naqish

Fi'il atau kata kerja dalam Bahasa Arab mempunyai spesifikasi yang berbeda dari Bahasa pada umumnya mengenai susunan kalimat, jika dalam Bahasa Indonesia ada bab "Kalimat Sempurna" dan "Kalimat Tidak Sempurna" yang mana pembahasannya lebih umum