Contact Us - Privacy Policy - Disclaimer - Terms of Service - About

Pengertian Jamak Muannats Salim [جمع المؤنث السالم] dan Hukumnya dalam Ilmu Nahwu

Pengertian Jamak Muannats Salim [جمع المؤنث السالم] dan Hukumnya dalam Ilmu Nahwu

Pengertian Jamak Muannats Salim

جمع [Jamak]  artinya adalah isim yang mempunyai arti tiga atau lebih dengan tambahan di akhir katanya.

Adapun yang dimaksud Muannats adalah isim yang mununjukkan arti perempuan, contoh:
المُسْلِمَةُ   [Orang islam 'Perempuan']
المُؤمِنَةُ   [Orang yang beriman 'Perempuan']

Adapun yang dimaksud dengan الجمع السالم [Jamak Salim] adalah isim yang bina/susunan kata mufrodnya sehat [terhindar dari huruf illah].

Maka yang dimaksud dengan جمع المؤنث السالم [Jamak Muannats Salim]  yaitu isim yang dijamak-kan dengan tambahan alif dan ta di akhirnya, contoh:
هنداتٌ   [Hindun-hindun 'nama orang']
مرْضِعاتٌ  [Perempuan-perempuan yang menyusui]
فَاظِلَاتٌ  [Keutamaan-keutamaan 'utk perempuan']
صَالِحَاتٌ  [Kebaikan-kebaikan 'utk perempuan'] 

Adapun kata 'قَضَاةٌ dan هداة'' keduanya adalah termasuk jamak taksir dan bukan jamak muannats salim, karena alifnya itu bukan alif tambahan melainkan perubahan alif dari huruf yaa, bentuk mufrod keduanya adalah 'قَضِية dan هدِية' . Huruf ta' tambahannya jamak muannats salim itu terbuka 'ت' , tapi huruf ta' pada kata 'قَضَاةٌ dan هداة' keduanya adalah ta' marbutoh 'ـــة' 

Adapun kata 'أبْيَاتٌ dan أشْبَاتٌ' keduanya juga termasuk jamak taksir, bukan jamak muannats salim, karena huruf ta' nya itu huruf asli bukan huruf tambahan, mufrod keduanya adalah:
أبْيَاتٌ    >   بَيْتٌ      [Rumah]
أشْبَاتٌ   > شِبِتٌ     [Tanaman Adas]

Isim-isim yang bisa dijamak muannats salim-kan

Adapun isim-isim yang bisa dijamak muannats salim-kan itu ada sepuluh bagian:

1. Nama yang menunjukkan gender perempuan, seperti:
 فَاطِمةٌ  > فَاطِمَاتُ
هِنْدٌ   > هِنْدَاتٌ
مَرْيَم > مَرْيمات

2. Semua isim yang diakhiri dengan ta' ta'nits [Ta' marbuthoh], seperti:
شَجَرَةٌ  > شَجَرَاتٌ  [Pohon]
ثَمْرَةٌ   > ثَمْرَاتٌ  [Buah]
كِتَابَةٌ  > كِتَابَاتٌ  [Tulisan]

Pengecualian pada poin ini adalah pada kata:
امرأةٌ   [Wanita]
شَاةٌ  [Domba]
أَمَةٌ  [Budak perempuan]
أمّةٌ  [Umat]
شفة [Bibir]
kata-kata di atas tidak dijamak dengan jamak muannats salim [tambahan alif dan ta] tapi jamaknya adalah sebagai berikut:
امرأةٌ   > نِسَاءٌ
شَاةٌ  > شِيَاةٌ
أَمَةٌ  > إمَاءٌ
أمّةٌ  > أُمَمٌ
شفة  > شِفَاهٌ

3. Sifat muannats, yang terdapat tambahan ta' marbuthoh, seperti:
مُرْضِعَةٌ > مُرْضِعَاتٌ  [perempuan yang menyusui]
atau sifat muannats yang menunjukkan isim tafdhil, seperti:
فُضْلَى [bentuk muannats dari أفْضلُ] 
maka jamaknya menjadi فُضْلِيَاتُ

Adapun kata sifat muannats dari : حَائض، حَاملٌ، طَالِقٌ، صَبوْر، dan جَرِيْحٌ , semuanya tidak dijamak dengan alif dan ta, karena syarat pada sifat munnats [poin 3] ini adalah harus diakhiri dengan ta' marbuthoh atau termasuk isim tafdhil. maka jamak untuk kata sifat di atas adalah sebagai berikut:
حَائض >  حَوَائِض [Haid]
حَاملٌ  > حَوَامِل [Orang yang membawa]
طَالِقٌ  > طَوَالِق  [Orang yang bercerai]
صَبوْر  > صُيُرٌ  

4. Sifat mudzakkar yang tidak berakal, seperti:
شَاهِقُ >  شَاهقات  [yang kedudukan tinggi]
سَابق  > سابِقَات  [yang sebelumnya]

5. Madsar yang hurufnya lebih dari tiga huruf, seperti:
تَعْرِيْفٌ  > تَعْرِيْفَاتٌ  [pengertian]
إكْرَامٌ  > إكْرَامَاتٌ  [memuliakan]
إنْعَامٌ  > إنْعَامَاتٌ [menganugrahi]

6. Isim Tasghir mudzakkar yang tidak berakal, seperti:
دُرَيْهِمٌ  > دُرَيْهِمَاتٌ  [Dirham yang kecil]
كُتَيْبٌ  >  كُتَيْبَاتٌ  [Buku kecil]

7. Isim yang diakhiri dengan alif ta'nits mamduudah, seperti:
صَحْرَاءُ  > صَحْرَاوَاتُ  [Gurun]
عَذْرَاءُ  > عَذْرَاوَاتُ [Halangan]
Adapun yang berwazan 'فَعْلَاء' muannats dari 'أفْعل' maka tidak dijamak dengan alif dan ta, contoh:
حَمْرَاءُ  [Muannats dari أحْمَرُ]   "Merah"
كَحْلَاءُ  [Muannats dari أكْحَلُ]    "Hitam"
صَحْرَاءُ  [Muannats dari أصْحَر]  "Gurun"
ketiga kata di atas harus dijamak dengan jamak taksir, maka menjadi berikut ini:
حَمْرَاءُ  >  حُمْرٌ
كَحْلَاءُ  > كُحْلٌ
صَحْرَاءُ  > صُحْرٌ

8. Isim yang diakhiri dengan alif ta'nits maqshuroh, seperti:
ذِكْرَى  > ذِكْرَايَات   [Dzikir]
فُضْلَى  > فُضْلِيَات  [Keutamaan]
حُبْلَى  > حُبْلِيَات  [Wanita hamil]

9. Isim menyandar [menjadi mudhof] kepada  yang tidak berakal, seperti:
ابن آوى   jamaknya menjadi بنات آوى 
ذِي القَعْدَةِ  jamaknya menjadi   ذَوَات القَعْدَةِ

jadi kata 'ابن dan ذي' keduanya menjadi mudhof kepada isim yang tidak berakal, maka jamaknya menjadi بنات dan ذَوَات. Adapun jika kedua kata tersebut dimudhofkan kepada isim yang berakal maka jamaknya adalah بَنِيْنَ atau أبْنَاءٌ dan ذَوِيْ, contohnya seperti:
ابن عباس jamaknya menjadi ابناء عباس
ذُوْ علم  jamaknya menjadi ذَوي علم

10. Semua isim 'ajam [Nama selain nama Arab], seperti:
التِلْفُوْن  [Telephon]
التكْنُولوجي   [Tekhnologi]
الفُنُغراف  [Pornografi]
التِّلِغْرَاف  [Telegraf]

Adapun semua isim yang tidak disebutkan di atas, maka tidak dijamak dengan alif dan ta, kecuali masdar simaa'i, seperti:
السماوات  [Langit]
الأرضات   [Bumi]
الأمّهات  [Para ibu]
الأمات  [Induk-induk 'hewan']
السّجلات  
الأهِلات
الحمامات
الإصْطبلات
الثّيبات
الشّمالات
dan juga jamaknya jamak [sudah jamak, dijamak lagi], seperti:
بُيُوتَات
حُمرات
الذُورات
الديارات
القُطُرات
semua jamak di atas adalah merupakan masdar simaa'iy dan tidak ada ukurannya. 

Demikianlah penjelasan tentang jamak muannats salim, pembahasan di atas diambil dari kitab jami'ud durus jus 2, hal. 21-24. temen-temen bisa membacanya secara lengkap di sana, atau yang belum memiliki kitab tersebut bisa klik link di bawah ini untuk mendownloadnya secara gratis ya.


DOWNLOAD FULL KITAB JAMI'UD DURUS AL-ARABIYYAH (Juz 1, 2, dan 3 'Lengkap') file PDF




Referensi:
  • Kitab Jami'ud Durus Juz 2 hal. 21-24

Pengertian Jamak Mudzakkar Salim [جمع المذكّر السالم] Beserta Syarat-syaratnya dalam Ilmu Nahwu

Pengertian Jamak Mudzakkar Salim [جمع المذكّر السالم] Beserta Syarat-syaratnya dalam Ilmu Nahwu

Pengertian Jamak Mudzakkar Salim [جمع المذكّر السالم]

جمع [Jamak] sendiri artinya adalah isim yang mempunyai arti tiga atau lebih dengan tambahan di akhir katanya.

Adapun yang dimaksud المذكّر [Mudzakkar] adalah isim yang mununjukkan arti laki-laki. Contoh:
المُسْلِمُ  [Orang islam 'laki-laki]
المُؤْمِنُ  [Orang beriman 'laki-laki]

Adapun yang dimaksud dengan الجمع السالم [Jamak Salim] adalah isim yang bina/susunan kata mufrodnya sehat [terhindar dari huruf illah].  Kemudian tanda jamak salim ini adalah terdapat tambahan wawu dan nun atau yaa dan nun di akhir kata, seperti contoh berikut ini:
 "عَالِمُوْنَ و عَالِمِيْنَ"  'Orang-orang yang berilmu'

Maka yang dimaksud dengan جمع المذكّر السالم [Jamak Mudzakkar Salim] adalah Isim yang saat jamak ditambah dengan huruf tambahan wawu dan nun saat keadaan rofa'. Contoh:
قَدْ أفْلَحَ المُؤْمِنُوْنَ  "Orang-orang beriman telah menang"

dan ditambah dengan huruf yaa dan nun di akhir kata saat dalam keadaan nashob dan jar. Contoh:
saat Nashob: أكْرِمْ المُجْتَهِدِيْنَ     "Muliakanlah para mujtahid"
saat Jar: أحْسِنْ إلَى العَالَمِيْنَ  "Berbuat baiklah kepada Alam semesta"

Syarat-syarat Jamak Mudzakkar Salim

Suatu isim tidak bisa dijamak mudzakkar salim-kan kecuali dalam dua perkara berikut ini:

Pertama, Menunjukkan arti 'alam [nama] laki-laki yang berakal, dengan syarat sepi dari Ta' marbuthoh [ــة] dan tarkib, contoh:
أحْمَدُ
سَعِيْدٌ
خَالِدٌ

Kedua, Menjadi sifat untuk isim mudzakkar yang berakal, dengan syarat ia harus sepi dari ta' marbuthoh [ــة], tapi bisa kemasukan ta' marbuthoh, atau isim tersebut menunjukkan arti tafdhil [sifat yang melebihkan sesuatu], contoh:
عَالِمٌ  "Orang yang mengerti"
كِاتِبٌ  "Orang yang menulis"
أفْضَلُ   "Lebih utama"
أكْمَلُ  "Lebih sempurna"

Adapun kata 'عَالِمٌ  dan كِاتِبٌ' keduanya sepi atau tidak kemasukan ta' marbuthoh, tapi bisa banget jika kemasukan ta' marbuthoh, maka menjadi 'كِاتِبَةٌ dan عَلِمَةٌ'.
Sedangkan kata '' keduanya sepi atau tidak kemasukan huruf ta' marbuthoh dan memang tidak bisa kemasukan ta' marbuthoh, tapi keduanya termasuk isim tafdhil.

Baca Juga: 
Pengertian Isim Tafdhil dalam Ilmu Nahwu

Berbeda dengan poin kedua di atas, ada kata sifat yang tidak bisa dijamak mudzakkar salim-kan kecuali kata sifat tersebut harus sepi dari ta' ta'nits, nah jika kata sifat tersebut sudah memenuhi syarat sepi dari ta' ta'nits pun ia harus memenuhi salah satu dari dua syarat berikut ini:
* bisa menerima ta' ta'nits
* bisa juga berupa isim tafdhil
jika kata sifat tersebut tidak menerima ta' ta'nits dan juga tidak menunjukkan artiisim tafdhil, maka sudah pasti dia tidak bisa dijamak mudzakkar salim-kan, contoh:
أحْمَرُ
صبور
قَتِيْل

Semua pembahasan tentang bab:
+  'أفعل dan فَعْلَاء' contoh: 'أحْمَرُ dan حَمْرَاءُ'
+ 'فَعْلان dan فَعلى', contoh: 'سَكْرَانُ dan سَكْرَى'
+ atau semua kata yang antara mudzakkar dan muannats nya itu sama aja, contoh: غُيورٌ dan جَرِيْحٌ , maka keduanya tidak bisa dijamak mudzakkar salim-kan karena kata sifat tersebut mudzakkarnya itu sama dengan muannats nya.

Demikianlah pembahasan singkat tentang jamak mudzakkar salim, pembahasan di atas diambil dari kitab jami'ud durus jus 2, hal. 17-18. temen-temen bisa membacanya secara lengkap di sana, atau yang belum memiliki kitab tersebut bisa klik link di bawah ini untuk mendownloadnya secara gratis ya.


DOWNLOAD FULL KITAB JAMI'UD DURUS AL-ARABIYYAH (Juz 1, 2, dan 3 'Lengkap') file PDF




Referensi:
  • Kitab Jami'ud Durus Juz 1 hal. 159-160.

Isim Aswat/Isim Suara [أسماء الأصوات] dalam ilmu Nahwu

Isim Aswat/Isim Suara [أسماء الأصوات] dalam ilmu Nahwu

Dalam bahasa Arab isim biasa diartikan sebagai kata yang menunjukkan suatu arti dan tidak berhubungan dengan waktu, atau biasa kita sebut dengan kata benda. Asmaul Aswat juga salah satu bagian dari isim.

Pengertian Isim Aswat

Isim aswat sesuai namanya adalah isim yang terbentuk dari suara, baik itu suara hewan yang tidak berakal ataupun yang masih belum bisa berbicara seperti anak kecil/bayi, atau juga suara benda mati yang terkena gesekan atau benda jatuh, atau juga suara pukulan, dan lain sebagainya.

Semua Isim suara atau isim aswat hukumnya disamakan dengan Isim Fi’il, nah dengan kata lain isim aswat tetap memakai  satu format  lafal dalam penunjukkan sebuah  makna, isim aswat bisa beramal tapi tidak bisa diamali, baik tunggal, dual, jamak, male dan female.

Pembagian Isim Aswat

Isim Aswat terdapat  dua kategori:

1. Lafazh-lafazh yg ditujukan untuk  Hewan yg tidak berakal atau tidak dapat berkata  (seperti anak kecil). contoh:

هَيْدٌ “Haid!” atau هَاد “Haad!” digunakan  untuk membentak Unta yang lambat jalannya supaya  kencang.

هُسْ “Hus” digunakan  untuk menghalau Kambing.

كَِخْ كَِخْ “kakh-kakh” digunakan  untuk menangkal  anak kecil. Dll

2. Untuk mengisahkan  Bunyi/suara dari fauna  atau benda mati dll. contoh:

غاق “Ghaaq” suara burung gagak.

طق “Thaq” suara batu jatuh.

قب “Qabb” suara pukulan pedang. dll

semua Isim Aswat ialah  Sima’iy bawaan dari orang Arab.

Demikianlah penjelasan singkat tentang isim aswat, penjelasan yang lebih rinci dan detail bisa diliat pada kitab jami'ud durus Juz 1 hal. 159-160. Selamat belajar. :)


Temen-temen bisa men-DOWNLOAD kitab Jami'ud Durus secara gratis di sini:

DOWNLOAD FULL KITAB JAMI'UD DURUS AL-ARABIYYAH (Juz 1, 2, dan 3 'Lengkap') file PDF

Referensi:


  • Kitab Jami'ud Durus Juz 1 hal. 159-160.




الاسماء التي تعمل عمل الفعل ،وهي التي تخالف فهم التلاميذ لاختلافها في العمل [للقراءة]


الاسماء التي تعمل عمل الفعل ،وهي التي تخالف فهم التلاميذ لاختلافها في العمل  [للقراءة]



قد انـتشرت اللغة العربية في أنحاء دولة إندونيسيا بوسيلة معاهد التعليم الإسلامية و مؤسّسات التربية الإسلامية التي لها دورٌ مهِّمٌ في نشرها و رُقيّها. و قد عرفنا أنها من المواد الأساسية في المدارس الإسلامية حكوميةً كانتْ أم أهليةً و يتعلمونها الطلاب في جميع مراحلها إمّا إبتدائية و وسطية و ثانوية و بل يتعلمها طلاب الجامعة.
وتُعتبر اللغة العربية من أفصح اللغات في العالم بكثرة مصطلحاتها و كثرة مفرداتها و صعوبة تركيبها. تتخرج من كلمة العربية كلمات متنوعات إما الأسماء و إما الأفعال، مثلا كلمة "كَتَبَ" فصارت "يَكْتُبُ" "كِتَابَة" "كِتَابٌ" "كُتَّابٌ" "كُتُبٌ" "مَكْتَبَةٌ" "مَكْتَبٌ" "كَاتِبٌ" "مَكْتُوْبٌ" و ما إلى ذلك، ذلك من مزايا العربية، وتنقسم الكلمة في اللغة العربية إلى ثلاثة : الإسم و الفعل و الحرف1، و لكلّ منها علامات معيّنة، فيختلف بعضها بعضا في العلامة. كل ذلك الشرح يوجد في علم النحو.
و علم النحو علم من علوم القواعد العربية يبحث في تراكب الجمل، و الإعراب أو تغيير أواخر الكلمة. و ليس علم النحو يبحث فقط في الإعراب و مشاكله و إنما هو يبحث في محل الكلمات في الجمل و العلاقة بين الكلمات و الكلمات الأخرى فيبناء الجملة2، و أوّل من استكشفه هو الشيخ أبو الأسود الدؤلي3. و انـتشر علم النحو انـتشارا سريعا، و مع انـتشار هذا العلم ظهر كثير من كبار علماء النحو بل يصل إلى عدد كبير، و مع هذا ظهر علم النحو ظهورا كثيرا من القواعد النحوية منها الأسماء التي تعمل عمل الفعل.
كما شرح الشيخ أبو فارس الدحداح في كتابه "شرح ألفية ابن مالك" أن الإسم هو ما يدلّ على معنى في نفسه غير مقترن بزمان، و أما الفعل هو ما يدلّ على حالة أو حدث في زمان الماضي أو المستقبل أو يدلّ على الأمر. فإذا تأمّلنا إلي هتين الكلمتين (الإسم و الفعل) رأينا أن هناك فرقاً كبيراً بينهما إما في دلالتهما أن الإسم لا يقترن بزمان و أما الفعل يقترن به و يدلّ على الحدث. و إما في وظيفتهما، أن الفعل في اللغة العربية ينصب الإسم و اتّخذه مفعولا به إن كان هذا الفعل متعديّاً و بناءً على دلالة الفعل فهي "الحدث" و "الزمان"و لا يمكن فصل إحداهما عن الأخرى4. ولكن في علم النحو هناك بحث خاصّ للأسماء التي تستوي الأفعال في العمل، فهذه الأسماء هي إسم الفعل، المصدر و إسمه، إسم الفاعل، إسم المفعول، الصفة المشبهة و اسم التفضيل.
هذه الأسماء تخالف فهم التلاميذ مطلقاً منها لإختلافها في العمل و كثير من التلاميذ لم يعرفوا هذه الأسماء الخاصة، و إذا كانت هذه الإسماء تـؤدّي الصعوبة عند العرب فما بالة عندما يجدون ذلك عندغير العرب أو لغير الناطقين بها، لذلك يحتاج التلاميذ إلى البيان الواضح لهذه الأسماء حتى لا يخطأ في الفهم و العمل به ابناءً على صعوبة العربية لغير الناطقين بها إما من جهّة التراكب و المعاني و الكتابة و كيفيّات قراءتها التي يتفرّق بعيدا عن اللغة الإندونيسية. يوجد في الإندونسية فقط الإسم دون علامة خاصة من ناحية الكتابة تأدّي إليه، أما في العربية هناك أربع علامات للإسم منها : التنوين، و دخول (أل)،و دخول حروف الجر، و مجرور بحرف الجر. و الفعل في الإندونيسية يُعرف بمعانيها التي تأدّي إلي وقوع الحدث دون علامة خاصة بها، أما الفعل في العربية يعرف بدخول قد، و سين، و سوف، و تاء التأنيث.
هذه المشكلة من الصعوبات الناتجة عن الخلفية اللغوية5، و التلاميذ يحتاج إلى بيان مبين حتى يعرفوا جيدا ما هو الإسم و ما هو الفعل و يستطيعوا أن يفرِّقوا بينهما و هم في درجة الفهم و القدرة على العمل به حتى يعرف متى الإسم يعمل عمل الفعل فيعرف كيفية قراءته. فاحتاج المعلم إلى الطريق الدراسي الصحيح و المناسب لتعليم اللغة العربية خاصة لتعليم الأسماء التي تعمل عمل الفعل.
من هنا إنجذب الباحث أن يبحث هذه الأسماء التي تخالف فهم التلاميذ خاصة لغير الناطقين بها بناءً على أهمية فهم القواعد النحوية لمهارة القراءة و فهم العربية فهما صحيحا، فعسى أن يكون هذا البحث فاتحَ فهمهم عن الأسماء، أن ليس كل إسم يدل على معنى فينفسه و لا يقترن بزمان و إنما هناك بعض من الأسماء التي تعمل عمل الفعل. و بإقامة هذا البحث، يتمنّى الباحث أن يطبّق المدرس طريقة مناسبة لهذه الأسماء حتى يكون الطلاب فاهمين.




                                    _________________________________________________________
1 السيّد أحمد الهاشمي، القواعد الأساسية للّغة العربية، (لبنان: دار الكتب العلمية، 2012)، ص. 8.

2 Chatibul Umam, Aspek-aspek Fundamental dalam Mempelajari Bahasa Arab, (Bandung:Offset, 1980), hlm. 18.
3 أحمد دخلان، شرح مختصر جدا على متن الأجرومية (سماراع : كريا طه فوترا) ص. ٣
4 محمد خير الحلوني، الواضح في النحو (دمشق : دار المأمون للتراث) ص. ۱۷

5
أوريل بحر الدين، تطوير المنهج، تعليم اللغة العربية (ملانق : ملكي فرسس، 2010)، ص. 16

Pengertian Isim-isim Kinayah [أسماء الكناية] dalam Ilmu Nahwu

Pengertian Isim-isim Kinayah [أسماء الكناية] dalam Ilmu Nahwu

Pengertian Isim Kinayah

Menurut Syaikh Mustofa Gholaayiiny dalam kitabnya "Jaamiud durus" isim kinayah adalah lafadz-lafadz yang menunjukan arti mubham [umum] yang mengibaratkan seseuatu yang masih belum jelas seperti: jumlah, keadaan/kejadian, atau kegiatan.

Artikel Terkait: DOWNLOAD FULL KITAB JAMI'UD DURUS AL-ARABIYYAH (Juz 1, 2, dan 3 'Lengkap') file PDF

Maksudnya yaitu isim kinayah adalah isim yang menunjukan arti umum yang dimaksudkan untuk menunjuk arti jumlah, keadaan, atau kegiatan seseorang.

Contoh dalam bahasa Indonesia:

"Berapa banyak orang yang ikut ke pengajian?"
"Saya mengatakan demikian-demikian.."
"Saya punya buku kaya gini.."

Contoh dalam bahasa Arab:

كَمْ عِلْمًا تَعْرِفُ؟
"Berapa pengetahuan yang kamu ketahui?"

جِئْتُ يَوْمَ كَذَا
"Saya datang pada hari anu"

و كَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَمَوَاتِ وَ الأرْضِ
"Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi 


bisa dimengerti kan ya maksud dari isim kinayah? kata-kata di atas adalah kata yang masih belum jelas tapi mengisyaratkan suatu jumlah, keadaan, ataupun kegiatan.


Isim-isim Kinayah 

Adapun isim kinayah yang dimaksud adalah sebagai berikut:


  • كَمْ [Berapa]

Adapaun kata 'كَمْ' mempunyai dua arti atau maksud, yaitu:
Pertama, Istifhamiyah, yaitu menunjukkan pertanyaan yang mengisyaratkan suatu jumlah yang masih belum jelas yang dimaksudkan untuk mengetahui jumlah pastinya berapa. Contoh:

كَمْ يَوْمًا تَسْكُنُ فِى المَدِيْنَةِ؟
"Berapa hari kamu tinggal di kota?"

Kedua, Khobariyah, yaitu mengisyaratkan sebuah bilangan jumlah yang banyak dengan cara kabar [berita], Contoh:

كَمْ كِتَابٍ عِنْدِي
"Betapa banyaknya buku yang saya punya"

atau sama saja dengan:

عِنْدِ كُتُبٌ كَثِيْرَةٌ
"Saya mempunyai banyak buku"

Note:
- Pada contoh kedua di atas [كم] yang khobariyah, kata 'كِتَابٍ' dibaca jar karena menjadi Mudhof ilaih, dan kata 'كَمْ' selain ia adalah kam khobariyah, ia juga menjadi mudhof.


  • كَذَا [Demikian-demikian]

Adapun kata 'كَذَا' yaitu menunjukkan jumlah yang juga belum pasti berapanya. Contoh:

Menunjukkan jumlah yang tidak pasti berapanya:

قُلْتُ كَذَا
"Saya mengatakan demikian-demikian"

فَعَلْتُ كَذَا
"Saya melakukan demikian-demikian"

Menunjukkan jumlah tunggal:

جِئْتُ يَوْمَ كَذَا
"Saya datang pada hari anu"

Namun biasanya, kata 'كَذَا' ini sering sekali digunakan dengan cara mengulangnya dua kali sembari ditambahkan huruf 'athof yaitu 'كَذَا وَ كَذَا', contoh:

 قُلْتُ كَذَا وَ كَذَا
"Saya mengatakan demikian dan demikian"

Adapaun penggunakan kata 'كَذَا' satu kali atau tanpa huruf 'athof, sangatlah jarang.


  • كَأيِّنْ  [Betapa Banyak]

Adapun kata 'كَأيِّنْ' yaitu maknanya sama seperti 'كَمْ الخَبَرِِيَّةُ' [kam khobariyah]. Yaitu mengisyaratkan sebuah bilangan jumlah yang banyak dengan cara kabar [berita], Contoh:

و كَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَمَوَاتِ وَ الأرْضِ
"Dan betapa banyak tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi 

وَ كَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ
"Dan betapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa."

Asal kata 'كَأيِّنْ' adalah terbentuk dari kata kaf at-tasybih [huruf ك yang artinya adalah 'menyerupai/seperti'] dan kata 'أيٍّ', dan karena tanwin sudah menjadi bagian dari kedua susunan tersebut maka ditulis dengan huruf nuun 'ن', maka jadilah kata baru 'كَأيِّنْ'.

Boleh juga menuliskannya sesuai asal katanya yaitu 'كَأَيٍّ'. Ada juga yang menulisnya dengan 'كَائِن', seperti contoh syair di bawah ini:

و كَائِن تَرَى من صَامتٍ لَك مُعجِبٍ             زِيَادَتُهُ أوْ نَقْصُهُ في التكلّم



  • كَيْتَ dan ذَيْتَ [Begini dan begini]

Adapun kata 'كَيْتَ dan ذَيْتَ ' keduanya mempunyai arti yang mengisyaratkan tentang suatu kalimat/ungkapan, baik itu berupa perkataan [terungkap], maupun berupa perilaku [yang dilakukan]. Seperti halnya penggunaan kata 'فُلَان'  [menyebut seorang lelaki yang belum diketahui/sengaja dirahasiakan identitasnya] dan 'فُلَانَة [menyebut seorang lelaki yang belum diketahui/sengaja dirahasiakan identitasnya] dalam menyebut seseorang yang belum jelas.

Untuk penggunakan kata 'كَيْتَ' biasanya khusus dalam perkataan, dan penggunaan kata 'ذَيْتَ' biasanya khusus dalam perbuatan/melakukan sesuatu. Keduanya juga harus diulang dua kali, contoh:

قُلْتُ كَيْتَ وَ كَيْتَ
"Saya katakan begini dan begini"

فَعَلْتُ ذَيْتَ وَ ذَيْتَ
"Saya melakukan begini dan begini"


Demikianlah penjelasan tentang isim-isim kinayah dalam ilmu nahwu, semoga dapat menambah pengetahuan kita tentang ilmu nahwu. Selamat belajar dan terimakasih sudah berkunjung. :)



Referensi:


  • Kitab Jami'ud Durus Al-Arobiyyah


Pengertian Idhofah [الإضافة] dalam Ilmu Nahwu Beserta Contoh-contohnya

Pengertian Idhofah [الإضافة] dalam Ilmu Nahwu Beserta Contoh-contohnya

Pada peluang kali ini penulis bakal menjelaskan mengenai Pengertian Idhafah dalam ilmu nahwu. Agar lebih jelas tentang ilmu tersebut ayo kita pelajari di bawah ini.

Pengertian Idhafah

Idhofah ialah salah satu dari tiga isim [kata benda] yang di jer_kan. Sebagaimana di dalam buku Matan al-Ajurumiyyah dan ‘Imrithy yang diterjemahkan oleh K.H. Moch. Anwar, diterangkan sebagai berikut:

المخفوضات ثلاثة: مخفوضة بالحرف ومخفوض بالاضافة وتابع للمخفوض

Lafadz-lafadz yang di-jer-kan terdapat tiga macam, yaitu:
    Lafadz yang di-jer-kan oleh huruf jar, contoh: فِي الفَصْلِ
    Lafadz yang di-jer-kan dengan idhofah, contoh:  كِتَابُ زَيْدٍ
    Lafadz yang ngikut lafadz yang di-jer-kan (karena menjadi na’at, athaf, taukid, badal),
contoh:
  na'at: بسمِ اللهِ الرّحمنِ الرّحيمِ
  athaf:  نَظَرْتُ إلَى الجَبَلِ وَ البَحْرِ
  taukid: جَاءَ زَيْدٌ نَفْسُهُ
  Badal: مررتُ بالمُسْلِمِيْنَ أجمعيْن

Kata Nazhim:


            “yang mengejerkan isim tersebut ada tiga macam, yaitu: huruf, mudhaf, dan lafadz yang mengikuti.”


Al-Ustadz Aunur Rofiq Ibn Ghufran menjelaskan dalam bukunya “Ringkasan Kaidah-kaidah Bahasa Arab”, bahwa idhofah ialah susunan dua atau lebih isim yang menyebabkan isim kedua harus dibaca jar sebab disambung dengan isim sebelumnya. Isim yang terletak di awal kata dinamakan “المضاف“, di-i’rabi sesuai dengan letaknya dalam jumlah (kalimat), dapat rafa’, nashab, dan jer. di samping itu, sedangkan kata kedua dinamakan "مُضاف إليه" yang harus dibaca jar.

Adapun Akhmad Munawari dalam bukunya “Belajar Cepat Tata Bahasa Arab” pun menjelaskan, Idhofah ialah penyandaran sebuah kata kepada kata lainnya sehingga memunculkan pengertian yang lebih spesifik.

Dari definisi-definisi di atas kita dapat menyimpulkan bahwa idhofah ialah suatu susunan dua atau lebih isim yang kata keduanya (المضاف اليه) harus dibaca jar sebab disambung atau disandarkan dengan kalimat isim sebelumnya (المضاف) , sehingga memunculkan pengertian yang lebih spesifik. Jadi di dalam idhofah tersebut terdapat sebuah susunan yaitu rangkaian mudhaf (kalimat yang di sambung) dan mudhaf ‘ilaih (kalimat yang menyambung).
Contoh:

   Jalan yang lurus صِرَاطُ المُسْتَقِيْمِ


صِرَاطُ menjadi Mudhof [مُضَافٌ], dan المُسْتَقِيْمِ menjadi Mudhof Ilaih [مُضَافٌ إلَيْهِ]


Perhatikan mudhof di atas [صِرَاطُ], ia berharokat dhommah tanpa tanwin dan alif lam, karena ketika suatu isim [kata benda] menjadi mudhof maka tanwinnya harus dibuang dan tidak boleh menggunakan alif lam. Sedangkan mudhof ilaih nya adalah [المُسْتَقِيْمِ], kata tersebut berharokat kasroh, karena sudah menjadi aturan ilmu Nahwu dalam bab i'rob bahwa semua isim yang menjadi Mudhof ilaih maka ia harus dibaca jar [dan pada contoh di atas tanda jarnya adalah harokat kasroh].

Baca Juga: 
Pengertian I'rob (الإِعْرَابُ) dan pembagiannya
Tanda-tanda i'rob jar (عَلَامَاتُ الجَرِ) dalam Ilmu Nahwu


Syarat-syarat Mudhaf dan Mudhaf ‘ilaih

di dalam buku Matan al-Ajurumiyyah dan ‘Imrithy yang diterjemahkan oleh K.H. Moch. Anwar, diterangkan sebagai berikut:

“Syaratnya mudhaf merupakan hendaknya terbebas dari al ta’rif dan tanwin, dan kriterianya mudhaf ‘ilaih merupakan hendaknya memilih antara al ta’rif dan tanwin.”

Contoh:




قرأتُ كِتَابَ اللَّهِ

"Saya membaca Kitab Allah [Qur'an]"



كتابُ عَلِيٍّ فِي المَكْتَبَةِ

"Kitab (milik) Ali di perpustakaan"


Keterangan:
    Lafadz yang berwarna biru ialah مضاف
    Lafadz yang berwarna hijau ialah مضاف اليه

Perhatikan kedua contoh di atas, Mudhof yang berwarna biru, ia tidak memiliki alif lam dan tanpa tanwin, sedangkan untuk cara membacanya [kedudukan i'robnya] adalah tergantung kata sebelumnya atau tergantung kedudukan mudhof tersebut dalam kalimat. contoh pada kalimat pertama, kata كِتَابَ  , mudhof tersebut dibaca nashob dengan tandanya yaitu fathah, karena ia menjadi maf'ul bih, sedangkan pada contoh kedua kata كتابُ   , mudhof tersebut dibaca rofa' dengan tandanya dhommah ia dibaca rofa' karena ia menjadi mubtada'.

Adapun Mudhof ilaih yang berwarna hijau, ia harus dibaca jar [tanda jar nya bisa dengan harokat kasroh, huruf yaa, atau harokat fathah, baca selengkapnya di sini].


Macam-macam Mudhof ‘ilaih

Syaikh Syaraffuddin Yahya al-Imrithiy menyatakan dalam kitabnya “al-Imrithiy” yang diterjemahkan oleh ahmad sunarto, sebagai berikut:

Mudhaf ‘ilaih itu dipecah menjadi tiga, yaitu:

    Ada yang menakdirkan ma’nanya fii.
    Ada yang menakdirkan ma’nanya laam.
    Ada yang menakdirkan ma’nanya min.



Maksudnya yaitu, Makna dari Mudhof ilaih itu bisa ditakdirkan menjadi tiga bagian, yaitu:
  •   Mudhof ilaih tersebut bermakna fii/فِي [di/keterangan tempat atau waktu], contoh:

    مكرُ اللّيلِ (tipudaya malam)

    atau jika diartikan secara gamblang menjadi:

    مكرٌ في اللّيلِ (tipudaya di malam hari).

  • Mudhof ilaih tersebut bermakna laam [لِ/ kepunyaan/milik], contoh:

    عبدُ عَلِيٍّ  (hambanya Ali)

    atau jika diartikan secara gamblang menjadi:

    عبدٌ لِعَلِيٍّ (hamba kepunyaan [milik] Ali).

  • Mudhof ilaih tersebut bermakna min/مِنْ [dari], contoh:

    ثوبُ خزٍّ (baju sutra)

    atau jika diartikan secara gamblang menjadi:

     ثوبٌ من خزٍّ (baju dari sutra)

Demikianlah penjelasan singkat tentang Idhofah, semoga dapat menambah pengetahuan kita dalam memahami ilmu nahwu. Selamat belajar. :)