Contact Us - Privacy Policy - Disclaimer - Terms of Service - About

Pengertian Wazan dan Mauzun Beserta Pembagiannya (Tsulasi Mujarod, Tsulasi Mazid Ruba'i, Tsulasi Mazid Khumasi, Tsulasi Mazid Sudusi, Ruba'i Mujarod, Ruba'i Mazid Khumasi, dan Ruba'i Mazid Sudusi)

Pengertian Wazan dan Mauzun Beserta Pembagiannya (Tsulasi Mujarod, Tsulasi Mazid Ruba'i, Tsulasi Mazid Khumasi, Tsulasi Mazid Sudusi, Ruba'i Mujarod, Ruba'i Mazid Khumasi, dan Ruba'i Mazid Sudusi)



Dalam pelajaran sharaf, istilah wazan dan mauzun adalah hal mendasar bahkan fundamental dalam mempelajari susunan kata dalam sharaf. keduanya menjadi sangat penting untuk dipahami bagi pemula. Pasalnya dengan memahami kedua pembahasan ini maka teman teman akan sangat mudah dalam menghafalkan perubahan bentuk kata, maupun mudah dalam memahami setiap perubahan kata dalam sharaf. berikut ini penjelasannya:

Pengertian Fi'il Ma'lum dan Fi'il Majhul (Pembagian Fi'il dilihat dari Fa'ilnya)

Setelah postingan sebelumnya saya membahas pembagian fi'il dilihat dari maf'ulnya (objeknya), yaitu fi'il lazim dan fi'il muta'addi, maka sekarang kita akan belajar tentang pembagian fi'il dilihat dari fa'ilnya (subjeknya), yaitu dibagi menjadi dua; Fi'il Ma'lum dan Fi'il Majhul. Dalam Bahasa Indonesia kita biasa mengenalnya dengan Kata Kerja Aktif (Fi'il Ma'lum) dan Kata Kerja Pasif (Fi'il Majhul), contohnya:

Setelah postingan sebelumnya saya membahas pembagian fi'il dilihat dari maf'ulnya (objeknya), yaitu fi'il lazim dan fi'il muta'addi, maka sekarang kita akan belajar tentang pembagian fi'il dilihat dari fa'ilnya (subjeknya), yaitu dibagi menjadi dua; Fi'il Ma'lum dan Fi'il Majhul. Dalam Bahasa Indonesia kita biasa mengenalnya dengan Kata Kerja Aktif (Fi'il Ma'lum) dan Kata Kerja Pasif (Fi'il Majhul), contohnya:

Pengertian Fi'il Lazim dan Fi'il Muta'addi besarta Ciri-Cirinya

Setelah kita belajar fi'il tam dan fi'il naqish (di postingan sebelumnya klik di sini), kali ini kita akan belajar pengelompokan fi'il yang tak kalah menarik, yaitu pengelompokan fi'il yang dilihat dari objek penderitanya, yaitu fi'il lazim dan fi'il muta'addi, tak jauh beda dengan bahasa indonesia dan bahasa inggris, yang mana biasa dikenal dengan istilah kata kerja intransitif dan kata kerja transitif.


Pengertian Fi'il Lazim

Fi'il lazim adalah kata kerja yang tidak membutuhkan objek untuk menjadi kalimat sempurna. dalam bahasa indonesia biasa kita kenal dengan kata kerja intransitif, contoh:

Sangat jelas tentunya contoh fi'il lazim di atas, ia sama sekali tidak membutuhkan objek (maf'ul bih) untuk menjadi kalimat sempurna dan memahamkan. 
fi'il lazim hanya membutuhkan fa'il (pelaku) tapi tidak membutuhkan maf'ul bih (objek).

Berikut ini adalah ciri-ciri atau fi'il yang sudah dipastikan termasuk fi'il lazim atau kata kerja yang tidak membutuhkan objek:

1. Fi'il yang menunjukan arti sifat:
  • شَجُعَ: "Berani"
  • جَبُنَ: "Takut"
  • حَسُنَ: "Baik"
  • قَبَحَ: "Jelek"
2. Fi'il yang menunjukan arti ukuran:
  • طَالَ: "Panjang"
  • قَصَرَ: "Pendek"
3. Fi'il yang menunjukan arti kebersihan:
  • طَهُرَ: "Suci"
  • نَظُفَ: "Bersih"
4. Fi'il yang menunjukan arti kotor:
  • وَسِخَ: "Kotor"
  • دَنِسَ: "Kotor"
  • قَذِرَ: "Tercemar"
5. Fi'il yang menunjukan arti keadaan yang tidak lazim dan bukan termasuk gerakan:
  • مَرِضَ: "Sakit"
  • كَسِلَ: "Malas"
  • نَشِطَ: "Rajin"
  • فَرِحَ: "Gembira"
  • حَزِنَ: "Sedih"
  • شَبِعَ: "Kenyang"
  • عَطِشَ: "Lapar"
6. Fi'il yang menunjukan arti warna:
  • إِحْمَرَّ: "Memerah"
  • إِسْوَدَّ: "Menghitam"
  • إِخْضَرَّ: "Menghijau"
  • إِبْيَضَّ: "Memutih"
  • إِصْفَرَّ: "Menguning"
  • إِزْرَقَّ: "Membiru"
7. Fi'il yang mengikuti wazan (فَعُلَ):
  • حَسُنَ: "Baik"
  • شَجُعَ: "Berani"
  • شَرُفَ: "Mulia"
  • كَرُمَ: "Mulia"
  • جَمُلَ: "Indah/baik"
8. Fi'il yang mengikuti wazan (إنْفَعَلَ):
  • إنْكَسَرَ:  "Pecah"
  • إنْحَطَمَ: "Hancur"
  • إنْطَلَقَ: "Pergi"
9. Fi'il yang mengikuti wazan (إفْعَلَّ):
  • إِحْمَرَّ: "Memerah"
  • إِسْوَدَّ: "Menghitam"
  • إِخْضَرَّ: "Menghijau"
  • إِبْيَضَّ: "Memutih"

Pengertian Fi'il Muta'addi

Fi'il muta'addi adalah kata kerja yang membutuhkan objek untuk menjadi kalimat sempurna, dalam Bahasa Indonesia biasa kita kenal dengan kata kerja transitif, contoh:


Berbeda dengan fi'il lazim, fi'il muta'addi ini sangat membutuhkan maf'ul bih atau objek agar kalimat menjadi sempurna dan dapat dipahami, terlihat dari contoh di atas, jika kalimat di atas hanya tersusun dari kata kerja dan subjek saja contoh: "فَتَحَ الرَجُلُ" "Lelaki itu membuka", maka akan ada pertanyaan,  apa yang dibuka? karena kalimat itu masih belum sempurna dikarenakan kata kerja "membuka" termasuk kata kerja transitif atau fi'il muta'addi yang sangat membutuhkan objek, maka yang benar adalah "فَتَحَ الرَجُلُ البَابَ" "Lelaki itu membuka pintu". 

Adapun ciri-ciri dari fi'il muta'addi adalah DAPAT disambung dengan HA dhomir (ـه) yang merujuk kepada maf'ul bih, contoh:

Dari contoh di atas tentunya sudah cukup rinci dan dapat diketahui bahwa HA dhomir pada contoh di atas adalah menjadi ciri bahwa fi'il "أكْرَمَ" merupakan fi'il muta'addi karena ia membutuhkan objek.

Adapun HA dhomir yang merujuk kepada MASDAR dan DHOROF, maka Ha dhomir yang merujuk pada MASDAR dan DHOROF BUKAN termasuk Tanda dari Fi'il Muta'addi, contoh:

HA dhomir yang merujuk kepada MASDAR:

الضَرْبُ ضَرَبْتُــهُ  "Pukulan yang saya Pukul"

HA dhomir yang merujuk kepada DHOROF:

يَوْمُ الجُمْعَةِ زُرْتُــهُ    "Hari Jumat yang sudah kulalui"


Pembagian Fi'il Muta'addi

Ada dua macam pembagian fi'il muta'addi, yaitu:

  • Muta'addi dengan sendirinya (مُتَعَدِّي بِنَفْسِهِ)
Fi'il muta'addi yang bertemu dengan maf'ul bih (objek) secara langsung (atau tanpa perantara huruf jar), contoh:

إِشْتَرَى أَحْمَدُ القَلَمَ      "Ahmad Membeli Pena"

Contoh di atas termasuk fi'il muta'addi yang biasa kita lihat dan termasuk muta'addi dengan sendirinya (مُتَعَدِّي بِنَفْسِهِ). dan Maf'ul (objek) nya dinamakan "Shorih" atau "Jelas"

  • Muta'addi dengan perantara huruf jar (مُتَعَدِّي بِغَيْرِهِ)
Fi'il muta'addi yang sampai kepada maf'ul bih (objek) dengan perantara huruf jar, contoh:

ذَهَبْتُ بِــكَ  >>>   أَذْهَبْتُكَ

"Saya pergi denganmu >>> Saya memberangkatkanmu"

 Huruf jar bi "بِـ" yang bertanda merah di atas adalah sebagai perantara bagi fi'il untuk menjadikannya fi'il muta'addi. dan Maf'ul (objek) nya dinamakan "Ghoiru Shorih" atau "Tidak Jelas".

Terkadang Fi'il muta'addi membutuhkan dua maf'ul bih (objek) yang berbeda, objek pertama "Shorih", dan objek kedua "Ghoiru Shorih" atau dengan perantara huruf jar. Contoh:

أَدُّوْا الأمَانَاتِ إِلَى أهْلِهَا

"Sampaikanlah amanah-amanah kepada ahlinya (kepada orang yang dituju)"

الأمَانَاتِ merupakan maf'ul bih (objek) pertama, "Shorih" atau "Jelas", sedangkan أَهْلِهَا  merupakan maf'ul bih (objek) kedua yang "Ghoiru Shorih" karena dengan perantara huruf jar "إِلَى"

(Baca juga tentang Huruf Jar di sini: Pengertian Huruf dalam ilmu nahwu dan pembagiannya)



Fi'il Muta'addi yang membutuhkan objek lebih dari satu

Fi'il muta'addi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: Fi'il muta'addi yang membutuhkan satu objek, Fi'il muta'addi yang membutuhkan dua objek, dan fi'il muta'addi yang membutuhkan tiga objek. Adapun fi'il muta'addi yang membutuhkan satu objek sangatlah banyak, diantaranya:
كَتَبَ   Menulis
أخَذَ    Mengambil
أكْرَمَ  Memuliakan
ضَرَبَ  Memukul

Nah, di bawah ini adalah fi'il muta'addi yang membutuhkan objek lebih dari satu:

1. Fi'il muta'addi yang membutuhkan dua objek.

Fi'il yang membutuhkan dua objek ini juga dibagi lagi menjadi dua baigan, yaitu: 

a. Fi'il yang menashobkan kedua objek (maf'ul bih) yang mana kedua objek tersebut bukanlah mubtada' dan khobar, contoh:


Fi’il
Contoh Kalimat
Arti
أعْطَى
أعْطَيْتُــكَ كِتَاباً
"Saya memberikanmu buku"
سَأَلَ
سَأَلْتُــهُ فُلُوْساً
"Saya memintainya uang"
أَلْبَسَ
أَلْبَسْتُ الطَالِبَ وِساَعاً
"Saya memakaikan siswa mendali"
عَلَّم
عَلَّمَ الأسْتَاذُالطُّلاَبَ الأدَبَ
"Guru mengajarkan para siswa adab"

Daftar contoh di atas, merupakan contoh fi'il yang membutuhkan dua objek dan kedua objek tersebut sebelumnya bukanlah mubtada' dan khobar. coba kita ambil contoh di atas:

"سَأَلْتُــهُ فُلُوْساً"  
Jika kita ambil kedua objek di atas ـهُ dan فُلُوْساً,  menjadi "هُوَ فُلُوْسٌ" artinya adalah "Dia uang", walaupun keduanya mengikuti susunan mubdata' dan khobar, tapi secara istilah, susunan itu tidak masuk kriteria mubtada' dan khobar karena kalimatnya tidak masuk akal. 

b. Fi'il yang menashobkan kedua objek (maf'ul bih) yang mana kedua objek tersebut asalnya adalah mubtada' dan khobar, fi'il ini juga dibagi menjadi dua lagi yaitu : Af'alul qulub dan Af'alut tahwil (أفْعَالُ القُلُوْبِ وَ أفْعَالُ التَحْوِيْلِ).

1) Af'alul Qulub (أفْعَالُ القُلُوْبِ): dinamakan Af'alul qulub karena ia menggunakan kata-kata kerja yang mengandung rasa,  Af'alul Qulub juga dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
  • Af'alul Yaqiin (أفْعَالُ اليَقِيْنِ): Fi'il-fi'il yang menunjukan arti yakin, contohnya yaitu:

    Fi’il
    Contoh Kalimat
    Arti Kalimat
    رَأَى
    (yang berarti “mengerti dan yakin” biasanya diartikan “berpendapat”), adapun “رَأَى” yang berarti “melihat” ia hanya membutuhkan satu objek, contoh:
    ضَرَبَهُ فَرآهُ” "Ia dipukul, maka ia melihatnya
    (إنَّهُمْ يَرَوْنَــهُ بَعِيْداً وَنَرَاهُ قَرِيْباً)
    objek dari fi’il pertama: ـهُ dan بَعِيْداً
    Objek dari fi’il kedua: ـهُ dan قَرِيْباً

    Sesungguhnya mereka meyakini bahwa adzab itu jauh (artinya tidak akan terjadi), tapi kami yakin itu nyata (dekat)”.
    عَلِمَ
    (yang berarti “yakin”), adapun “عَلِمَ" yang berarti “mengetahui”, ia hanya membutuhkan satu objek, contoh:
    عَلِمْتُ الأمْرَ” "Saya mengetahui sesuatu
    (فَإنْ عَلِمْتُمُوْهُـنَّ مُؤْمِنَاتٍ فَلاَ تَرْجِعُوْهُنَّ إلَى الكُفَّار )
    Objeknya: هُنَّ dan مُؤْمِنَاتٍ
    Jika Kalian yakin Perempuan-perempuan itu orang yang beriman, maka jangan kembalikan mereka kepada orang-orang kafir”
    وَجَدَ
    (yang berarti “mengetahui dan menyakini), adapun jika “وَجَدَ” yang berarti “menemukan”, maka hanya membutuhkan satu objek, contoh:
    وَجَدْتُ قَلَماً"Saya menemukan pena
    وَجَدْتُ الصِدْقَ زِيْنةَ العُقَلاَءِ
    Objeknya: الصِدْقَdan زِيْنةَ العُقَلاَءِ
    Saya meyakini Kejujuran adalah perhiasan orang-orang yang berakal

    karena af'alul yaqin masuk pada bagian fi'il yang menashobkan kedua objek (maf'ul bih) yang mana kedua objek tersebut asalnya adalah mubtada' khobar, maka mari kita cek contoh di atas apakah benar objek-objeknya tersusun dari mubtada' dan khobar.

    وَجَدْتُ الصِدْقَ زِيْنةَ العُقَلاَءِ   Saya meyakini Kejujuran adalah perhiasan orang-orang yang berakal
    jika kedua objek di atas langsung kita pisahkan, ternyata BENAR keduanya menjadi mubtada' dan khobar:

    الصِدْقُ زِيْنةُ العُقَلاَءِ
         "Kejujuran adalah perhiasan orang-orang yang berakal"

    Nah karena kalimat di atas sudah terpisah dan menjadi mubtada' dan khobar maka keduanya juga mempunyai kedudukan i'rob yang berbeda yaitu rofa'.

    Adapun bagi teman-teman yang bertanya bagaimana kita tahu ketiga contoh fi'il di atas artinya adalah "yakin"? sedangkan sebenarnya ketiganya mempunyai arti yang berbeda. Jawabannya adalah "tergantung konteks kalimat", tergantung bagaimana mutakallim (orang berbicara) menuturkan fi'il-fi'il di atas, jika yang dimaksud adalah fi'il dengan arti "yakin" maka ia mempunyai dua objek, tapi jika yang maksudkan adalah arti sesungguhnya, maka ia mempunyai satu objek saja.  Misal saja dalam penggunaan fi'il "وَجَدَ" yang arti asalnya adalah "menemukan":
    contoh kasus saya mengatakan: "وَجَدْتُ فُلُوْساً فِي الطَارِقِ"
    Nah, maka sudah jelas kan, kalimat di atas cuma butuh satu objek, maka arti  Bahasa Indonesianya adalah "Aku menemukan uang di jalan"  
(Baca juga tentang Mubtada' dan khobar di sini: Pengertian Mubtada dan khobar)
  •  Af'alud Dhzon (أفْعَالُ الظَّنِّ): fi'il-fi'il yang menunjukan arti perasangka, contohnya yaitu:

    Fi’il
    Contoh Kalimat
    Arti
    ظَنَّ
    menunjukan arti “menyangka/mengira”
    ظَنَنْتُــكَ عَلِيّاً


    Objeknya adalah Dhomir ـكَ dan عَلِيّاً


    Saya kira kamu Ali
    حَسِبَ
    menunjukan arti “menyangka/mengira”


    يَحْسَبُــهُمُ الجَاهِلُ أغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ


    Objeknya adalah Dhomir هُمْ dan أغْنِيَاءَ
    Orang – orang yang bodoh menyangka mereka adalah orang kaya, karena mereka memelihara diri dari meminta- minta”
    جَعَلَ
    yang menunjukan arti “mengira”.
    Adapun “جَعَلَ” yang berarti “menjadikan”, maka hanya mempunyai satu objek, contoh:
    وَجَعَلَ الظُلُمَاتِ وَالنُوْرَ”
    “Allah lah yang menjadikan kegelapan dan cahaya”
    وَجَعَلُوا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَٰنِ إِنَاثًا

    Objeknya adalah الْمَلَائِكَةَ dan إِنَاثًا
    Sedangkan “ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَٰنِ” adalah susunan isim mausul “الَّذِينَ” dan shilah nya “هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَٰنِ” yang menerangkan sifat
    المَلاَئِكَة”.

    Dan mereka mengira malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan.
    زَعَمَ
    yang menunjukan arti
    ظَنٌّ رَاجِحٌ/benar-benar berperasangka”, karena dalam budaya Arab, ada juga namanya “الظَنَُّ الفَاسِدُ/perasangka yang rusak” maksudnya adalah suatu perkataan yang mengandung kebohongan, dan termasuk budaya orang Arab, jika ada orang yang biasa berbohong lalu ia berkata sesuatu, maka orang-orang akan mengatakan “زَعَمَ فُلاَنٌ” "si fulan telah berperasangka (berbohong)”
    زَعَمَتْــنِي شَيْخاً

    Objeknya adalah dhomir نِى dan شَيْخاً
    fi’il yang ada pada kalimat di atas mempunyai arti
    ظَنٌّ رَاجِحٌ/benar-benar berperasangka”
    Dia (perempuan) mengira saya seorang syeikh

    Sama halnya dengan af'alul yaqin, Af'alud Dhzon juga masuk pada bagian fi'il yang menashobkan kedua objek (maf'ul bih) yang mana kedua objek tersebut asalnya adalah mubtada' khobar, maka mari kita cek contoh di atas apakah benar objek-objeknya tersusun dari mubtada' dan khobar.

    يَحْسَبُــهُمُ الجَاهِلُ أغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِOrang – orang yang bodoh menyangka mereka adalah orang kaya, karena mereka memelihara diri dari meminta- minta” 
    jika kedua objek di atas langsung kita pisahkan, ternyata BENAR keduanya menjadi mubtada' dan khobar:

    هُمْ
      أغْنِيَاءٌ     " mereka adalah orang kaya"

    Nah karena kalimat di atas sudah terpisah dan menjadi mubtada' dan khobar maka keduanya juga mempunyai kedudukan i'rob yang berbeda yaitu rofa'.
2) Af'alut Tahwil (أفْعَالُ التَحْوِيْلِ): Fi'il yang menunjukan arti "berubah dari sesuatu menjadi sesuatu", Contoh:


Fi’il
Contoh Kalimat
Arti
صَيَّر
صَيَّرْتُ العَدُوَّ صَدِيْقاً
“Saya menjadikan musuh menjadi teman
رَدَّ
وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَــكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّاراً حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم
"Kebanyakan dari orang-orang keturunan Kitab ingin, kiranya mereka. dapat mengembalikan kamu menjadi kafir sesudah beriman”
تَخِذَ
تَخِذْتُــكَ صَدِيْقاً
“Saya menjadimu teman
اتَّخَذَ
واتَّخَذَ اللهُ ابْرَاهِيْمَ خَلِيْلاً
“Allah menjadikan Nabi Ibrohim kesayanganNya

2. Fi'il muta'addi yang membutuhkan tiga objek.

Dalam hal ini fi'il-fi'il yang membutuhkan tiga objek ada jumlahnya ada 7, yaitu:
أَعْلَمَ  – أَرَى – أَنْبَأَ – خَبَّرَ – أَخْبَرَ – حَدَّثَ
Contoh:

Fi’il
Contoh Kalimat
Arti
أَرَى
أَرَيْتُ سَعِيْداً الأمْرَ وَاضِحاً
Saya memperlihatkan Said bahwa perkara itu jelas
أعْلَمَ
أعْلَمْتُــهُ إيَّاهُ صَحِيْحاً
Saya memberitahukannya bahwa hanya dia yang benar
أنْبَأَ
أنْبَأْتُ خَلِيْلاً الخَبَرَ وَاقِعاً
Saya mengabarkan Kholil bahwa kabar tersebut nyata (fakta)
نَبَّأَ
نَبَّأتُــهُ إيَّاهُ صَحِيْحاً
Saya memberitahukannya bahwa hanya dia yang benar
أخْبَرَ
أخْبَرْتُ عَلِيًّا زَيْداً مُسَافِراً
Saya mengabarkan Ali bahwa Zaid sedang pergi (musafir)
خَبَّرَ
خَبَّرْتُــهُ قَوْلَهُ حَقًَا
Saya memberitahukannya bahwa perkataannya benar
حَدَّثَ
حَدَّثْتُــهُ الحِكَايَةَ وَاقِعاً
Saya menceritakan kepadanya bahwa cerita tersebut nyata


Demikianlah pembahasan tentang fi'il lazim dan fi'il muta'addi secara rinci semoga dapat membantu teman-teman dalam memahami bab ini. Selamat belajar! :D

Oya untuk mengulas kembali pembahasan fi'il lazim dan fi'il muta'addi, berikut ini saya buatkan bagan pembagiannya, semoga membantu, teman-teman!




Referensi:


  • Kitab "Jami'ud Durus Al-Arobiyyah"














Pengertian Fi'il Tam dan Fi'il Naqish

Fi'il atau kata kerja dalam Bahasa Arab mempunyai spesifikasi yang berbeda dari Bahasa pada umumnya mengenai susunan kalimat, jika dalam Bahasa Indonesia ada bab "Kalimat Sempurna" dan "Kalimat Tidak Sempurna" yang mana pembahasannya lebih umum

Pengertian Mubtada dan khobar (المبتدأ و الخبر) dalam Ilmu Nahwu


Pengertian Mubtada dan khobar


Sebelum membaca postingan tentang Mubtada dan Khobar ini, ada baiknya teman-teman buka postingan saya tentang jumlah ismiyah dan jumlah fi'liyah.  Karena ada kaitan yang sangat fundamental yaitu kalimat (الجملة) dalam bahasa Arab terdiri dari dua macam, yaitu Jumlah ismiyah (الجملة الاسمية) adalah kalimat yang didahului oleh isim (kata benda) dan setiap isim yang berada di awal kalimat tersebut dinamakan mubtada dan bagian yang melengkapinya dinamakan Khabar yang mana hukumnya dalam I’rab harus mengikuti kepada mubtada. Dan Jumlah Fi’liyah (الجملة الفعلية) yaitu kalimat yang didahului oleh fi’il (kata kerja).

Pengertian dan Tanda-tanda Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’, Fi’il Amar.


Dalam bahasa Arab, Fi'il adalah kata kerja yang dibagi menjadi tiga, yaitu: fi'il madhi, fi'il mudhari', dan fi'il amar.  ketiga pembagian tersebut mempunyai perbedaan pada waktu dimana kegiatan itu dilakukan. Berikut penjelasannya:


Dalam bahasa Arab, Fi'il adalah kata kerja yang dibagi menjadi tiga, yaitu: fi'il madhi, fi'il mudhari', dan fi'il amar.  ketiga pembagian tersebut mempunyai perbedaan pada waktu dimana kegiatan itu dilakukan. Berikut penjelasannya: