Contact Us - Privacy Policy - Disclaimer - Terms of Service - About
loading...

Qowaidul I'lal Ke-3 (Wawu atau Ya Diganti Dengan Hamzah, Jika Wawu atau ya Terletak pada Ain Fiil pada Bentuk Isim Fail atau Akhir Bentuk Masdar)

Qowaidul I'lal Ke-3 (Wawu atau Ya Diganti Dengan Hamzah, Jika Wawu atau ya Terletak pada Ain Fiil pada Bentuk Isim Fail atau Akhir Bentuk Masdar)


 إِذَاوَقَعَتِ الْوَاوُوَالْيَاءُ بَعْدَآلِفٍ زَائِدَةٍ أُبْدِلَتَا هَمْزَةً بِشَرْطِ  أَنْ تَكُوْنَا عَيْنًا فِيْ  اسْمِ الْفَاعِلِ  وَطَرَفًا فِيْ  مَصْدَرٍ,نَحْوُ صَائِنٌ  أَصْلُهُ  صَاوِنٌ  ,سَائِرٌ  أَصْلُهُ  سَايِرٌ  ,لِقَاءٌ أَصْلُهُ لِقَايٌ


Apabila terdapat huruf wawu ataupun ya’ jatuh setelah alif zaidah(alif tambahan), maka wajib ditukar dengan hamzah, dengan ketentuan wawu ataupun ya’ tersebut terletak pada‘ Ain Fi’ il kalimah bentuk Isim Fail, ataupun terletak pada akhir kata bentuk masdar. Contoh:صَائِنٌ asalnyaصَاوِنٌ sertaسَائِرٌ asalnyaسَايِرٌ sertaلِقَاءٌ asalnyaلِقَايٌ

Qowaidul I'lal Ke-2 (Harakat Wawu atau Ya Pada Bina Ajwaf, Dipindah Pada Huruf Sebelumnya)

Qowaidul I'lal Ke-2 (Harakat Wawu atau Ya Pada Bina Ajwaf, Dipindah Pada Huruf Sebelumnya)


 إِذَاوَقَعَتِ الْوَاوُ وَالْيَاءُ عَيْنًا مُتَحَرِّكَةًمِنْ أَجْوَفٍ وَكَانَ مَا قَبْلَهُمَا  سَاكِنًا صَحِيْحًا نُقِلَتْ حَرْكَتُهُمَا إلىَ مَاقَبْلَهَا ,نَحْوُ يَقُوْمُ أَصْلُهُ يَقْوُمُ ,يَبِيْعُ  أَصْلُهُ  يَبْيِعُ


Apabila ada wawu ataupun ya’ mempunyai harokat yang mana wawu atau ya berharakat tersebut terletak pada‘ ain fi’il Bina’ Ajwaf serta huruf sebelumnya terdiri dari huruf Shahih (bukan wawu/ya) yang berharakat sukun, maka harakat wawu ataupun ya’ tersebut wajib dipindah pada huruf sebelumnya. Contoh:يَقُوْمُ asalnyaيَقْوُمُ sertaيَبِيْعُ asalnyaيَبْيِعُ.

Qowaidul I'lal Ke-1 (Huruf Wawu atau Ya Diganti Menjadi Huruf Alif)

Qowaidul I'lal Ke-1 (Huruf Wawu atau Ya Diganti Menjadi Huruf Alif)


 إذَاتَحَرَّكَتِ الْوَاوُ وَالْيَاءُ بَعْدَفَتْحَةٍ مُتَّصِلَةٍ فِيْ  كَلِمَتَيْهِمَا أُبْدِلَتَا آلِفًا مِثْلُ  صَانَ  أَصْلُهُ   صَوَنَ   وَبَاعَ   أَصْلُهُ   بَيَعَ


Apabilah terdapat Wawu ataupun Yya’ berharkah, jatuh setelah harkah Fathah dalam satu kalimah, hingga Wawu ataupun Ya’ tsb wajib ditukar dengan Alif semacam contohصَانَ asalnyaصَوَنَ, sertaبَاعَ asalnyaبَيَعَ.

Singkatan Huruf Pegon untuk Memaknai Kitab Kuning Ala Pondok Pesantren.

Mengkaji kitab kuning di pondok pesantren adalah sebuah kewajiban bagi para santri bahkan termasuk kegiatan wajib mereka, dalam prakteknya, mengkaji kitab kuning hampir semua ponpes di Indonesia menggunakan bahasa jawa dan dengan istilah-istilah khusus yang sudah lahir sejak dulu.     Istilah-istilah tersebut juga jika kita pahami betul, ternyata adalah cara para kiai terdahulu untuk memudahkan santri dalam mempelajari ilmu tata bahasa Arab, yaitu nahwu. contoh saja dalam penulisan mubtada disebutkan dengan utawi, khobar disebut dengan iku, dan sebagainya, selain para kiai memberikan arti setiap kata juga menyebutkan kedudukan nahwu setiap kata.  Baiklah berikut ini adalah singkatan-singkatan huruf pegon yang dapat digunakan para santri dalam memaknai kitab kuning :  Huruf م : utawi / berawal  (kedudukannya mubtada’) Huruf خ : dibaca "iku" dalam bahasa indonesia 'Yaitu'  (dalam Nahwu berkedudukan sebagai khobar) Huruf ج : dibaca 'mongko' atau juga 'maka' (yaitu menjadi kalimat jawab) Huruf حا : dibaca khale atau 'dalam keadaan' (dalam nahwu dinamakan hal) Huruf ع : dibaca 'kerono' atau sebab  (dalam nahwu disebut lam ta’lil) Huruf غ : dibaca senajan atau walaupun (dalam nahwu disebut ghoyah) Huruf فا : dibaca sopo atau siapa 'menunjukan arti subjek, fail ataupun seseorang' (dalam nahwu disebut juga fail yang berakal) Huruf ف : dibaca 'opo' atau apa, berbeda dengan faa di atas, faa yang ini ditulis tanpa alif, huruf ini mengandung arti subjek yang tidak berakal yakni selain manusia, contoh benda, dan lain sebagainya.' Huruf مف : dibaca "ing" mempunyai arti objek atau maf'ul bih dalam ilmu nahwu Huruf نفا : dibaca 'sopo atau opo' dalam bahasa indonesia 'siapa atau apa' tergantung yang kata tersebut manusia atau selain manusia, mengandung arti subjek pengganti dalam kalimat pasif, dalam nahwu disebut juga naibul fail Huruf مع : dibaca 'Sertane' dalam bahasa indonesia  'beserta' (dalam ilmu nahwu biasanya disebut juga dengan Maf'ul Ma'ah) Huruf ن : dibaca 'kang' dalam bahasa indonesia 'yang' (huruf nun juga singkatan dari na'at) Huruf ص : sama dengan nun, dibacanya 'Kang' atau 'yang' hanya saja dalam nahwu disebut juga dengan Shilah, atau kalimat yang berbentuk sifat yang terletak setelah isim maushul Huruf مط : dibaca 'kelawan' atau dengan, dalam ilmu nahwu disebut juga dengan maful mutlak Huruf تم : dibaca 'apane' atau 'apanya' dalam ilmu nahwu disebut juga dengan  tamyiz Huruf ظم : dibaca 'ingdalem' atau pada, dalam ilmu nahwu disebut juga dengan  zhorof Huruf نفـ: dibaca 'ora' atau tidak, huruf tersebut singkatan dari nafiyah Huruf س : dibaca 'jalaran' atau sebab, dalam ilmu nahwu biasanya dinamakan sababiah Huruf با : dibaca 'bayane' atau bisa juga menunjukkan kondisi sesuatu dalam ilmu nahwu biasanya disebut bayan Huruf بد : dibaca 'Rupane' atau dalam bahasa indonesia 'ternyata adalah', dalam ilmu nahwu sebagai badal  Penempatan Setiap Singkatan Pegon: Huruf م : utawi / berawal  (kedudukannya mubtada’)  huruf mim berada di awal kata yang berkedudukan mubtada'.   Cara baca : al-hamdu utawi segalane puji, iku lillahi tetep kagungane Allah. Huruf خ : dibaca "iku" dalam bahasa indonesia 'Yaitu'  (dalam Nahwu berkedudukan sebagai khobar)          huruf kho berada pada kanan atas kata yang berkedudukan khobar. Cara baca : al-hamdu utawi segalane puji, iku lillahi tetep kagungane Allah.  Baca Juga : Pengertian tentang mubtada dan khobar.  Huruf ج : dibaca 'mongko' atau juga 'maka' (yaitu menjadi kalimat jawab)    huruf jim (ج) ditulis di samping kalimat jawab dari in (jika). Cara Baca : in jaa.a nalikane teko sopo umaru umar, jaa.a mongko teko sopo ahmadu ahmad.    Huruf حا : dibaca khale atau 'dalam keadaan' (dalam nahwu dinamakan hal)          huruf khaale (حا) ditulis di atas kanan kata yang berkedudukan sebagai haal,  Cara baca : jaa a teko sopo muhammadun muhammad rookiban khaale berkendara  Huruf ع : dibaca 'kerono' atau sebab  (dalam nahwu disebut lam ta’lil)          huruf ain ditulis disamping bawah huruf lam ta'lil.  Huruf غ : dibaca senajan atau walaupun (dalam nahwu disebut ghoyah)           huruf ghoin (غ) ditulis di atas kanan huruf yang menunjukkan arti ghoyah atau walaupun atau kata (لَوْ)  Huruf فا : dibaca sopo atau siapa 'menunjukan arti subjek, fail ataupun seseorang' (dalam nahwu disebut juga fail yang berakal)   huruf faa (فا) ditulis di atas kanan kata yang berkedudukan sebagai fa'il yang berakal (manusia)   Huruf ف : dibaca 'opo' atau apa, berbeda dengan faa di atas, faa yang ini ditulis tanpa alif, huruf ini mengandung arti subjek yang tidak berakal yakni selain manusia, contoh benda, dan lain sebagainya.'  huruf fa ditulis di atas kanan fail yang tidak berakal (seperti kata di atas thooiroh yang artinya adalah pesawat), dibaca opo.   Huruf مف : dibaca "ing" mempunyai arti objek atau maf'ul bih dalam ilmu nahwu    huruf (مف) ditulis di kanan atas kata yang berkedudukan sebagai maf'ul bih, atau objek.  Huruf نفا : dibaca 'sopo atau opo' dalam bahasa indonesia 'siapa atau apa' tergantung yang kata tersebut manusia atau selain manusia, mengandung arti subjek pengganti dalam kalimat pasif, dalam nahwu disebut juga naibul fail          Huruf مع : dibaca 'Sertane' dalam bahasa indonesia  'beserta' (dalam ilmu nahwu biasanya disebut juga dengan Maf'ul Ma'ah)          Huruf ن : dibaca 'kang' dalam bahasa indonesia 'yang' (huruf nun juga singkatan dari na'at)          Huruf ص : sama dengan nun, dibacanya 'Kang' atau 'yang' hanya saja dalam nahwu disebut juga dengan Shilah, atau kalimat yang berbentuk sifat yang terletak setelah isim maushul           Huruf مط : dibaca 'kelawan' atau dengan, dalam ilmu nahwu disebut juga dengan maful mutlak          Huruf تم : dibaca 'apane' atau 'apanya' dalam ilmu nahwu disebut juga dengan  tamyiz           Huruf ظم : dibaca 'ingdalem' atau pada, dalam ilmu nahwu disebut juga dengan  zhorof           Huruf نفـ: dibaca 'ora' atau tidak, huruf tersebut singkatan dari nafiyah             Semoga bisa bermanfaat dan bisa lebih mudah dalam memaknai kitab kuning khususnya bagi teman-teman yang sedang di pondok pesantren. :D


Mengkaji kitab kuning di pondok pesantren adalah sebuah kewajiban bagi para santri bahkan termasuk kegiatan wajib mereka, dalam prakteknya, mengkaji kitab kuning hampir semua ponpes di Indonesia menggunakan bahasa jawa dan dengan istilah-istilah khusus yang sudah lahir sejak dulu. 


Istilah-istilah tersebut juga jika kita pahami betul, ternyata adalah cara para kiai terdahulu untuk memudahkan santri dalam mempelajari ilmu tata bahasa Arab, yaitu nahwu. contoh saja dalam penulisan mubtada disebutkan dengan utawi, khobar disebut dengan iku, dan sebagainya, selain para kiai memberikan arti setiap kata juga menyebutkan kedudukan nahwu setiap kata.

Baiklah berikut ini adalah singkatan-singkatan huruf pegon yang dapat digunakan para santri dalam memaknai kitab kuning :

Aturan Penulisan Hamzah (ء) di awal kata dalam Bahasa Arab

 

Aturan Penulisan Hamzah (ء) di awal kata

 Contoh kalimat:

(11) أَحْمَدُ قَائِمٌ

Ahmad berdiri

(22) هِنْدٌ اِمْرَأةُ زَيْدٍ

Hindun adalah istri Zaid

(33) جَاءَ الـأُسْتَاذُ

Guru itu telah datang

Pengertian Dzonna Wa Akhwatuha (ظَنَّ وَ أخْوَاتُهَا) Amil yang Masuk Pada Jumlah Ismiyah

 

Pengertian Dzonna Wa Akhwatuha (ظَنَّ وَ أخْوَاتُهَا) Amil yang Masuk Pada Jumlah Ismiyah

Selain kaana wa akhwatuha dan inna wa akhwatuha yang menjadi amil yang masuk pada kalimat ismiyah yaitu susunan kalimat yang terdiri dari mubtada dan khobar, ada satu lagi amil yang masuk pada mubtada dan khobar, apakah itu? Iya, sesuai judul kita yaitu Dzonna wa akhwatuha atau isim dzonna dan saudara-saudaranya. Berikut ini adalah penjelasannya.