Terkadang sebagian huruf di dalam kata bahasa Arab ada yang dihapus atau juga sebagian huruf menempati posisi huruf-huruf lainnya atau berpindah posisi ke huruf-huruf lain.
Jika hal di atas terjadi pada huruf illat (huruf penyakit, yaitu ي، و dan ا), maka penghapusan, pemindahan posisi huruf atau pergantian huruf tersebut dinamakan juga dengan i’lal, dan apabila terjadi pada selain huruf illat maka dinamakan juga ibdal. Contohnya lafadz اِيْــفَادٌ , huruf ya’ pada lafadz tersebut menempati posisi wawu (karena bentuk awalnya atau bentuk fi’ilnya yaitu أَوْفَدَ, kemudian berubah menjadi اِيْــفَادٌ ), maka contoh kata tersebut adalah termasuk dalam pembahasan i'lal karena yang berubah dan atau diganti hurufnya adalah huruf illat.
Pemahaman bab i’lal dan ibdal dapat membantu kita dalam menggunakan kamus (biasanya kamus al-Munawwir yang mengharuskan pembacanya agar bisa mencari asal kata yang dicari) dengan cara mengetahui pokok-pokok kata.
1. I’lal
I’lal ialah menghapus, mengganti, ataupun merubah posisi huruf illah (huruf penyakit, yaitu ي، و dan ا) untuk menempati posisi huruf illat (yang diganti/dibuang/dirubah) atau huruf lain dalam satu kata.
Di bawah ini adalah sebagian kaidah yang terdapat pada bab i’lal:
- Huruf Alif (ا) Dirubah Menjadi huruf Wawu (و)
Contoh:
شَــاهَدَ > شُــوْهِدَ
حَــاكَمَ > حُــوْكِمَ
Alif dirubah menjadi huruf wawu karena huruf sebelumnya berharokat dhommah.
Wawu Diubah Menjadi Ya’
a. Jika huruf wawu و dan ya’ ي berkumpul di dalam satu kata dan salah satunya di antaranya diawali dengan harokat sukun, maka wawu dirubah menjadi huruf ya`.
Misal :
سَــيِّــدٌ
(Asal katanya adalah سَــيْــوِدٌ, karena terdapat huruf wawu dan ya yang bertemu atau berkumpul dalam satu kata, maka huruf wawu harus diganti menjadi huruf ya maka menjadi سَــيِّــدٌ)
هَــيِّــنٌت
(Asal katanya adalah هَــيْــوِنٌ, terdapat huruf wawu dan ya yang bertemu atau berkumpul dalam satu kata, maka huruf wawu harus diganti menjadi huruf ya maka menjadi هَــيِّــنٌ)
شَــيًّــا
(Asal katanya adalah شَــوْيًـــا, terdapat huruf wawu dan ya yang bertemu atau berkumpul dalam satu kata, maka huruf wawu harus diganti menjadi huruf ya maka menjadi شَــيًّــا)
b. dalam contoh isim maf’ul yang mana terbentuk dari fi’il tsulatsy yang mu’tal akhirnya dengan ya’
Baca Juga:
Pengertian Wazan dan Mauzun Beserta Pembgiannya
Contoh:
مَقْضِــيٌّ
(Asal katanya adalah مَقْضُـــوْيٌ wawu dan ya bertemu dalam satu kata, salah satunya berharokat sukun maka huruf wawu harus diganti menjadi ya maka menjadi مَقْضِــيٌّ )
c. Penggantian wawu menjadi ya juga terjadi jika wawu terletak setelah huruf yang berharokat kasroh maka wawu harus diganti meenjadi wawu, bab ini terdapat pada mashdar fi’il yang berwazan أَفْعَلَ, fa’ fi'ilnya berupa wawu (seperti أَوْضَحَ, أَوْرَدَ dst) atau fi’il yang berwazan اِسْتَفْعَلَ, fa’ fi'ilnya berupa wawu (seperti اِسْتَوْضَحَ, اِسْتَوْرَدَ dst)
Contoh:
أَوْضَحَ :mashdarnya adalah > إِيْــضَاحًا
Asal katanya adalah إِوْضَاحًا , wawu terletak setelah kasroh, maka harus diganti menjadi ya maka menjadi إِيْــضَاحًا
أَوْرَدَ :mashdarnya adalah > إِيْــرَادًا
Asal katanya adalah إوْرَادًا , wawu terletak setelah kasroh maka harus diganti menjadi ya, maka menjadi إِيْــرَادًا
اِسْتَوْضَحَ :mashdarnya adalah > اِسْتِــيْــضَاحًا
Asal katanya adalah اِسْتِـوْضَاحًا , wawu terletak setelah kasroh maka harus diganti menjadi ya, maka menjadi اِسْتِــيْــضَاحًا
d. Apabila wawu terletak di ujung setelah kasrah.
Contoh:
السَّامِــي
Asal katanya adalah السَّامِـو wawu terletak di akhir kata dan jatuh setelah kasroh, maka harus diganti menjadi ya, maka menjadi السَّامِــي
Asal katanya adalah الْعَادِو wawu terletak di akhir kata dan jatuh setelah kasroh, maka harus diganti menjadi ya, maka menjadi الْعَادِي
Huruf Wawu dan Ya’ yang Dirubah Menjadi Hamzah
Wawu dan ya harus dirubah menjadi hamzah jika keduanya jatuh setelah alif tambahan, syarat dari kaidah ini adalah jika hamzah dan ya terletak pada 'ain fi'il di isim fa'il dan terletak di akhir kata pada mashdar, berikut ini adalah penjelasannya:
a. Terdapat pada isim fa’il yang terbentuk dari fi’il tsulatsi yang a'in fi'ilnya berbentuk alif (asalnya adalah wawu atau ya’).
Contoh:
صَــامَ :isim fa'ilnya adalah > صَائِــمٌ
Asal katanya adalah صَاوِمٌ , wawu terletak setelah alif tambahan dan wawu menempati ain fi'ilnya isim fa'il, maka wawu harus diganti menjadi hamzah صَائِــمٌ
b. Apabila wawu atau ya’ berada di ujung pada mashdar dan terletak setelah alif tambahan.
Contoh:
ٌدُعَاء
Asal katanya adalah ٌدُعَاو wawu terletak setelah alif tambahan dan terletak di akhir kata pada mashdar, maka wawu harus diganti menjadi hamzah ٌدُعَاء
Jika isim maf’ul terbentuk dari fi’il tsulatsy yang mu’tal 'ain fi'ilnya (huruf tengahnya berupa huruf illah, seperti قَالَ, بَاعَ dan sebagainya), maka huruf wawu harus dihapus, berikut ini adalah penjelasannya:
Contoh:
مَــقُــوْلٌ
(Asaln katanya adalah مَقْــوُوْلٌ dengan wazan مَفْعُولٌ, karena kata tersebut terbentuk dari fi'il tsulasy yang huruf tengahnya berupa huruf illah yaitu wawu, maka wawu tambahan yang berharakat sukun harus dihapus dan menjadi مَقْــوُلٌ , lalu masih ada huruf wawu asli yang mempunyai harakat, maka harakatnya harus dipindah ke huruf sebelumnya untuk memudahkan dalam pengucapan maka menjadi مَــقُــوْلٌ )
مَبِــيـْـعٌ
(Asalnya مَبْــيُـوْعٌ dengan wazan مَفْعُولٌ, harakat pada huruf ya harus dipindah ke huruf sebelumnya karena huruf sebelumnya adalah huruf shahih tapi malah berharakat sukun maka menjadi مَبُــيْـوْعٌ , bertemulah dua huruf illah yang berharakat sukun yaitu huruf ya 'ain fi'il dan huruf wawu maf'ul 'ـيْـوْ' maka huruf wawu maf'ul harus dibuang karena bertemunya dua huruf yang berharokat sukun maka menjadi مَبُــيْـــعٌ , kemudian harokat dhommah pada huruf ba' harus diganti menjadi kasrah karena setelahnya adalah huruf ya maka menjadi مَبِــيـْـعٌ )
2. Ibdal
Adapun Ibdal yaitu menghapus atau membuang huruf dan meletakkan huruf lain pada huruf yang telah dibuang.
Sebenarnya ibdal dan i'lal sangatlah mirip pengertiannya yaitu sama sama melakukan perubahan, pembuangan, atau penggantian pada suatu huruf, hanya saja i’lal itu khusus terjadi hanya pada huruf illat, adapun ibdal bisa masuk pada huruf shahih (kata yang tidak mempunyai huruf illat) dan juga bisa masuk pada kata yang mempunyai huruf illat.
Huruf-Huruf Ibdal
Berikut ini adalah huruf-huruf ibdal, yaitu:
أَحْرُفُ الْإِبْدَالِ هَدَأْتُ مُوْطِيَا
- Ha’ (هــ)
- Dal (د)
- Hamzah (أ)
- Ta’ (ت)
- Mim (م)
- Wawu (و)
- Tha’ (ت)
- Ya’ (ي)
- Alif (ا)
Merubah Huruf pada Fa’ fi'il yang Barupa Wawu atau Ya Menjadi Huruf Ta’ (ت)
Jika terdapat fi’il tsulatsy yang fa’ fi'ilnya berupa wawu (contoh وَصَفَ) atau huruf ya (contoh يَسَرَ), dan dirubah ke wazan (اِفْتَعَلَ), maka wawu atau ya nya harus dirubah menjadi huruf ta’(ت).
Misal:
وَصَفَ :mengikuti wazan (اِفْتَعَلَ) maka menjadi > اِتَّــصَفَ
اِتَّــصَفَ
Asal katanya adalah إوْتَصَفَ , lalu huruf wawu diganti menjadi ta' (ت) maka menjadi إتْــتَـصَفَ , lalu ta' yang pertama dan kedua digabungkan atau diidghomkan dengan tasydid maka menjadi اِتَّــصَفَ
وَسَمَ :mengikuti wazan (اِفْتَعَلَ) maka menjadi > اِتَّــسَمَ
Asal katanya adalah إوْتَسَمَ , lalu huruf wawu diganti menjadi ta' (ت) maka menjadi إتـْتَسَمَ , lalu ta' yang pertama dan kedua digabungkan atau diidghomkan dengan tasydid maka menjadi اِتَّــسَمَ
Perkara di atas juga terjadi pada fi’il mudhore dan mashdar.
Contoh:
يَـتَّــصِفُ : اِتِّــصَافًا
يَــتَّــسِمُ : اِتِّــسَامًا
Merubah Huruf Ta’ (ت) Menjadi Huruf Dal (د)
Jika terdapat fi’il tsulatsy yang fa’ fi'ilnya adalah huruf dal (contoh دَخَرَ) dan dijadikan wazan (اِفْتَعَلَ), maka huruf ta tambahan pada wazan اِفْتَعَلَ diubah menjadi dal, setelah itu dal huruf fa' fi'il asli dan dal yang kedua tadi diidghomkan.
Misal:
دَخَرَ : اِدَّخَرَ
Asal katanya adalah اِدْتَــخَرَ , lalu karena fa' fi'ilnya adalah berupa huruf dal, maka ta pada kata tersebut harus diganti menjadi dal, maka menjadi اِدْدَخَرَ , setelah itu kedua dal yang berkumpul tersebut diidghomkan atau digabungkan dengan tasydid maka menjadi اِدَّخَرَ
دَعَى : اِدَّعَى
Asal katanya adalah اِدْتَـــعَى , lalu karena fa' fi'ilnya adalah berupa huruf dal, maka ta pada kata tersebut harus diganti menjadi dal, maka menjadi اِدْدَعَى , setelah itu kedua dal yang berkumpul tersebut diidghomkan atau digabungkan dengan tasydid maka menjadi اِدَّعَى
Perkara di atas juga terjadi pada fi’il Mudhore’ dan mashdar.
Contoh:
يَــدَّخِرُ : اِدِّخَارًا
يَــدَّعِي : اِدِّعَاءً
Merubah Huruf Ta’ (ت) Menjadi Huruf Tho’ (ط)
Jika terdapat fi’il tsulatsi yang fa’ fi'ilnya adalah berupa huruf shod (ص) dhad (ض) , tha’ (ط) atau zha’ (ظ) dan dijadikan wazan (اِفْتَعَلَ), maka fa’ fi'il tersebut harus diubah menjadi tha’ (ط).
Misal:
صَادَ : اِصْــطَــادَ
Asal katanya adalah اِصْــتَــادَ , karena fa' fi'ilnya adalah berupa huruf shod (ص), maka ta 'ـتَـ' pada kata tersebut harus diganti menjadi tho' (ط) , maka menjadi اِصْــطَــادَ
ضَرَبَ : اِضْــطَــرَبَ
Asal katanya adalah اِضْــتَــرَبَ, karena fa' fi'ilnya adalah berupa huruf dhad (ض), maka ta 'ـتَـ' pada kata tersebut harus diganti menjadi tho' (ط) , maka menjadi اِضْــطَــرَبَ
Asal katanya adalah اِطْــتَــلَعَ, karena fa' fi'ilnya adalah berupa huruf tha’ (ط), maka ta 'ـتَـ' pada kata tersebut harus diganti menjadi tho' (ط) , maka menjadi اِطْطَـلَعَ setelah itu kedua tho' tersebut diidhgomkan atau digabungkan maka menjadi اِطَّــلَعَ
طَرَدَ : اِطَّــرَدَ
Asal katanya adalah اِطْــتَـرَدَ, karena fa' fi'ilnya adalah berupa huruf tha’ (ط), maka ta 'ـتَـ' pada kata tersebut harus diganti menjadi tho' (ط) , maka menjadi اِطْطَرَدَ setelah itu kedua tho' tersebut diidhgomkan atau digabungkan maka menjadi اِطَّــرَدَ
Hal ini juga terjadi pada fi’il mudhari’ dan mashdar.
Contoh:
يَصْــطَــادُ : اِصْــطِــيَادًا
يَضْــطَــرِبُ : اِضْــطِــرَابًا
يَــطَّــلِعُ : اِطِّــلَاعًا
يَــطَّــرِدُ : اِطِّــرَادًا
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dikitab berikut ini:
DOWNLOAD
_______________
Referensi:
- Syarah Alfiyah Ibnu Aqil
- Qowaidul I'lal fis Sharf