Contact Us - Privacy Policy - Disclaimer - Terms of Service - About
loading...
Showing posts with label Sharaf. Show all posts
Showing posts with label Sharaf. Show all posts

Aturan Penulisan Hamzah (ء) di awal kata dalam Bahasa Arab

 

Aturan Penulisan Hamzah (ء) di awal kata

 Contoh kalimat:

(11) أَحْمَدُ قَائِمٌ

Ahmad berdiri

(22) هِنْدٌ اِمْرَأةُ زَيْدٍ

Hindun adalah istri Zaid

(33) جَاءَ الـأُسْتَاذُ

Guru itu telah datang

Pengertian Masdar (المصدر) dan Contoh-contohnya dalam Al-Quran

Pengertian Masdar dan Contoh-contohnya dalam Al-Quran


Bahasa Arab merupakan bahasa yang mempunyai kaitan erat dengan agama Islam. Al- Quran yang ditulis dalam bahasa Arab menjadikan bahasa ini berarti untuk umat Islam buat menguasai isi kitab suci tersebut. Al- Quran memiliki pesan- pesan Allah yang diperuntukan kepada umat manusia, sehingga menekuni bahasa Arab jadi kewajiban untuk umat Islam.

Pengertian dan Macam-macam Tanwin dalam Bahasa Arab

Pengertian Tanwin dan Pembagiannya dalam Bahasa Arab 

A. Pengertian Tanwin (التنوين)

Tanwin adalah nun mati (نون ساكنة) yang terucap di akhir kalimat isim tapi nun mati tersebut tidak tertulis, tanwin sendiri di bagi menjadi tiga bagian.

contoh:

زَيْــدٌ  "Zaidun "

 ini adalah bentuk tanwin, tertulis seperti ini   ٌ , dengan tanpa nun mati tapi dibaca nun mati.

Asalnya adalah زَيْدُنْ 


B. Macam-macam Tanwin

a. Tanwin Tamkin (تنوين التمكين)

Tanwin tamkin adalah tanwin yang bertemu dengan isim-isim yang mu'rob (berubah-ubah harakat akhir katanya) dan munsharif (kalimat isim yang dapat menerima tanwin), contoh:

رَجُـلٌ

ٍرَجُـل

كِتَابٌ

كِتَابٍ

oleh karena itu, tanwin tamkin juga disebut sebagai tanwin sharaf, karena tanwin ini selalu berada pada isim yang munsharif (isim yang dapat menerima tanwin) dan mu'robah (yang berubah harokat akhirnya).

Baca selengkapnya Pengertian isim mu'rob.


b. Tanwin Tankir (تنوين التنكير)

Tanwin tankir adalah tanwin yang berada pada beberapa isim mabni, contoh seperti isim fi'il dan isim alam (nama) yang diakhiri dengan kata 'وَيْه' yang berbeda antara ma'rifat dan nakiroh, jika kata 'وَيْه' dibaca tanwin maka termasuk nakiroh atau kata umum, contoh:

سِيْبَوَيْــهٍ  (sibawaihin) >>> berarti nakiroh atau umum, nama seseorang yang bernama sibawaih yang bukan imam sibawaih penemu ilmu Nahwu.

tapi jika dibaca dengan tanpa tanwin, maka yang dimaksud adalah isim ma'rifat atau kata khusus yang berarti imam sibawaih,

 سِيْبَوَيْــهْ  (sibawaih) >>> imam sibawaih penemu ilmu nahwu

  contoh dalam suatau kalimat:

مَرَرْتُ بِسِبَوَيْـــهِ وَسِبَوَيْــهٍ آخَرَ 

"Saya bertemu dengan Imam Sibawaih dan seseorang yang bernama sibawaih lainnya" 

Baca Juga: Pengertian Nakirah dan Marifah dalam Ilmu Nahwu

Adapun dalam isim fi'il,

 seperti halnya kata 'صَــهْ' tanpa tanwin, dan 'صَــهٍ' dengan tanwin, perbedaannya hanya pada tanwin dan tidak ditanwin, tapi secara makna maka mempunyai perbedaan yang cukup jauh berbeda.

kata 'صَــهْ' tanpa tanwin >>> berarti menyuruh kepada lawan bicara untuk diam dari perkataan yang ia ucapkan pada saat itu saja.

sedangkan,  'صَــهٍ' dengan tanwin >>> berarti menyuruh kepada lawan bicara untuk diam dari perkataan apapun.


c. Tanwin 'Iwadh (تنوين العوض)

Tanwin 'iwadh adalah tanwin yang menjadi pengganti, adakalanya menjadi pengganti dari kata tunggal (مُفْرَدٌ), pengganti kalimat (جُمْلَةٌ), ada pula menjadi pengganti huruf (حَرْفٌ).

> Adapun tanwin yang menjadi pengganti dari kata tunggal (مُفْرَدٌ), yaitu tanwin yang berada pada kata :

كُلٌ

بَعْضٌ

أَيٌّ

yaitu tanwin sebagai ganti dari kata yang diidhofahkan kepadanya. contoh:

كُـلٌ يَمُوْتُ  "Semua akan mati"

yang mana tanwin pada kata كُـلٌ itu diidhofahkan kepada kata yang disembunyikan yaitu اِنْسَانٍ 'manusia'.

maka sebenarnya kalimat di atas lengkapnya adalah :

كُلُ إِنْسَانٍ يَمُوْتُ "Setiap manusia akan mati"

> Adapun tanwin yang menjadi pengganti dari kalimat (جُمْلَةٌ), yaitu yang masuk pada kata إِذْ sebagai ganti dari kalimat yang jatuh sesudahnya. contoh:

فَلَوْلَا إذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمُ، وَأنْتُمْ حِيْنَــئِذٍ تَنْظُرُوْنَ   

"Maka kalau begitu mengapa (tidak mencegah) ketika (nyawa) telah sampai di kerongkongan, dan kamu ketika itu melihat"

kata  حِيْنَــئِذٍ  asalnya adalah  حِيْنَ إِذْ بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمُ , kemudian kata بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمُ digantikan dengan tanwin pada kata حِيْنَــئِذٍ. 


> Adapun tanwin yang menjadi pengganti dari huruf (حَرْفٌ), yaitu tanwin tanwin yang berada pada isim manqush yang tidak dapat menerima tanwin, dalam kondisi rofa' dan jar sebagai ganti dari huruf akhir yang dibuang. Contoh;

جِوَارٍ 

غَوَاشٍ

عِوَادٍ

أعَيْـمٍ

رَاجٍ

kelima tanwin pada contoh di atas menjadi pengganti dari huruf ya ي yang dihilangkan, harusnya yaitu:


جِوَارِيْ 

غَوَاشِيْ

عِوَادِيْ

أعَيْـمِيْ

رَاجِيْ


Nah, adapun jika menjadi pengganti dari huruf, yang mana isim isim manqush di atas tersebut dalam keadaan nashab, maka huruf ya nya dikembalikan seperti sedia kala tanpa diberikan tanwin, contoh dalam keadan nashab:

> دَفَعْتُ عَنْكَ عوَادِيَ

> أكْرَمْتُ أعيمِـيَ فَقِيْرًا

> عَلَّمْتُ الفَتَاةَ رَاجِـيَ


Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini, semoga dapat dipahami dengan baik dan semoga bermanfaat. Amin-amin ya Robbal 'Alamin.


Referensi:

  • Kitab Jami'ud Durus Juz 1 hal. 10-11

Pengertian Isim Alat [اسم الالة] beserta Wazan-wazannya

Pengertian Isim Alat beserta Wazan-wazannya

Kali ini kita akan membahas tentang isim alat, iya seperti namanya isim alat adalah sebuah kata benda yang digunakan untuk menunjuk sebuah benda yang digunakan untuk melakukan perbuatan yang mempunyai objek. Bagaimana sangat menakjubkan kan Bahasa Arab itu? sampai alat saja ada pembahasannya tersendiri dalam ilmu sharaf, dan temen-temen akan lebih takjub lagi bahwa ternyata isim alat adalah isim atau kata benda yang lahir dari fi'il, maksudnya bagaimana? mari kita belajar lebih rinci tentang isim alat.

Pegertian Isim Alat

Pengertian isim Alat adalah kata benda yang biasanya diambil atau terbentuk dari Fi'il Tsulatsi Mujarrad (kata kerja yang terdiri dari hanya 3 huruf saja) yang muta’adi (kata kerja yang membutuhkanobjek) untuk menunjukan suatu alat yang pasti perbuatan tersebut membutuhkan alat, contoh seperti
المِبْرَدُ 'pendingin'
المِنْشَارُ  'gergaji'
المِكْنَسَةُ  'sapu'

perhatikan contoh tiga kata di atas, ketiganya sama sama terbentuk dari perkerjaan yang juga membutuhkan alat, contoh:
  • Pendingin = tebentuk dari kata kerja 'mendinginkan', karena memang untuk mendinginkan pasti membutuhkan sebuah alat, dan alatnya sudah pasti adalah 'pendingin'.
  • Sapu = terbentuk dari kata kerja 'menyapu', dan sudah pasti bahwa jika kita menyapu maka kita butuh alat yang namanya juga 'sapu'.
  • Gergaji = terbentuk dari kata 'menggergaji', dan alat yang digunakan untuk menggergaji adalah gergaji.
jadi sudah jelas ya, isim alat itu terbentuk dari fi'il  atau kata kerja, dalam bahasa Arab isim Alat biasanya terbentuk dari fi'il tsulasy mujarrad muta'ady (kata kerja yang terbentuk dari tiga huruf saja dan kata kerja tersebut membutuhkan objek), mari kita lihat contoh lain dengan Bahasa Arab:

وقد يكون من غير الثلاثى المجرّد
Terkadang Isim Alat terbentuk dari selain Tsulatsi Al Mujarrad :

المِئْزَرُ  (kain penutup)
المِئْضَأة (tempat berwudhu)
المِحْراكُ (Alat pengupak api)
المعْلاق (penggantung)
المِمْلسة (kayu yang dibuat untuk meratakan tanah)

المِصْبَاحُ (lampu)
المِدْخَنَة (tempat bara api)
المزْرَبُ (saluran air)

Di Mesir Para ahli bahasa Arab membolehkan atas penggunaan wazan FA’A’LAH  'فَعَّالَةٌ'  untuk menunjukkan arti alat.
Contoh:
 ثَلَّاجَة  lemari es
غَسَّالَة  pencuci
شَوَّايَة   pemanggang daging
خَرَّامَة  alat mengebor

Wazan Isim Alat

Isim alat memiliki tiga wazan, yaitu:

1. مِفْعَلٌ
Contoh kata yang mengikuti wazan di atas:
مِرْقَمٌ (Alat untuk memberi nomer 'pena,pensil,dsb')
مِبْضَعٌ  (alat untuk memotong 'pisau,silet,dsb')
مِقَصٌّ (Gunting)

2. مِفْعَلَةٌ
contoh kata yang mengikuti wazan di atas:
مِكْنَشَةٌ  (Sapu)
مِنَشَّة (alat untuk mengusir lalat)
مِشْرَبَةٌ (alat untuk minum 'gelas')

3. مِفْعَالٌ
contoh kata yang mengikuti wazan di atas:
مِفْتَاحٌ (kunci)
مِجْذافٌ (dayung)
مِغْرَافٌ (gayung)

Namun adapula isim alat yang keluar dari perkataan orang Arab yang musytaq (terbentuk dari wazan) atau selain wazan-wazan di atas, yaitu:
مُنْخُلٌ  (layar)
مُسْعَطٌ (kotak tembakau)
مُكْحُلَةٌ (sebuah toples di mana kohl disediakan)
مِدَقٌّ (palu)

Terkadang juga isim alat terbentuk dari isim jamid (isim yang tidak bisa ditashrif ) atau isim yang tidak terbentuk dari kata kerja dan tidak diambil dari wazan-wazan sebelumnya, contoh:
سِكِّيْنٌ  pisau
شَوْكَةٌ  senjata
قَلَمٌ    pensil
فَأْسٌ  palu



_____________
Referensi;

  • Jamidud durus juz 1 hal. 204

Pengertian i"lal dan ibdal dalam Ilmu Sharaf

Pengertian ilal dan ibdal dalam Ilmu Sharaf


Terkadang sebagian huruf di dalam kata bahasa Arab ada yang dihapus atau juga sebagian huruf  menempati posisi huruf-huruf lainnya atau berpindah posisi ke huruf-huruf lain.

Jika hal di atas terjadi pada huruf illat (huruf penyakit, yaitu ي، و dan ا), maka penghapusan, pemindahan posisi huruf atau pergantian huruf tersebut dinamakan juga dengan i’lal, dan apabila terjadi pada selain huruf illat maka dinamakan juga ibdal. Contohnya lafadz اِيْــفَادٌ , huruf ya’ pada lafadz tersebut menempati posisi wawu (karena bentuk awalnya atau bentuk fi’ilnya yaitu أَوْفَدَ, kemudian berubah menjadi اِيْــفَادٌ ), maka contoh kata tersebut adalah termasuk dalam pembahasan i'lal karena yang berubah dan atau diganti hurufnya adalah huruf illat.

Pemahaman bab i’lal dan ibdal dapat membantu kita dalam menggunakan kamus (biasanya kamus al-Munawwir yang mengharuskan pembacanya agar bisa mencari asal kata yang dicari) dengan cara mengetahui pokok-pokok kata.

1. I’lal

I’lal ialah menghapus, mengganti, ataupun merubah posisi huruf illah  (huruf penyakit, yaitu ي، و dan ا) untuk menempati posisi huruf illat (yang diganti/dibuang/dirubah) atau huruf lain dalam satu kata.

Di bawah ini adalah sebagian kaidah yang terdapat pada bab i’lal:

  • Huruf Alif  (ا) Dirubah Menjadi huruf Wawu (و)
Huruf Alif harus dirubah menjadi huruf wawu apabila terletak setelah dhammah.

Contoh:

شَــاهَدَ > شُــوْهِدَ

حَــاكَمَ > حُــوْكِمَ


Alif dirubah menjadi huruf wawu karena huruf sebelumnya berharokat dhommah.


Wawu Diubah Menjadi Ya’


a. Jika huruf wawu  و  dan ya’ ي   berkumpul di dalam satu kata dan salah satunya di antaranya diawali dengan harokat sukun, maka wawu dirubah menjadi huruf ya`.

Misal :
 سَــيِّــدٌ

(Asal katanya adalah سَــيْــوِدٌ, karena terdapat huruf wawu dan ya yang bertemu atau berkumpul dalam satu kata, maka huruf wawu harus diganti menjadi huruf ya maka menjadi  سَــيِّــدٌ)

هَــيِّــنٌت

(Asal  katanya adalah  هَــيْــوِنٌ, terdapat huruf wawu dan ya yang bertemu atau berkumpul dalam satu kata, maka huruf wawu harus diganti menjadi huruf ya maka menjadi هَــيِّــنٌ)


شَــيًّــا

(Asal katanya adalah شَــوْيًـــا, terdapat huruf wawu dan ya yang bertemu atau berkumpul dalam satu kata, maka huruf wawu harus diganti menjadi huruf ya maka menjadi شَــيًّــا)


b. dalam contoh isim maf’ul yang mana terbentuk dari fi’il tsulatsy yang mu’tal akhirnya dengan ya’


Baca Juga:
Pengertian Wazan dan Mauzun Beserta Pembgiannya


Contoh:

مَقْضِــيٌّ

(Asal katanya adalah مَقْضُـــوْيٌ wawu dan ya bertemu dalam satu kata, salah satunya berharokat sukun maka huruf wawu harus diganti menjadi ya maka menjadi مَقْضِــيٌّ )


c. Penggantian wawu menjadi ya juga terjadi jika wawu terletak setelah huruf yang berharokat kasroh maka wawu harus diganti meenjadi wawu, bab ini terdapat pada mashdar fi’il yang berwazan أَفْعَلَ, fa’ fi'ilnya berupa wawu (seperti أَوْضَحَ, أَوْرَدَ dst) atau fi’il yang berwazan اِسْتَفْعَلَ, fa’ fi'ilnya berupa wawu (seperti اِسْتَوْضَحَ, اِسْتَوْرَدَ dst)

Contoh:

أَوْضَحَ :mashdarnya adalah > إِيْــضَاحًا 

Asal katanya adalah إِوْضَاحًا , wawu terletak setelah kasroh, maka harus diganti menjadi ya maka menjadi إِيْــضَاحًا 

أَوْرَدَ :mashdarnya adalah > إِيْــرَادًا

Asal katanya adalah إوْرَادًا , wawu terletak setelah kasroh maka harus diganti menjadi ya, maka menjadi إِيْــرَادًا

اِسْتَوْضَحَ :mashdarnya adalah >  اِسْتِــيْــضَاحًا 

Asal katanya adalah اِسْتِـوْضَاحًا , wawu terletak setelah kasroh maka harus diganti menjadi ya, maka menjadi اِسْتِــيْــضَاحًا 



d. Apabila wawu terletak di ujung setelah kasrah.

Contoh:

 السَّامِــي
Asal katanya adalah  السَّامِـو wawu terletak di akhir kata dan jatuh setelah kasroh, maka harus diganti menjadi ya, maka menjadi   السَّامِــي

الْعَادِي
Asal katanya adalah  الْعَادِو wawu terletak di akhir kata dan jatuh setelah kasroh, maka harus diganti menjadi ya, maka menjadi   الْعَادِي



Huruf Wawu dan Ya’ yang Dirubah Menjadi Hamzah

Wawu dan ya harus dirubah menjadi hamzah jika keduanya jatuh setelah alif tambahan, syarat dari kaidah ini adalah jika hamzah dan ya terletak pada 'ain fi'il di isim fa'il dan terletak di akhir kata pada mashdar, berikut ini adalah penjelasannya:

a. Terdapat pada isim fa’il yang terbentuk dari fi’il tsulatsi yang a'in fi'ilnya berbentuk alif (asalnya adalah wawu atau ya’).

Contoh:

صَــامَ :isim fa'ilnya adalah >  صَائِــمٌ 

Asal katanya adalah صَاوِمٌ , wawu terletak setelah alif tambahan dan wawu menempati ain fi'ilnya isim fa'il, maka wawu harus diganti menjadi hamzah  صَائِــمٌ 


b. Apabila wawu atau ya’ berada di ujung pada mashdar dan terletak setelah alif tambahan.

Contoh:

ٌدُعَاء
Asal katanya adalah  ٌدُعَاو   wawu terletak setelah alif tambahan dan terletak di akhir kata pada mashdar, maka wawu harus diganti menjadi hamzah ٌدُعَاء



Menghilangkan Huruf Wawu Pada Bentuk Maf’ul

Jika isim maf’ul terbentuk dari fi’il tsulatsy yang mu’tal 'ain fi'ilnya (huruf tengahnya berupa huruf illah, seperti قَالَ, بَاعَ dan sebagainya), maka huruf wawu harus dihapus, berikut ini adalah penjelasannya:

Contoh:

 مَــقُــوْلٌ

(Asaln katanya adalah مَقْــوُوْلٌ dengan wazan مَفْعُولٌ, karena kata tersebut terbentuk dari fi'il tsulasy yang huruf tengahnya berupa huruf illah yaitu wawu, maka wawu tambahan yang berharakat sukun harus dihapus dan menjadi مَقْــوُلٌ  , lalu masih ada huruf wawu asli yang mempunyai harakat, maka harakatnya harus dipindah ke huruf sebelumnya untuk memudahkan dalam pengucapan maka menjadi مَــقُــوْلٌ )

 مَبِــيـْـعٌ

(Asalnya مَبْــيُـوْعٌ dengan wazan مَفْعُولٌ, harakat pada huruf ya harus dipindah ke huruf sebelumnya karena huruf sebelumnya adalah huruf shahih tapi malah berharakat sukun maka menjadi مَبُــيْـوْعٌ , bertemulah dua huruf illah yang berharakat sukun yaitu huruf ya 'ain fi'il dan huruf wawu maf'ul 'ـيْـوْ' maka huruf wawu maf'ul harus dibuang karena bertemunya dua huruf yang berharokat sukun maka menjadi  مَبُــيْـــعٌ  , kemudian harokat dhommah pada huruf ba' harus diganti menjadi kasrah karena setelahnya adalah huruf ya maka menjadi   مَبِــيـْـعٌ  )




2. Ibdal        
Adapun Ibdal yaitu menghapus atau membuang huruf dan meletakkan huruf lain pada huruf yang telah dibuang.

Sebenarnya ibdal dan i'lal sangatlah mirip pengertiannya yaitu sama sama melakukan perubahan, pembuangan, atau penggantian pada suatu huruf, hanya saja i’lal itu khusus terjadi hanya pada huruf illat, adapun ibdal bisa masuk pada huruf shahih (kata yang tidak mempunyai huruf illat) dan juga bisa masuk pada kata yang mempunyai huruf illat.

Huruf-Huruf Ibdal

Berikut ini adalah huruf-huruf ibdal, yaitu:
أَحْرُفُ الْإِبْدَالِ هَدَأْتُ مُوْطِيَا       
  • Ha’   (هــ)
  • Dal (د)
  • Hamzah  (أ)
  • Ta’ (ت)
  • Mim (م)
  • Wawu  (و)
  • Tha’ (ت)
  •  Ya’ (ي)
  • Alif  (ا)

Di bawah ini  adalah  beberapa keadaan yang terjadi pada bab ibdal.

Merubah Huruf pada Fa’ fi'il yang Barupa Wawu atau Ya Menjadi  Huruf Ta’ (ت)

Jika terdapat fi’il tsulatsy yang fa’ fi'ilnya berupa wawu (contoh وَصَفَ) atau huruf ya (contoh يَسَرَ), dan dirubah ke wazan (اِفْتَعَلَ), maka wawu atau ya nya harus dirubah menjadi huruf ta’(ت).

Misal:

وَصَفَ :mengikuti wazan (اِفْتَعَلَ)  maka menjadi > اِتَّــصَفَ

اِتَّــصَفَ
Asal katanya adalah إوْتَصَفَ , lalu huruf wawu diganti menjadi ta' (ت) maka menjadi إتْــتَـصَفَ , lalu ta' yang pertama dan kedua digabungkan atau diidghomkan dengan tasydid maka menjadi  اِتَّــصَفَ 

وَسَمَ :mengikuti wazan (اِفْتَعَلَ)  maka menjadi > اِتَّــسَمَ

Asal katanya adalah إوْتَسَمَ , lalu huruf wawu diganti menjadi ta' (ت) maka menjadi إتـْتَسَمَ , lalu ta' yang pertama dan kedua digabungkan atau diidghomkan dengan tasydid maka menjadi  اِتَّــسَمَ


Perkara di atas juga terjadi pada fi’il mudhore dan mashdar.

Contoh:

يَـتَّــصِفُ : اِتِّــصَافًا

يَــتَّــسِمُ : اِتِّــسَامًا



Merubah Huruf  Ta’ (ت) Menjadi Huruf Dal (د)

Jika terdapat fi’il tsulatsy yang fa’ fi'ilnya adalah huruf dal (contoh دَخَرَ) dan dijadikan wazan (اِفْتَعَلَ), maka huruf ta tambahan pada wazan اِفْتَعَلَ diubah menjadi dal, setelah itu dal huruf fa' fi'il asli dan dal yang kedua tadi diidghomkan.

Misal:

دَخَرَ : اِدَّخَرَ
Asal katanya adalah اِدْتَــخَرَ , lalu karena fa' fi'ilnya adalah berupa huruf dal, maka ta pada kata tersebut harus diganti menjadi dal, maka menjadi اِدْدَخَرَ   , setelah itu kedua dal yang berkumpul tersebut diidghomkan atau digabungkan dengan tasydid maka menjadi اِدَّخَرَ

دَعَى : اِدَّعَى
Asal katanya adalah اِدْتَـــعَى , lalu karena fa' fi'ilnya adalah berupa huruf dal, maka ta pada kata tersebut harus diganti menjadi dal, maka menjadi اِدْدَعَى   , setelah itu kedua dal yang berkumpul tersebut diidghomkan atau digabungkan dengan tasydid maka menjadi اِدَّعَى

Perkara di atas juga terjadi pada fi’il Mudhore’ dan mashdar.

Contoh:

يَــدَّخِرُ : اِدِّخَارًا

يَــدَّعِي : اِدِّعَاءً



Merubah Huruf Ta’ (ت) Menjadi Huruf Tho’ (ط)

Jika terdapat fi’il tsulatsi yang fa’ fi'ilnya adalah berupa huruf shod (ص) dhad  (ض) , tha’  (ط) atau zha’  (ظ) dan dijadikan wazan (اِفْتَعَلَ), maka fa’ fi'il tersebut harus diubah menjadi tha’ (ط).

Misal:

صَادَ : اِصْــطَــادَ
Asal katanya adalah اِصْــتَــادَ  , karena fa' fi'ilnya adalah berupa huruf shod  (ص), maka ta 'ـتَـ' pada kata tersebut harus diganti menjadi tho' (ط) , maka menjadi اِصْــطَــادَ

ضَرَبَ : اِضْــطَــرَبَ
Asal katanya adalah اِضْــتَــرَبَ, karena fa' fi'ilnya adalah berupa huruf dhad  (ض), maka ta 'ـتَـ' pada kata tersebut harus diganti menjadi tho' (ط) , maka menjadi اِضْــطَــرَبَ


طَلَعَ : اِطَّــلَعَ
Asal katanya adalah اِطْــتَــلَعَ, karena fa' fi'ilnya adalah berupa huruf tha’ (ط), maka ta 'ـتَـ' pada kata tersebut harus diganti menjadi tho' (ط) , maka menjadi اِطْطَـلَعَ setelah itu kedua tho' tersebut diidhgomkan atau digabungkan maka menjadi اِطَّــلَعَ

طَرَدَ : اِطَّــرَدَ
Asal katanya adalah اِطْــتَـرَدَ, karena fa' fi'ilnya adalah berupa huruf tha’ (ط), maka ta 'ـتَـ' pada kata tersebut harus diganti menjadi tho' (ط) , maka menjadi اِطْطَرَدَ setelah itu kedua tho' tersebut diidhgomkan atau digabungkan maka menjadi اِطَّــرَدَ


Hal ini juga terjadi pada fi’il mudhari’ dan mashdar.

Contoh:

يَصْــطَــادُ : اِصْــطِــيَادًا 
يَضْــطَــرِبُ : اِضْــطِــرَابًا 
يَــطَّــلِعُ : اِطِّــلَاعًا 
يَــطَّــرِدُ : اِطِّــرَادًا



Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dikitab berikut ini:



  • Syarah Alfiyah Ibnu Aqil

  •   DOWNLOAD



  • Qowaidul I'lal fis Sharf




  • _______________

    Referensi:
    • Syarah Alfiyah Ibnu Aqil    
    • Qowaidul I'lal fis Sharf

    Pengertian Isim Jamid dan Isim Musytaq dalam Bahasa Arab

    Pengertian Isim Jamid dan Isim Musytaq dalam Bahasa Arab

    الاسم بالنظر الى تركيبه
    ( Pembagian Isim/kata benda dari segi bentuk  kalimatnya )


    A. Isim Jamid (اسم الجامد)

    1. Pengertian Isim Jamid

    الاسم الجامد هو مالم يؤخذ من غيره
    Isim Jamid yakni  Isim atau kata benda yang format  katanya tidak diambil  dari kata yang lain. Contoh :
    رجل (seorang laki-laki) kalimat itu  bentuknya tidak berasal  dari kata lain, maka ia tergolong  Isim Jamid.

    Berbeda dengan محمّد (orang yang terpuji) maka kalimat ini bukan Isim Jamid, karena format  katanya berasal  dari kata حمَّد )menurut  keterangan dari  ulama kufah) atau dari تحميد (menurut  keterangan dari  ulama basrah), pun  الغفار (yang maha pengampun) bukan tergolong  Isim Jamid sebab  kata ini ialah  bentuk mubalaghah yang berasal  dari غفر atau مغفرة\.غفران

    2. Pembagian Isim Jamid

    Isim Jamid terbagi menjadi  dua bagian : اسم الذات (isim zat) dan اسم المعنى (isim ma’na)

    a. (اسم الذات ) atau ( اسم الجنس )

    Isim Jamid Zat yakni  isim yang tidak berasal  dari format  lafaznya tersebut  akan kalimat fi’il (kata kerja) dengan ma’nanya. Contoh:

    رجل (seorang laki-laki), غصن (sebuah pohon),نهر (sungai), maka ketiga kalimat ini ialah  isim Jamid Zat sebab  tidak dapat  dijadikan kalimat fi’il (kata kerja).

    Berbeda dengan حَمْدًا (pujian) maka ia bukan Isim Jamid Zat karena dapat  dijadikan kata fi’il contohnya  : حَمِدْتُ (aku memuji) يَحْمَدُ (ia sedang memuji) إحْمَدْ (pujilah!).

    b. ( اسم المعنى ) atau ( المصدر )


    Isim Jamid Ma’na (Masdar) yakni  kalimat yang mengindikasikan  atas sebuah  ma’na yang tidak sehubungan  dengan waktu, dan dapat  dijadikan kalimat fi’il (kata kerja).
    Contoh:

    جلوس (duduk) ialah  Isim Jamid Ma’na karena dapat  dijadikan kalimat fi’il yakni  جلستُ (telah duduk aku), نجلس (sedang duduk aku), اجلس (duduklah!)

    اتحاد (persatuan) ialah  Isim Jamid Ma’na karena dapat  dijadikan kalimat fi’il yakni  اتحدنا (kami sudah  bersatu), نتحد (kami bakal  bersatu), اتحدوا (bersatulah kalian!)

    Isim Jamid Ma’na dipungut  dari format  masdar dari semua  wazan atau timbangan, baik tsulatsi (huruf   asalnya 3) atau ruba’i (huruf   asalnya 4), baik qiyasi (sesuai kaedah) atau sama’i (dari lisan orang arab), pun  dari seluruh  jenis masdar, laksana  : masdar mimi (diawali mim), masdar sina’i (diakhiri ya nisbah), masdar marroh (menunjukkan kuantitas perbuatan), dan lain-lainnya.



    B. Isim Musytaq ( اسم المشتق )

    1. Pengertian Isim Musytaq


    Isim Musytaq yakni  kalimat isim yang format  kalimatnya dipungut  dari kalimat lain, dan mengindikasikan  atas sesuatu yang disifati dengan sifat tertentu. Contoh:

    كاتب (yang menulis) maka kalimat ini ialah  isim musytaq sebab  ia dipungut  dari kalimat كتابة , dan disifati dengan “menulis”.

    الرحمن (yang maha pengasih) maka kalimat ini ialah  isim musytaq sebab  ia dipungut  dari kalimat رحمة , dan disifati dengan “pengasih”.

    مريض (yang sakit) maka kalimat ini ialah  isim musytaq sebab  ia dipungut  dari kalimat مرضا , dan disifati dengan sifat “sakit”.

    2. Pembagian Isim Musytaq

    Isim Musytaq tersebut  terbagi untuk  tujuh, yakni  : isim fa’il dan sighat mubalaghah ( اسم الفاعل والمبالغة ), isim maf’ul ( اسم المفعول ), sifat musyabbahah صفةالمشبهة ) ), isim tafdhil ( اسم التفضيل ), isim zaman ( اسم الزمان ), isim santap  ( اسم المكان ), dan isim perangkat  ( اسم الآلة ).

    a. ( اسم الفاعل والمبالغة )

    Isim fa’il yakni  isim musytaq untuk mengindikasikan  atas orang yang keluar  dari padanya sebuah  perbuatan. Contoh:

    1) نام الرجل ، فهو نائم (Telah istirahat  seorang laki-laki, maka ia ialah  orang yang tidur) kalimat نائم bentuknya ialah  isim fa’il.

    2) كتب محمد ، فهو كاتب (telah mencatat  Muhammad, maka ia ialah  orang yang menulis) kalimat كاتب bentuknya ialah  isim fa’il.

    Isim fa’il mempunyai format  dan timbangan tertentu, diantaranya:
    الأمثلة
    الأوزان
    الفعل
    كاتب-ضعيف-صعْب-فرِح-عطشان-أحمر
    فَاعِل-فَعِيْل-فَعْل-فَعِل-فعْلان-أَفْعَل-.......
    الثلاثي
    مُحسِن- مقاتل- مصدِّق- مُستغفِر- منكسِر
    مُفعِل- مُفاعِل- مُفعِّل- مستفعِل-منفعِل- مفتعِل- متفعِّل-........
    غير الثلاثي

    Shighat mubalaghah merupakan   isim yang bermakna isim fa’il namun  memiliki format  tertentu dengan maksud mubalaghah (bersangatan), dengan kata lain  ma’nanya lebih dari isim fa’il biasa. Seperti عالم (orang yang mengetahui) kalau diolah  bentuknya menjadi mubalaghah عليم (maha mengetahui).

    Bentuk timbangan sigat mubalaghah
    Contoh
    Isim fa’il
    Wazan
    صوَّام- منّاع- قوّام
    صائم- مانع- قائم
    فَعَّال
    مِطعان
    طاعن
    مِقْعَال
    غفور- شكور
    غافر-شاكر
    فَعُوْل
    عليم- قدير
    عالم- قادر
    فَعِيْل
    حذِر
    حاذر
    فَعِل

    b. Isim Maf’ul



    Isim maf’ul yakni  isim yang dipungut  dari fi’il majhul guna  menunjukkan untuk  sesuatu yang menimpa kepadanya perbuatan. Contoh:
    سُمع الأذان، فالأذان مسموع {{Azan terdengar
    Maka kalimat "مسموع" dipungut  dari kalimat fi’il madhi majhul"سمع".

    c. Sifat Musyabbahah Dengan Isim Fa’il


    Sifat musyabbahah dengan isim fa’il sebuah  isim musytak yanghanya terbentuk dari fi’il tsulasi lazim. Ia ialah  suatu sifat yag menunjukkan untuk  orang yang meresap kokoh di dirinya perbuatan. Contoh:
    هذا الصائم عطشان { {Ini orang yang berpuasa tidak jarang  kali  haus
    Maka kalimat "عطشان" mengindikasikan  sifat yang tetap pada"الصائم"

    Bentuk-bentuk sifat musyabbahah:
    الأمثلة
    وزن الصفة المشبهة
    وزن الفعل اللازم
    فرح- سلس- طرب
    فعِلٌ
    1. فعِلَ
    أحمر- أكحل- أعرج
    أفعَل
    غضبان- جوعان- عطشان
    فَعْلان
    كريم- نظيف- شريف
    فعيل
    2. فعُل
    سهل- عذب- ضخم
    فَعْل
    شجاع- فرات
    فُعال
    جبان- حصان
    فَعال

    حسن- بطل
    فَعَل

    حلو- صلب
    فُعْل

    طيب- شيق- أشيب

    فَعَل

    d. Isim Tafdhil


    Isim tafdhil beberapa  dari isim mustaq berwazan afala yang mengindikasikan  dua sesuatu yang berserikat pada sebuah  sifat, tetapi  salah satunya lebih berpengaruh  pada tersebut  sifat. Contoh:
    الشمس أكبر من الأرض

    e. Isim Zaman Dan Makan


    Isim zaman beberapa  dari isim mustaq yang bermanfaat  menunjukkan masa-masa  terjadinya perbuatan. Contoh:
    مَوعِد الامتحان أول يونيو .

    Isim tempat/makaan  termasuk dari isim mustaq yang bermanfaat  yang mengindikasikan  tempat kejadian perbuatan. Contoh:
    مَلعَب الكرة فسيح .
    Bentuk-bentuk isim zaman dan makan:
    الفعل
    الوزن
    ألامثلة
    1. الثلاثي
    1. مَفعَل
    2. مَفعِل
    مَلهَى- مَصنَع- مَدخَل
    مَنزِل- مَولِد
    2. غير الثلاثي
    وزن اسم المفعول
    مُجتمَع- مُستَودَع- مستشفى

    f. Isim Alat


    Isim alat tergolong  dari isim mustaq yang bermanfaat  untuk mengindikasikan  alat/perkakas yang dengannya terjadi perbuatan.
    Bentuk-bentuk isim alat:
    الوزن
    الامثلة
    مِفعَال
    مفتاح- منشار- مِرْآة- محراث- ميزان
    مِفعَل
    مبرد- مجهر- مغزل- مثقب
    مِفعَلَة
    مِكنَسَة- مطرقة- ملعقة- مِكْواة
    terkadang isim alat juga tidak menyerupai wazan-wazan di atas, contoh
    مثل : سكين- شوكة- قلم.


    Kesimpulan

    Isim dilihat dari sisi  bentuknya terbagi untuk  dua, yakni  isim jamid dan isim musytaq. Isim jamid merupakan   isim yang terbentuk bukan berasal dari kalimat lain. Sedangkan isim musytaq merupakan   isim yang terbentuk dan berasal dari kalimat lain, bahkan mengindikasikan  sesuatu yang disifatkan dengan sifat.
    Isim jamid terdapat  dua macam:

    1) Isim zat atau isim jenis
    2) Isim ma’na atau masdar

    Isim musytaq terdapat  tujuh macam:

    1) Isim fa’il dan sighat mubalaghah
    2) Isim maf’ul
    3) Sifat musybbahah dengan isim fa’il
    4) Isim tafdhil
    5) Isim zaman
    6) Isim makan
    7) Isim alat

    Pengertian Jamak Taksir dalam Bahasa Arab dan Ketentuan Perubahannya

    Pengertian Jamak Taksir dalam Bahasa Arab dan Ketentuan Perubahannya

    Setelah memahami  bagaimana pngertian isim mufrod dan bagimana penerapan cohtohnya dalam suatu  kalimat, laksana  yang telah  saya tulis pada artikel  sebelumnya, pada artikel  ini saya akan   menjelaskan bagaimana definisi  jamak taksir dan bagaimana penerapan misalnya  dalam suatu  kalimat bahasa arab sehingga gampang  untuk difahami.

    Baca Juga : Pengertian Isim Mufrod, tasniyah dan jamak

    Secara bahasa makna  kata “jamak” ialah  banyak atau lebih dari satu. sementara  kata “taksir” dengan kata lain  ialah pecah dari asal katanya, jadi definisi  jamak taksir secara bahasa ialah  kata yang dipecah  sehingga menjadi banyak, dengan kata lain  sebuah kata dalam bahasa arab dipecah format  katanya sampai-sampai  mempunyai  makna “banyak”.   ini sejalan dengan definisi  jamak taksir menurut  keterangan dari  istilah.



    Sedangkan definisi  jamak taksir menurut  keterangan dari  istilah ilmu nahwu ialah  :

    مَا تَغَيّرَ عَنْ بِنَاءِ مُفْرَدِهِ

    Lafadz yang berubah dari format  mufradnya.

    Isim jamak taksir tadinya  ialah format  mufrod lantas  lafadnya berubah sampai-sampai  ia dinamakan  dengan isim jamak taksir Contohnya kata كُتُبٌ yang dengan kata lain  “kitab-kitab” dan kata رُسُلٌ yang dengan kata lain  “para rasul” yang ada  dalam surat al-Baqarah ayat 285. Kata كُتُبٌ berasal dari kata كِتَابٌ dan kata رُسُلٌ bersal dari kata رَسُولٌ.

    Lalu bagaimana ketentuan  perubahan yang terjadi pada isim jamak taksir ini, . Ada enam ketentuan  perubahan yang terjadi pada isim jamak taksir, yakni  :


    1. Perubahan pada harakatnya (شَكَل) misalnya  : اَسَدٌ menjadi اُسُدٌ dengan kata lain  beberapa singa.
    2. Perubahan dengan ditambahi hurufnya (زِيَادَة) misalnya  : صِنْوٌ menjadi صِنْوَانٌ dengan kata lain  kembar.
    3. Perubahan dengan dikurangi (نقصان) misal  : نِعْمَةٌ menjadi نِعَمٌ dengan kata lain  nikmat.
    4. Perubahan pada harakat dan ditambahi (شكل + زيادة) misal  : رَجُلٌ menjadi رِجَالٌ dengan kata lain  beberapa anak laki-laki.
    5. Perubahan pada harakat dan dikurangi (شكل + نقصان) misal  : رَسُولٌ menjadi رُسُلٌ dengan kata lain  para rasul.
    6. Perubahan pada harakat, ditambahi dan dikurangi (شكل + زيادة + نقصان) misal  : غُلَامٌ menjadi غِلْمَانٌ dengan kata lain  beberapa pemuda.


    Disamping evolusi  di atas sebetulnya  ada ketentuan  perubahan lainnya pada isim jamak taksir ini, yaitu evolusi  pada format  wazannya, tetapi  untuk penjelasannya tidak bakal  ditulis disini, insyaallah bakal  ditulis pada artikel  selanjutnya.

    Demikian sekilas penjelasan tentang  pengertian jamak taksir beserta misalnya  dalam bahasa arab, semoga bermanfaat.

    Kata Perintah (فعل الأمر) dan Kata Larangan (فعل النهي) dalam Bahasa Arab

    Kata Perintah (فعل الأمر) dan Kata Larangan (فعل النهي) dalam Bahasa Arab

    Pelajaran ini membicarakan  tentang positive command (fi'il amr/فعل الأمر) dan negative command (fi'il nahyi/فعل النهي)

    Penjelasan fi'il amr telah  saya jelaskan secara rinci pada postingan saya sebelumnya, silakan baca di sini:

    Pengertian Fi'il 'amr dalam Bahasa Arab

    Keterangan:

    - Positive command = kata perintah = الأَمْرُ

    - Negative command = kata larangan = النَّهْيُ


    Contoh kata perintah (Fi'il 'Amr):

    - Bacalah!

    - Tulislah!

    Contoh kata larangan (Fi'il Nahyi):

    - Jangan pergi!

    - Jangan takut!


    Langkah mengolah  fi'il mudhari (kata kerja yang sedang/akan dilakukan) menjadi fi'il 'amr (kata perintah)

    Biasanya kata perintah ialah  kata yang kita sampaikan  untuk memerintah/menyuruh orang kedua (lawan bicara kita). maka dari itu  patokannya ialah  orang kedua (kamu atau أَنْتَ)

    Inilah tahapan  mengganti  fi'il mudhori menjadi fi'il amr
    Contoh kata: 

    تَكْتُبُ  'kamu sedang menulis'

    1. Ubah format  fi'il mudhari di atas menjadi majzum (berharakat sukun di akhir katanya).

    ---->  تَكْتُــبْ 

    2. Hapus huruf   mudhaari' (dalam bentuk ini huruf mudhorinya ialah  huruf   ت yang menunjukan arti 'kamu')

    تَــكْتُبْ ----> كْتُبْ    

    3. Tambah هَمْزَةُ الوَصْلِ (hamzah washal) di depan kata, beri harakat sesuai 'ain fi'ilnya (atau huruf tengahnya, pada kata di atas huruf tengahnya adalah تُ berharokat dhommah).

    ----> اُكْتُبْ

    Harakat dhommah ialah  bentuk default, nanti anda  akan pelajari format  lainnya (lihat daftar  tambahan di bawah)


    Fi'il amr dan fi'il nahyi 1


    Fi'il amr dan fi'il nahyi 3


    Fi'il amr dan fi'il nahyi 2


    Untuk melihat contoh fi'il 'amr dan fi'il nahyi lebih lengkap, sobat bisa langsung download saja kitab 'amtsilah at-tashrifiyah' di bawah ini:

    Download Kitab Tashrif Shorof Kitab Al-Amtsilah At-Tasrifiyah


    Contoh lain penerapan mengolah  fi'il mudhori ke dalam format  fi'il amr 

    Kata yang dipakai  sebagai contoh ialah  "Kamu sedang membaca" yang bahasa arabnya ialah  تَقْرَأُ (taqra'u).

    Untuk mengolah  menjadi fi'il amr => kerjakanlah! yakni  dengan melakukan tahapan  yang telah diterangkan  di atas, yaitu:

    1. Jazm kan fi'il tersebut menjadi taqro => تَقْرَأْ

    2. Hapus huruf   mudhari, yaitu huruf ta,menjadi => قْرَأْ

    3. Tambah hamzah washl di depan kata dan beri harakat default yakni  kasrah, menjadi 

    => اِقْرَأْ 


    Setelah melihat daftar  tambahan, saya harap sobat memahami  untuk mengolah  untuk bentuk lain, laksana  تَفْعَلاَنِ , تَفْعَلُوْنَ , dan seterusnya.


    Tashrif fi'il amr

    أنتَ اِفْعَلْ

    أنتما اِفْعَلَا

    أنتم اِفْعَلُوْا

    أنتِ اِفْعَلِيْ

    أنتما اِفْعَلَا

    أنتن اِفْعَلْنَ



    Langkah mengolah  fi'il mudhari menjadi fi'il nahyi (نهي)

    Langkahnya nyaris  sama dengan fi'il amr, yaitu:

    1. Jazm kan fi'il mudhaari' yang berdhomir انْتَ, contoh:

    تَكْتُبُ --->  تَكْتُبْ

    2. Tambahkan kata larangan (لا) atau laa an-nahiyah di mula  kata.

    لاَ تَكْتُبْ     'Jangan menulis'


    Contoh penerapan mengolah  fi'il ke kata larangan

    Kata yang dipakai ialah  sama dengan misal  di atas yakni  تَفْعَلُ yang dengan kata lain  kamu mengerjakan.

    Kata di atas akan diolah  menjadi kata larangan, yaitu 'jangan  lakukan!' , tahapannya  adalah:

    1. taf'alu (fi'il mudhori) di jazm, menjadi => تَفْعَلْ

    2. Tambah di mula  kata dengan kata laa an-nahiyah, menjadi 
    => لاَ تَفْعَلْ = laa taf'al



    Tashrif fi'il an-nahyi

    أنتَ لاَ تَفْعَلْ

    أنتما لاَ تَفْعَلاَ

    أنتم لاَ تَفْعَلُوْا

    أنتِ لاَ تَفْعَلِيْ

    أنتما لاَ تَفْعَلاَ

    أنتن لاَ تَفْعَلْنَ


    Catatan ekstra  untuk harakat fi'il amr

    Telah disebutkan  di atas bahwa defaultnya hamzah washl berharakat kasrah, sebab  kebanyakan misal  fi'il mudhari di atas "ع" berharakat fat-hah.

    Contohnya= سَمِعَ - يَسْمَعُ

    Oleh sebab  م berharakat fat-hah, maka hamzah washl berharakat kasrah, sampai-sampai  menjadi اِسْمَعْ = isma'

    Sekarang, ada ekstra  informasi bahwa harakat hamzah washl tersebut  tergantung harakat "ع".


    - Jika harakat "ع" pada fi'il mudharinya dhammah, maka harakat hamzah washl tersebut  dhammah.

    Contoh = نَصَرَ - يَنْصُرُ = nashara - yanshuru.

    Di sini "ع" pada fi'il mudharinya berharakat dhammah (صً), sampai-sampai  amr nya menjadi => اُنْصُرْ = unshur


    - Jika harakat "ع" pada fi'il mudharinya kasrah, maka harakat hamzah washl nya ialah  kasrah.

    Contoh = ضَرَبَ - يَضْرِبُ = dharaba - yadhribu

    Di sini "ع" nya berharakat kasrah, maka hamzah washl nya berharakat kasrah pula, sampai-sampai  fi'il amr nya menjadi => اِضْرِبْ = idhrib


    Demikian penjelasan tentang fi'il amr dan fi'il nahyi, semoga semakin memahamkan sobat dalam belajar bahasa Arab yaa. Selamat belajar. :)

    Pengertian Kata Takjub (فعل التعجب) dalam Bahasa Arab Beserta Contohnya

    Fi'il ta'ajjub



    ta'ajub ialah  perasaan emosional laksana  kekaguman kepada  keindahan sesuatu (atau perasaan takjub pada kejelekan  sesuatu).

    Di dalam bahasa Indonesia, takjub  berarti kagum atau heran bakal  sesuatu.


    Wazan fi'il ta'ajjub dari fi'il yang tsulaatsi mujarrad

    Wazan fi'il ta'ajjub ialah  : مَا أَفْعَلَ

    Perhatikan contoh gambar di bawah ini:




    مَا أَحْسَنَ

    Betapa bagusnya.



    Contoh kalimat memakai  fi'il ta'ajjub

    مَا أَجْمَلَ الْوَرْدَةَ = maa ajmala al-wardata
    Artinya: Betapa eloknya bunga itu!


    Contoh fi'il ta'ajjub

    Contoh fi'ilnya yang diambil dari soal-soal di buku  Durusul Lughah jilid 2 laksana  pada kalimat-kalimat di bawah ini:

    !هَذَا الرَجُلُ طَوِيْلٌ     ---->   مَا أَطْوَلَ هَذَا الرَجُلَ

    Betapa tingginya lelaki ini  <----   Lelaki ini tinggi


    !هَذَا البَيْتُ كَبِيْرٌ  ------>  مَا أَكْبَرَ هَذَا البَيْتَ

    Betapa besarnya rumah ini <-----  Rumah ini besar


    !هَذِهِ السَيَّارَةُ جَمِيْلَةٌ   ----->   مَا أَجْمَلَ هَذِهِ السَيَّارَةَ

    Betapa bagusnya mobil ini <---- Mobil ini bagus


    هَذَا المَاءُ بَارِدٌ   -----> مَا أَبْرَدَ هَذَا المَاءَ

    Betapa dinginnya air ini <---- Air ini dingin


    النُجُوْمُ جَمِيْلَةٌ   ------->  مَا أَجْمَلَ النُجُوْمَ

    Betapa indahnya bintang-bintang itu <---- Bintang-bintang itu indah


    هَذَا القَلَمُ رَخِيْصٌ  ------>   مَا أرْخَصَ هَذَا القَلَمَ

    Betapa murahnya pena ini <---- pena ini murah




    1. طَالَ - يَطُولُ (thaala - yathuulu), dengan kata lain  menjadi panjang; dilangsungkan  lama; tinggi.

    fi'il ini ialah  fi'il tsulaatsi mujarrad yang akan anda  ubah menjadi format  fi'il ta'ajjub.

    طَوِيْلٌ : فاعل من طَالَ
    Thawiilun : faa'il dari thaala. Artinya: tinggi; panjang

    Cara menciptakan  fi'il ta'ajjub dari fi'il tsulaatsi di atas ialah  dengan mengekor  pola (wazan) maa af'ala, yaitu: مَا أَطْوَلَ

    Contoh kalimat:

    مَا أَطْوَلَ الرَّجُلَ = maa athwala ar-rajula.
    Artinya = Betapa tingginya orang itu!



    2. Fi'il كَبِرَ - يَكْبَرُ (kabira -yakbaru), dengan kata lain  menjadi besar; menjadi tua/lanjut usia.

    كَبِيْرٌ : فاعل من كَبِرَ
    kabiirun ialah  faa'il dari kabira.

    Fi'il ta'ajjub: مَا أَكْبَرَ

    Contoh kalimat: مَا أَكْبَرَ هَذَا الْبَيْتَ (maa akbara haadzaa al-baita)
    Artinya: Betapa besar lokasi  tinggal  ini!



    3. Fi'il جَمُلَ - يَجْمُلُ (jamula-yajmulu), dengan kata lain  menjadi indah.

    جَمِيلٌ : فاعل من جَمُلَ
    jamiilun ialah  faa'il dari jamula.

    Bentuk fi'il ta'ajjub: مَا أَجْمَلَ هَذِهِ السَّيَّارَةَ (maa ajmala haadzihis sayyaarata)
    Artinya: Betapa bagusnya mobil ini!


    Untuk penulisan selanjutnya, saya bakal  ringkas menjadi:

    Fi'il tsulatsi mujarradnya - faa'ilnya - Fi'il ta'ajjubnya, lantas  di bawahnya misal  kalimat dalam bahasa Arab dan artinya.



    4. Fi'il بَرَدَ - يَبْرُدُ (barada - yabrudu), artinya: menjadi dingin.

    Faa'il : بَارِدٌ (baaridun), artinya: dingin.

    Fi'il ta'ajjub = مَا أَبْرَدَ (maa abrada)

    Contoh kalimat: مَا أَبْرَدَ هَذَا المَاءَ (maa abrada haadzaal maa-a).
    Artinya: Betapa dingin air ini!



    5. Fi'il رَخُصَ - يَرْخُصُ (rakhusha - yarkhushu), dengan kata lain  menjadi murah.

    Faa'il : رَخِيْصٌ (rakhiishun), dengan kata lain  murah. Ia ialah  faa'il dari rakhusha.

    Fi'il ta'aajjub: مَا أَرْخَصَ (maa arkhasha)

    Contoh kalimat: مَا أَرْخَصَ هَذَا الْقَلَمَ (maa arkhasha haadzal qalama).
    Artinya: Betapa murah pulpen ini!



    6. Fi'il سَهُلَ - يَسْهُلُ (sahula - yas-hulu), dengan kata lain  menjadi mudah.

    Faa'il : سَهْلٌ (sahlun), dengan kata lain  mudah (yang mudah).

    Fi'il ta'ajjub : مَا أَسْهَلَ اللُّغَةَ الْعَرَبِيَّةَ (maa ashala al-lughatal 'arabiyyata).
    Artinya: Betapa gampang  bahasa Arab itu!



    7. Fi'il : كَثُرَ - يَكْثُرُ (katsura -yaktsuru), dengan kata lain  menjadi banyak; meningkat; berlipat.

    Faa'il : كَثِيْرٌ (katsiirun), dengan kata lain  banyak.

    Fi'il ta'ajjub : مَا أَكْثَرَ

    Contoh kalimat: مَا أَكْثَرَ النُّجُوْمَ (maa aktsara an-nujuum).
    Artinya = Betapa tidak sedikit  bintang-bintang itu!



    8. Fi'il حَسُنَ - يَحْسُنُ (hasuna - yahsunu), dengan kata lain  menjadi baik.

    Faa'il : حَسَنٌ (hasanun), dengan kata lain  baik (yang baik).

    Fi'il ta'ajjub : مَا أَحْسَنَ

    Contoh kalimat: مَا أَحْسَنَ اللَّبَنَ (maa ahsana al-labana).
    Artinya: Betapa baik (manis) susu itu!



    9. Fi'il : سَرُعَ - يَسْرُعُ (saru'a - yasru'u), dengan kata lain  cepat (menjadi cepat).

    Faa'il : سَرِيْعٌ (sarii'un), dengan kata lain  cepat.

    Fi'il ta'ajjub : مَا أَسْرَعَ

    Contoh kalimat: مَا أَسْرَعَ هَذِهِ السَّيَّارَةَ (maa asra'a haadzihis sayyaarata)
    Artinya: Betapa cepat laju mobil ini!



    10. Fi'il : وَسِخَ - يَوْسَخُ (wasikha - yuusakhu), dengan kata lain  menjadi kotor.

    Faa'il : وَسِخٌ (wasikhun), dengan kata lain  kotor (yang kotor).

    Fi'il ta'ajjub: مَا أَوْسَخَ

    Contoh kalimat: مَا أَوْسَخَ هَذَا القَمِيْصَ (maa ausakha haadza al-qamiisha).
    Artinya: Betapa kotornya pakaian ini!



    11. Fi'il : نَظُفَ - يَنْظُفُ (nazhufa - yanzhufu), dengan kata lain  : menjadi bersih.

    Faa'il : نَظِيْفٌ (nazhiifun), dengan kata lain  bersih (yang bersih).

    Contoh kalimat fi'il ta'ajjub : مَا أَنْظَفَ هَذَا الْفَصْلَ (maa anzhafa haadzal fashla).
    Artinya: Betapa bersihnya ruang belajar  (ruangan) ini!




    12. Fi'il : قَبُحَ - يَقْبُحُ (qabuha - yaqbuhu), dengan kata lain  menjadi jelek; buruk.

    Faa'il : قَبِيْحٌ (qabiihun), dengan kata lain  jelek (yang buruk).

    Fi'il ta'ajjub : مَا أَقْبَحَ

    Contoh kalimat: مَا أَقْبَحَ الْجَهْلَ (maa aqbaha al-jahla).
    Artinya : Betapa buruknya ketidaktahuan  itu!



    13. Fi'il : جَهِلَ - يَجْهَلُ (jahila - yajhalu), dengan kata lain  tidak mengetahui; bodoh.

    Faa'il : جَاهِلٌ (jaahilun), dengan kata lain  orang yang tidak mengetahui; bodoh.

    Fi'il ta'ajjub: مَا أَجْهَلَ هَذَا الرَّجُلَ (maa ajhala haadzar rajula).
    Artinya: Betapa bodohnya pemuda ini!



    Rangkuman fi'il ta'ajjub

    1. Wazan fi'il ta'ajjub مَا أَفْعَلَ ialah  untuk fi'il yang tersusun dari tiga huruf   yang pribumi  (fi'il tsulaatsi mujarrad).

    2. objek yang dita'ajubi dalam suasana  manshub.

    3. Salah satu faedah  harf مَا (maa) ialah  untuk fi'il ta'ajjub, faedah  huruf   مَا lainnya bisa  dibaca di materi latihan  berikut: Fungsi dan pemakaian  huruf   maa ( مَا )