Contact Us - Privacy Policy - Disclaimer - Terms of Service - About
loading...

Ciri-ciri Fi'il Lazim (فعل اللازم) Dalam Bahasa Arab. Berikut Ini Adalah Rinciannya

Ciri-ciri Fi'il Lazim (فعل اللازم) Dalam Bahasa Arab. Berikut Ini Adalah Rinciannya


Setelah kita tahu pengertian dari fi'il lazim (Pengertian Fi'il Lazim dan Fi'il Muta'addi), dalam postingan tersebut penulis telah menyebutkan bahwa yang dinamakan fi'il lazim adalah kata kerja yang tidak membutuhkan objek.

pada kesempatan kali ini penulis akan menjelaskan bagaimana cara kita mengetahui sebuah fi'il dinamakan fi'il lazim atau bukan. 

Sebuah fi'il menjadi fi'il lazim ketika:

1. Jika fi'il tersebut mempunyai arti karakter seseorang, yaitu fi'il yang menunjukan karakter atau sifat yang melekat pada diri seseorang, contoh:

Macam-macam Keadaan I'rob: Lafzi (لفظي), Taqdiri (تقديري), dan Mahhalli (محلّي)

Macam-macam Keadaan I'rob: Lafzi (لفظي), Taqdiri (تقديري), dan Mahhalli (محلّي)



I'rob seperti yang sudah pernah penulis jelaskan pada postingan sebelumnya (Pengertian I'rob (الإِعْرَابُ) dan pembagiannya) bahwa I'rob adalah perubahan cara baca di akhir kata pada suatu kalimat karena perbedaan amal yang masuk. 

Pada postingan kali ini, penulis akan menerangkan macam-macam keadaan I'rob, yaitu ada 3 (tiga): I'rob Lafzi (لفظي), I'rob Taqdiri (تقديري), dan I'rob Mahhalli (محلّي).


1. I'rob Lafzi (الإعراب اللفظي)

I'rob lafzi adalah suatu keadaan i'rob yang jelas terlihat di akhir kata dengan perubahan cara bacanya karena perbedaan amil yang masuk. dan keadaan ini biasanya terdapat pada kata-kata yang mu'rob atau yang dapat berubah tanda baca akhir katanya, bukan yang mu'tal akhir. contoh:

خَرَجَ الأُسْتَاذُ مِنَ الْفَصْـلِ  "Seorang Guru keluar dari ruang kelas

perhatikan huruf yang berwarna biru, keduanya mempunyai cara baca yang berbeda karena perbadaan amil yang masuk. kata الأُسْتَاذُ dibaca rofa' dengan tanda rofa' nya yaitu harokat dhomah di akhir kata karena ia menjadi fa'il atau subjek. Sedangkan kata  الْفَصْـلِ    dibaca jar dengan tanda jar nya yaitu harakat kasroh di akhir kata karena ia kemasukan huruf jar yaitu مِنَ  

Baca Juga : 

I'rob Rofa dan Tanda-tandanya 

I'rob Jar dan Tanda-tandanya


2. I'rob Taqdiri (الإعراب التقديري)

I'rob taqdiri yaitu keadaan i'rob yang tanda i'robnya tidak nampak langsung di akhir kata, maka harakat atau tanda i'robnya dikira-kirakan. Berbeda dengan i'rob lafzi yang tanda i'robnya sangat terlihat di akhir kata. 

Contoh:

جَاءَ القَاضِي

رَأيْتُ القَاضِي

مَرَرْتُ بِالقَاضِي

jika kita perhatikan ketiga kalimat di atas, seharusnya setiap kata yang kemasukan amil rofa', nashab, atau jar dibaca sesuai tata aturan i'rob, yaitu dibaca rofa' dengan dhommah, dibaca nashab dengan fathah, dan dibaca jar dengan kasroh. Tapi berbeda dengan tiga contoh kalimat di atas, yang mana tidak ada harokat di akhir kata tersebut karena kata القَاضِي adalah isim manqush yang mana terdapat yaa manqushoh di akhir katanya dan ditandai dengan huruf kasroh sebelum yaa. 

Oleh karena itu, cara mengi'robnya yaitu :

جَاءَ القَاضِي  

جَاءَ فِعْلُ مَاضٍ مَبْنِيٌّ عَلَى الفَتْحَةِ 

القَاضِي فَاعِلُهُ مَرْفُوْعٌ وَعَلامَةُ رَفْعِهِ ضَمَّةٌ مُقَدَّرَةٌ لِأنَّهُ اسْمُ المَنْقُوْصِ

kata القَاضِي menjadi fa'il, dibaca rofa' tanda rofa' nya adalah dhommah muqoddaroh (dhommah yang dikira-kirakan) karena termasuk isim manqush. 

contoh lain terdapat pada isim maqsur. yaitu isim yang diakhiri dengan alif layinah dan ditandai dengan huruf fathah sebelumnya. contoh:

جَاءَ الفَتَى

رَأيْتُ الفَتَى

مَرَرْتُ بِالفَتَى

Sama seperti contoh sebelumnya, walaupun kata berwarna hijau di atas kemasukan amil yang berbeda, tapi dibacanya tetap sama. karena ini adalah contoh i'rob taqdiri atau dikira-kirakan tanda i'robnya.


Baca juga: 

Pengertian Isim Manqush [اسم منقوص] dalam Bahasa Arab

Pengertian Isim Maqshur, Manqush, dan Isim Mamdud dalam Bahasa Arab


3. I'rob Mahalli (إعْرَابُ المَحَلِّي)

I'rob mahalli adalah suatu keadaan i'rob yang perubahan akhir katanya tidak nampak atau tertulis di akhir kata tidak juga dikira-kirakan. i'rob mahalli ini hanya terjadi pada kata-kata yang mabni (yang harokat akhirnya tidak berubah).

karena isim mabni ini tidak nampak perubahan harokat akhirnya karena harokat akhirnya tetap tidak berubah, maka ketika isim mabni dibaca i'rob rofa', nashab, jar, ataupun jazm, maka i'rob rofa', nashab, jar, dan jazm nya itu berupa i'tibar, i'robnya juga dinamakan 'i'rob mahall (اعْرَابًا مَحَلِيًّا), atau dengan i'tibar bahwa isim mabni itu dalam keadaan i'rob rofa', nashab, jar, atau jazm, maka cara mengi'robnya pun juga beda, yaitu dilihat dari keadaan i'robnya dalam sebuh kalimat.

Contoh:

جَاءَ هَؤُلَاءِ التَلَامِيْذُ

أنَتُمْ تَجْلِسُوْنَ عََلَى الكُرْسِي

jika kita perhatikan dua kalimat di atas, ada dua kata mabni yang seharusnya dibaca rofa' dengan dhommah tapi keduanya dibaca sesuai aturan mabni yaitu stuck tidak berubah harokat akhirnya. yaitu kata  هَؤُلَاءِ  yang tetap menggunakan harokat kasroh di akhirnya karena ia termasuk kata mabni, begitu juga dengan kata أنَتُمْ   yang tetap menggunakan harokat sukun di akhirnya karena juga termasuk isim mabni.

maka jika keduanya di i'rob, cara mengi'robnya yaitu:

هَؤُلَاءِ : مَبْنِيٌّ عَلَى الكَسْرَةِ، فِيْ مَحَلِّ الرَّفْعِ فَاعِلُ جَاءَ

 هَؤُلَاءِ  mabni kasroh, mahal i'robnya rofa' menjadi fa'il nya جَاءَ       


Baca Juga:

Isim Mu"rab dan Isim Mabni (المعرب والمبني) beserta Macam-macamnya dalam Ilmu Nahwu.


Note:

  • Adapun Huruf (حروف), fi'il 'Amr (فعل الأمر), fi'il madhi (فعل الماصي), yang tidak didahului oleh adaatus syart (isim syarat) yang jazim, dan isim fi'il (أسماء الأفعال), isim suara (اسماء الأصوات), maka kesemuanya itu dihukumi لَامَحَلَّ لَهَا مِنَ الاعْرَابِ atau tidak mempunyai kedudukan i'rob dalam suatu kalimat, karena kesemuanya itu tidak berubah akhir katanya, baik secara lafadz, taqdir, maupun secara mahall. 
  • Adapun fi'il mudhori (فعل المضارع) yang mabni, maka i'robnya dihukumi mahalli baik ketika rofa', nashab, jar, maupun jazm, contoh seperti :
    هَلْ يَكْتُبْنَ
    لَنْ يَكْتُبْنَ
    لَمْ 
    يَكْتُبْنَ
    ketiga kalimat di atas beda amilnya tapi pembacaan fi'il mudhorinya sama, karena ia mabni, maka dihukumi i'rob mahalli.
Demikian lah pembahasan tentang macam-macam keadaan i'rob dalam bahasa Arab, semoga bermanfaat. Amin



Referensi:
  • Kitab Jami'ud Durus Juz 1, hal. 22-28.

Pengertian dan Macam-macam Tanwin dalam Bahasa Arab

Pengertian Tanwin dan Pembagiannya dalam Bahasa Arab 

A. Pengertian Tanwin (التنوين)

Tanwin adalah nun mati (نون ساكنة) yang terucap di akhir kalimat isim tapi nun mati tersebut tidak tertulis, tanwin sendiri di bagi menjadi tiga bagian.

contoh:

زَيْــدٌ  "Zaidun "

 ini adalah bentuk tanwin, tertulis seperti ini   ٌ , dengan tanpa nun mati tapi dibaca nun mati.

Asalnya adalah زَيْدُنْ 


B. Macam-macam Tanwin

a. Tanwin Tamkin (تنوين التمكين)

Tanwin tamkin adalah tanwin yang bertemu dengan isim-isim yang mu'rob (berubah-ubah harakat akhir katanya) dan munsharif (kalimat isim yang dapat menerima tanwin), contoh:

رَجُـلٌ

ٍرَجُـل

كِتَابٌ

كِتَابٍ

oleh karena itu, tanwin tamkin juga disebut sebagai tanwin sharaf, karena tanwin ini selalu berada pada isim yang munsharif (isim yang dapat menerima tanwin) dan mu'robah (yang berubah harokat akhirnya).

Baca selengkapnya Pengertian isim mu'rob.


b. Tanwin Tankir (تنوين التنكير)

Tanwin tankir adalah tanwin yang berada pada beberapa isim mabni, contoh seperti isim fi'il dan isim alam (nama) yang diakhiri dengan kata 'وَيْه' yang berbeda antara ma'rifat dan nakiroh, jika kata 'وَيْه' dibaca tanwin maka termasuk nakiroh atau kata umum, contoh:

سِيْبَوَيْــهٍ  (sibawaihin) >>> berarti nakiroh atau umum, nama seseorang yang bernama sibawaih yang bukan imam sibawaih penemu ilmu Nahwu.

tapi jika dibaca dengan tanpa tanwin, maka yang dimaksud adalah isim ma'rifat atau kata khusus yang berarti imam sibawaih,

 سِيْبَوَيْــهْ  (sibawaih) >>> imam sibawaih penemu ilmu nahwu

  contoh dalam suatau kalimat:

مَرَرْتُ بِسِبَوَيْـــهِ وَسِبَوَيْــهٍ آخَرَ 

"Saya bertemu dengan Imam Sibawaih dan seseorang yang bernama sibawaih lainnya" 

Baca Juga: Pengertian Nakirah dan Marifah dalam Ilmu Nahwu

Adapun dalam isim fi'il,

 seperti halnya kata 'صَــهْ' tanpa tanwin, dan 'صَــهٍ' dengan tanwin, perbedaannya hanya pada tanwin dan tidak ditanwin, tapi secara makna maka mempunyai perbedaan yang cukup jauh berbeda.

kata 'صَــهْ' tanpa tanwin >>> berarti menyuruh kepada lawan bicara untuk diam dari perkataan yang ia ucapkan pada saat itu saja.

sedangkan,  'صَــهٍ' dengan tanwin >>> berarti menyuruh kepada lawan bicara untuk diam dari perkataan apapun.


c. Tanwin 'Iwadh (تنوين العوض)

Tanwin 'iwadh adalah tanwin yang menjadi pengganti, adakalanya menjadi pengganti dari kata tunggal (مُفْرَدٌ), pengganti kalimat (جُمْلَةٌ), ada pula menjadi pengganti huruf (حَرْفٌ).

> Adapun tanwin yang menjadi pengganti dari kata tunggal (مُفْرَدٌ), yaitu tanwin yang berada pada kata :

كُلٌ

بَعْضٌ

أَيٌّ

yaitu tanwin sebagai ganti dari kata yang diidhofahkan kepadanya. contoh:

كُـلٌ يَمُوْتُ  "Semua akan mati"

yang mana tanwin pada kata كُـلٌ itu diidhofahkan kepada kata yang disembunyikan yaitu اِنْسَانٍ 'manusia'.

maka sebenarnya kalimat di atas lengkapnya adalah :

كُلُ إِنْسَانٍ يَمُوْتُ "Setiap manusia akan mati"

> Adapun tanwin yang menjadi pengganti dari kalimat (جُمْلَةٌ), yaitu yang masuk pada kata إِذْ sebagai ganti dari kalimat yang jatuh sesudahnya. contoh:

فَلَوْلَا إذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمُ، وَأنْتُمْ حِيْنَــئِذٍ تَنْظُرُوْنَ   

"Maka kalau begitu mengapa (tidak mencegah) ketika (nyawa) telah sampai di kerongkongan, dan kamu ketika itu melihat"

kata  حِيْنَــئِذٍ  asalnya adalah  حِيْنَ إِذْ بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمُ , kemudian kata بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمُ digantikan dengan tanwin pada kata حِيْنَــئِذٍ. 


> Adapun tanwin yang menjadi pengganti dari huruf (حَرْفٌ), yaitu tanwin tanwin yang berada pada isim manqush yang tidak dapat menerima tanwin, dalam kondisi rofa' dan jar sebagai ganti dari huruf akhir yang dibuang. Contoh;

جِوَارٍ 

غَوَاشٍ

عِوَادٍ

أعَيْـمٍ

رَاجٍ

kelima tanwin pada contoh di atas menjadi pengganti dari huruf ya ي yang dihilangkan, harusnya yaitu:


جِوَارِيْ 

غَوَاشِيْ

عِوَادِيْ

أعَيْـمِيْ

رَاجِيْ


Nah, adapun jika menjadi pengganti dari huruf, yang mana isim isim manqush di atas tersebut dalam keadaan nashab, maka huruf ya nya dikembalikan seperti sedia kala tanpa diberikan tanwin, contoh dalam keadan nashab:

> دَفَعْتُ عَنْكَ عوَادِيَ

> أكْرَمْتُ أعيمِـيَ فَقِيْرًا

> عَلَّمْتُ الفَتَاةَ رَاجِـيَ


Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini, semoga dapat dipahami dengan baik dan semoga bermanfaat. Amin-amin ya Robbal 'Alamin.


Referensi:

  • Kitab Jami'ud Durus Juz 1 hal. 10-11

Fiil Mudhori yang Dibaca Rofa dalam Ilmu Nahwu

Fiil Mudhori yang Dibaca Rofa dalam Ilmu Nahwu




Contoh:

(1) تَطِيْرُ الحَمَامَةُ 

Burung merpati itu sedang terbang

(2) يَعُوْدُ المُسَافِرُ

Seorang musafir [orang yang melakukan perjalanan] itu kembali
 
(3) يَنْزِلُ المَطَرُ

Hujan turun

(4) يَحْكُمُ القَاضِي

Hakim itu memberikan hukum 


****

Pembahasan:

Pada kalimat-kalimat di atas terdapat fi'il mudhore yang berwarna hijau, jika temen-temen perhatikan maka temen-temen bisa lihat bahwa kesemua fi'il mudhore di atas dibaca rofa' dengan huruf dhommah. 

yang menjadi pertanyaan kenapa bisa dibaca dhommah atau rofa'? jawabannya cukup simpel, yaitu karena fi'il mudhore di atas tidak didahului oleh huruf-huruf yang mengharuskannya dibaca nashob, atau juga tidak didahului oleh huruf-huruf yang mengharuskannya dibaca jazm. Maka dari itu fi'il mudhore di atas harus dibaca rofa' karena sepi dari amil atau huruf-huruf yang menashobkan dan huruf-huruf yang menjazmkan.

Baca juga:




****

Kaidah:

  • Fi'il mudhore dibaca rofa' dengan dhommah jika tidak didahului oleh huruf yang menashobkan dan huruf yang menjazmkan.




Referensi

Kitab Nahwu Wadhih Juz 1, hal. 58


Fi"il Mudhori yang Dibaca Jazm dalam Ilmu Nahwu

Fi"il Mudhori yang Dibaca Jazm dalam Ilmu Nahwu



Contoh:

(1) لَمْ يَحْفَظْ زَيْدٌ دَرْسَهُ

Zaid belum menghafal pelajarannya

(2) لَمْ يَنْقَطِعْ نُزُوْلُ المَطَرِ

Hujan belum berhenti
  
(3) لَمْ يَذْهَبْ زَيْدٌ إِلَى المَدْرَسَةِ

Zaid belum berangkat ke sekolah 


- - - - - - - - - - - -


(4) لَا تَأْكُلْ وَأنْتَ شَبْعَان

Jangan makan saat kamu sedang kenyang

(5) لَا تُكْثِرْ مِنَ الضَحِكِ

Jangan banyak bercanda

(6) لَا تُسْرِعْ فِي السَيْرِ

Jangan cepat-cepat dalam berjalan [perjalanan]


- - - - - - - - - - - - 


(7) إنْ تَفْتَحْ نَوَافِذَ الحُجْرَةِ يَتَجَدَّدْ هَوَاءُهَا

Jika kamu membuka jendela-jendela kamar, maka udaranya akan baru

(8) إنْ تَجْلِسْ فِي مَجْرَى الهَوَاءِ تَمْرَضْ

Jika kamu duduk [saat angin kencang], maka kamu akan sakit
 
(9) إنْ يُسَافِرْ أخُوْكَ تُسَافِرْ مَعَهُ

Jika saudaramu bepergian, maka kamu akan bepergian bersamanya


 
******

Pembahasan:

Contoh-contoh di atas dari nomer (1) sampai nomer (6) terdapat fi'il mudhore yang didahului oleh huruf yang menjazmkan yaitu huruf 'لَمْ dan لَا', pada contoh-contoh tersebut fi'il mudhore bermakna kalimat negatif karena didahului oleh huruf nafi (negatif), selain itu fi'il mudhore yang didahului oleh 'لَمْ dan لَا' juga harus dibaca jazm, karena kedua huruf tersebut adalah huruf yang menjazmkan. 
Adapun amal huruf 'لَمْ' yaitu untuk menunjukkan arti kata negatif atau nafi pada waktu lampau, contoh pada kalimat pertama :
لَمْ يَحْفَظْ زَيْدٌ دَرْسَهُ
Zaid belum menghafal pelajarannya
maksud dari huruf لَمْ pada kalimat di atas adalah untuk menunjukkan bahwa Zaid pada waktu lampau [entah kemarin, tadi malam, ataupun waktu yang sudah lalu] belum bisa menghafal pelajarannya.
Sedangkan amal huruf لَا yaitu untuk menunjukkan kata larangan [nahyi] yang ditujukkan untuk lawan bicara agar tidak melakukan sesuatu.

Jika temen-temen perhatikan semua contoh fi'il-fi'il di atas yang didahului oleh huruf  'لَمْ dan لَا', maka temen-temen temukan bahwa semua fi'ilnya dibaca jazm dengan dibaca sukun di akhir katanya, tetapi jika temen-temen buang atau hilangkan saja huruf  'لَمْ dan لَا', maka fi'il mudhorenya akan dibaca rofa' dengan dhomah di akhir kata, dari sini kita paham bahwa setiap fi'il mudhore yang kemasukan huruf  'لَمْ dan لَا' maka harus dibaca jazm. 

Jika temen-temen perhatikan contoh kalimat yang ke (7) sampai ke (9), temen-temen akan menemukan bahwa setiap kalimat didahului dengan huruf 'إنْ', dan perlu diketahui bahwa huruf 'إنْ' tersebut hanya masuk pada fi'il mudhore dan membuat fi'il tersebut dibaca jazm.

perhatikan kalimat di bawah ini 

(7) إنْ تَفْتَحْ نَوَافِذَ الحُجْرَةِ يَتَجَدَّدْ هَوَاءُهَا

Jika kamu membuka jendela-jendela kamar, maka udaranya akan baru

jika diperhatikan kalimat di atas tersusun dari dua kalimat, kalimat pertama yaitu إنْ تَفْتَحْ نَوَافِذَ الحُجْرَةِ , ia menjadi kalimat syarat [sebab], kedua kalimat kedua yaitu يَتَجَدَّدْ هَوَاءُهَا , ia menjadi kalimat jawabnya [atau akibatnya]. maka maksudnya adalah membuka jendela kamar menjadi syarat, dan menyebabkan akibat berupa perubahan atau pembaruan udara kamar. 
jika temen-temen perhatikan kata تَفْتَحْ   dan  يَتَجَدَّدْ  kedua dibaca jazm dengan tanda jazmnya yaitu sukun di akhir kata. 

Adapun yang menjazmkan kedua fi'il mudhore pada kalimat di atas yaitu huruf إنْ , maka dari itu, huruf إنْ disebut juga dengan huruf syarat dan jazm. 



*********    

Kaidah:

  • Fi'il mudhore dibaca jazm jika didahului oleh huruf yang menjazmkan yaitu: لَمْ ,لَا  dan huruf إنْ  syarat.
  • Huruf لَمْ dan huruf لَا  nahyi/larangan, keduanya hanya dapat menjazamkan satu fi'il mudhore saja. huruf لَمْ menafikan fi'il pada waktu lampau, sedangkan huruf لَا menunjukkan larangan untuk melakukan sesuatu.
  • Huruf إنْ menjazmkan dua fi'il mudhore sekaligus, fi'il pertama menjadi fi'il syarat [sebab], sedangkan fi'il kedua menjadi jawab [akibat].






Referensi:
  • Kitab Nahwu Wadhih juz 1, hal. 52 - 53.    

Fi"il Mudhori yang Dibaca Nashob dalam Ilmu Nahwu

Fi"il Mudhori yang Dibaca Nashob dalam Ilmu Nahwu



Contoh:

(1) أُرِيْدُ أنْ أَكُوْنَ طَبِيْبًا

Saya ingin menjadi seorang dokter

(2) يَسُرُّنِي أَنْ تَزُوْرَنِي

Saya akan senang bila kau mengunjungiku

(3) أَرْجُو أنْ يَعْتَدِلَ الجَوُّ

Saya harap cuacanya stabil 

- - - - - - - - - - - - - -


(4) لَنْ يَكْذِبَ

Dia tidak akan berbohong

(5) لَنْ يَفُوْزَ الكَسْلَانُ

Orang yang malas tidak akan berhasil

(6) لَنْ أَضْرِبَ القِطَّ

Saya tidak akan memukul kucing

- - - - - - - - - - - - - -

(7) (إِذَنْ تَرْبَحَ تِجَارَتُكَ (تجِيْبُ بِذَلكَ مَنْ قَالَ سَأكُوْنُ أمِيْنًا 

Kalau begitu, daganganmu akan untung (kamu harus mengucapkan itu jika seseorang mengatakan 'Saya akan menjadi orang yang amanah')

(8) (إِذَنْ يَفْسُدَ الهَوَاءُ (تجيب بِذَلِكَ مَنْ قَالَ سَأغْلِقُ النَوَافِذَ

Kalau begitu, itu akan merusak udara (kamu harus mengucapkan itu jika ada seseorang mengatakan 'Saya akan menutup semua jendela')


- - - - - - - - - - - - - - -

(9) جِئْتُ كَيْ أتَعَلَّمَ

Saya datang agar saya belajar

     أكَلْتُ الخُبْزَ كَيْ لَا أَجِيْعَ   (10)

Saya makan roti agar saya tidak lapar

(11)  أَتَعَلَّمُ كَيْ أَخْدُمَ الوَطَنَ

Saya belajar agar saya dapat berhidmat kepada tanah air



*******

Pembahasan:

pada semua contoh di atas dari poin nomer 1-11 yang berwarna hijau adalah fi'il mudhori yang dibaca nashob karena terdapat huruf yang menashobkan yaitu huruf-huruf yang berwarna merah di atas 'أنْ - لَنْ - إِذَنْ - كَيْ'
karena fi'il mudhori tersebut sudah didahului oleh huruf nawashib tersebut di atas maka fi'il-fi'il tersebut harus dibaca nashob, bisa dilihat di akhir kata setiap fi'il mudhore yang berwarna hijau di atas berharokat fathah yang menandakan ia dibaca nashob. 

Adapun jika temen-temen menghilangkan huruf nawashib 'أنْ - لَنْ - إِذَنْ - كَيْ' di atas, maka semua fi'il-fi'il mudhore di atas akan dibaca rofa' dengan dhommah.

Dari penjelasan di atas, maka kesemua huruf nawasib 'أنْ - لَنْ - إِذَنْ - كَيْ' ini beramal menashobkan fi'il mudhore yang jatuh setelahnya.


******

Kaidah:

Fi'il mudhori harus dibaca nashab jika didahului salah satu dari empat huruf yang menashobkan [nawaasib], keempat huruf tersebut adalah 'أنْ - لَنْ - إِذَنْ - كَيْ'






Referensi:
  • Kitab Nahwu wadhih juz 1 hal. 47- 48.