1. PENGERTIAN DASAR
A. Apa itu ‘Adad (العدد) ?
‘Adad adalah kata bilangan dalam bahasa Arab yang digunakan untuk menyatakan jumlah.
Contoh dalam bahasa Indonesia:
* satu, dua, tiga, empat, dst.
Sebuah blog yang menjadi tempat belajar bahasa Arab online, di blog ini penulis menyajikan ilmu nahwu, sharaf, dan beberapa materi yang berhubungan dengan cara belajar Bahasa Arab yang efisien dan mudah.
1. PENGERTIAN DASAR
A. Apa itu ‘Adad (العدد) ?
‘Adad adalah kata bilangan dalam bahasa Arab yang digunakan untuk menyatakan jumlah.
Contoh dalam bahasa Indonesia:
* satu, dua, tiga, empat, dst.
🌟 Apa itu Kalimat yang Mempunyai Mahal I‘rob?
Dalam ilmu nahwu, i‘rob adalah perubahan akhir kata karena perubahan posisi (fi‘il, fa‘il, maf‘ul, dsb).
Nah, kalimat terdiri dari beberapa kata. Sebagian kalimat masuk sebagai satu posisi dalam kalimat besar, sehingga mereka mempunyai tempat (mahal) i‘rob, meskipun akhiran katanya tidak berubah.
👉 Jadi:
Jamak Shohihul Akhir wa Syibhuhu dalam Ilmu Nahu merupakan istilah yang digunakan dalam konteks pembahasan tata bahasa Arab, khususnya dalam penggabungan dua kata yang berfungsi sebagai objek atau kata yang terkait satu sama lain dalam suatu kalimat. Penjelasan rinci tentang hal ini lebih mengarah pada pembahasan kata benda dalam bentuk “al-jumlah al-ismiyyah” atau kalimat nominal yang mengandung dua kata benda dalam bentuk “jamak” atau penggabungan.
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia yang sangat urgen dan fundamental, sehingga bahasa diperlukan untuk berkomunikasi antar manusia dari berbagai negara, salah satunya bahasa barat (Bahasa Inggris) dan bahasa timur tengah (Bahasa Arab), maka yang dibutuhkan pertama kali adalah kamus untuk memahami kedua bahasa tersebut.
Berikut ini adalah kamus tiga bahasa yang disertai dengan gambar untuk memudahkan siswa dalam memahami isi kosa kata yang ada.
LINK DOWNLOAD KAMUS TIGA BAHASA
Nama kitab: Terjemah Qowaidul I’lal, Qawaid al-I'lal fis Sharfi, Qawaidul Iklal, Qowaidul Ilal, Kawaidul I'lal
Kitab Syarah Ibnu Aqil (شرح ابن عقيل) merupakan salah satu kitab yang menjadi penjelas dari nadzom Alfiyah ibnu Malik (الفية ابن مالك). Di Indonesia sendiri, banyak sekali pesantren yang menjadikan nadzom alfiyah yang berjumlah ini sebagai hafalan wajib bagi santri-santrinya. Kitab Syarah Ibnu Malik merupakan kitab karangan Syekh Bahauddin Abi Muhammad Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah Al-Aqili (الشيخ بهاء الدين أبي عبد الله بن عبد الرحمن بن عبد الله العقيلي).
Alfiyah Ibnu Malik (ألفية ابن مالك) atau lengkapnya adalah Al-Khulasa al-Alfiyya adalah buku syair (berirama) tentang tata bahasa Arab dari abad ke-13. Kitab ini ditulis oleh seorang ahli bahasa Arab kelahiran Jaén, Spanyol yang bernama Ibnu Malik (w. 672 H /22 Februari 1274 M).[1] Bersama dengan kitab Al-Ajurrumiyah, Kitab Alfiyah adalah di antara kitab dasar untuk dihapalkan bagi santri di pesantren selain Al-Qur'an.
Kitab ini setidaknya memiliki 43 kitab penjelasan (syarah) dan merupakan salah satu dari dua buku dasar pendidikan bahasa Arab untuk pemula dalam masyarakat Arab hingga abad ke-20. Ketika pada abad ke-20, kurikulum pendidikan mulai tergeser dengan kurikulum kolonial, seperti masuknya kurikulum sekolah Prancis untuk kasus yang terjadi di Maroko.[2]
LINK DOWNLOAD TERJEMAH KITAB ALFIYAH IBNU MALIK :
Kitab Nahwu yang diajarkan di Pondok Pesantren Indonesia adalah kitab Nahwu Wadhih, yang merupakan karya dari dua pakar bahasa dari Mesir, yaitu DR. Ali Al-Jarimi dan DR. Musthafa Amin. Kitab ini digunakan sebagai bahan ajar untuk santri dari kelas II sampai kelas VI di pondok pesantren tersebut.
Meski tidak setenar kitab Alfiyyah, al-Imrithy, atau Jurumiyyah, kitab Nahwu Wadhih memiliki keunggulan yang tidak bisa dipandang remeh. Kitab ini memiliki sistematika penulisan yang sistematis dan bertahap antar babnya, sehingga santri dapat memahami materi dengan lebih mudah dan terstruktur.
Keunggulan kitab ini yang paling menonjol adalah banyaknya contoh dan variasi contoh kalimat yang begitu variatif. Hal ini sangat membantu santri untuk memahami dan menerapkan kaidah-kaidah nahwu dengan lebih baik. Selain itu, susunan bahasa yang mudah dipahami dan kaidah yang disertakan sesudah penjelasan membuat kitab ini sangat mudah dipelajari oleh santri .
Di akhir tiap bab, terdapat latihan-latihan yang sangat memadai yang dapat membantu santri untuk mempraktikkan materi yang telah dipelajari. Selain itu, cara mengi’rob kalimat dan contoh-contohnya juga sarat dengan nilai pendidikan, sehingga santri tidak hanya dapat memahami materi nahwu dengan baik, tetapi juga dapat memperoleh nilai-nilai pendidikan yang positif dari kitab ini.
Berikut adalah beberapa keunggulan kitab Nahwu Wadhih dan penjelasan singkatnya;
Banyak contoh.
Kitab Nahwu Wadhih memiliki banyak contoh yang menjelaskan kaidah-kaidah nahwu dengan jelas dan mudah dipahami. Contoh-contoh ini sangat membantu santri untuk memahami kaidah-kaidah tersebut dan menerapkannya dalam pembuatan kalimat. Selain itu, contoh-contoh yang ada di dalam kitab Nahwu Wadhih juga cukup beragam sehingga santri dapat lebih memahami konsep-konsep nahwu dengan lebih baik.
LINK DOWNLOAD KITAB NAHWU WADHIH :
Qawaidul Imla' adalah kaidah-kaidah menulis secara konvensional dalam bahasa Arab. Ilmu Rasm menyebut kaidah ini dengan Rasm Qiyasi.
Identitas Kitab:
Ilmu nahwu dan sharaf seperti dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan, sebagaimana dikatakan dalam ungkapan populer di lingkungan pesantren. Nahwu dianggap sebagai bapak ilmu-ilmu, sementara Sharaf adalah ibunya. Seolah-olah, keduanya saling melengkapi untuk membentuk fondasi kokoh bagi pemahaman ilmu syariah, khususnya dalam membaca kitab turats berbahasa Arab.
Ilmu nahwu menjadi kunci untuk memastikan ketepatan susunan kata dalam kalimat Arab, sedangkan ilmu sharaf mempelajari perubahan bentuk kata dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Keduanya bersatu dalam keharmonisan gramatika Arab, membantu pemahaman dan penafsiran teks-teks kitab turats dengan lebih baik.
Salah satu kitab yang kerap menjadi panduan bagi pemula dalam mempelajari ilmu sharaf adalah "al-Amtsilah at-Tashrifiyah." Dikarang oleh KH Muhammad Ma’shum bin Ali pada usia 19 tahun, kitab ini menjadi pedoman awal para pelajar pemula di pesantren. KH Ma’shum, yang lahir di Maskumambang, Gresik, merupakan menantu dari Hadratussyekh KH Hasyim Asyari dan wafat pada 24 Ramadhan 1351 atau 8 Januari 1933.
Bagian penting dari analisis tata bahasa Arab adalah pemahaman tentang struktur kalimat yang membentuk dasar komunikasi tertulis dan lisan. Salah satu konsep penting dalam tata bahasa Arab yang memungkinkan kita mengurai makna dari kalimat adalah Mubtada Khobar. Mubtada Khobar adalah poin penting yang patut dipahami.Mubtada Khobar adalah konsep fundamental dalam ilmu tata bahasa Arab yang membahas hubungan antara subjek dan predikat dalam kalimat. Dalam konteks ini, Mubtada merujuk pada unsur yang berperan sebagai subjek kalimat, sementara Khobar adalah predikat yang memberikan informasi tentang Mubtada.
Al-Masdar ( الْمَصْدَرْ ) ialah kalimah Isim merupakan bentuk asal atau akar kepada semua kalimat samada Isim (Kata benda) atau Fi’il (Perbuatan). Tidak ada peraturan tetap mengenai bentuknya dan kebanyakkannya hanya menurut ukuran kebiasaan yang didengar ( سَمَاعِيٌ ) penggunaannya oleh orang-orang Arab.
Pada pelajaran terdahulu telah dipelajari bahawa Fi’il itu ada Tsulatsi, Rubaa’i, Khumassi dan Sudaasi. Maka Masdar bagi semua perkataan tersebut adalah berdasarkan jenis-jenis fi’ilnya juga. Fi’il-fi’il selain Tsulatsi mempunyai bentuk-bentuk yang boleh dibandingkan (qiaskan). Maka semua fi’il-fi’il yang sempurna samada Mujarrad atau Mazid, ada mempunyai Masdar belaka.
Contoh Masdar bagi Fi’il Tsulatsi (tiga huruf)
| Keluaran | خُرُوْجًا | <– | خَرَجَ | Dia telah keluar |
| Tulisan | كِتَابَةٌ | <– | كَتَبَ | Dia telah menulis |
| Pendengaran | سَمْعٌ | <– | سَمِعَ | Dia telah mendengar |
| Puasa | صِيَامًا | <– | صَامَ | Dia telah berpuasa |
| Pengetahuan | عِلْمًا | <– | عَلِمَ | Dia telah mengetahui |
| Aniaya | ظُلْمًا | <– | ظَلَمَ | Dia telah aniaya |
Sungguh pun begitu, biasanya Masdar Tsulatsi itu terikut2 pula Wazannya dengan perkara-perkara berikut:-
1. Yang menunjukkan kegiatan pekerjaan, wazan nya: فِعَالَةٌ
Contoh: تِجَارَةٌ = Perdagangan; زِرَاعَةٌ = Pertanian.
2. Yang menunjukkan keengganan (menolak), wazan nya: فِعَالٌ
Contoh: إِبَآءٌ = Menolak; شِرَادٌ = Lari.
3. Yang menunjukkan bergoncang (getaran), wazan nya: فَعَلاَنٌ
Contoh: غَلَيَانٌ = Mendidih; جَوَلاَنٌ = Berputar-putar.
4. Yang menunjukkan penyakit (sakit), wazan nya: فُعَالٌ
Contoh: صُدَاعٌ = Pening; زُكَامٌ = Selsema.
5. Yang menunjukkan perjalanan, wazan nya: فَعِيْلٌ
Contoh: رَحِيْلٌ = pemergian; ذَمِيْلٌ = beransur-ansur.
6. Yang menunjukkan kepada suara, wazan nya: فُعَالٌ ، فَعِيْلٌ
Contoh: صُرَاخٌ = jeritan; زَئِيْرٌ = raungan.
7. Yang menunjukkan kepada warna, wazan nya: فُعْلَةٌ
Contoh: خُضْرَةٌ = hijau; حُمْرَةٌ = merah.
Jika tidak menunjukkan sesuatu, maka biasanya ialah:-
1. Pada فَعُلَ Masdarnya ialah فُعُوْلَةٌ atau فَعَالَةٌ
Contoh: خُضْرَةٌ = kemudahan; حُمْرَةٌ = kepintaran.
2. Pada فَعِلَ Masdarnya ialah فَعَلٌ
Contoh: فَرَحٌ = sukacita; عَطَشٌ = kedahagaan.
3. Pada فَعَلَ Masdarnya ialah فَعُوْلٌ
Contoh: قُعُوْدٌ = duduk; خُرُوْجٌ = keluar.
4. Pada Fi’il Mubta’addi yang berwazan: فَعِلَ dan فَعَلَ maka Masdarnya ialah فَعْلٌ atau فُعْلٌ
Contoh: شُكْرٌ = kesyukuran; نَصْرٌ = pertolongan.
KEGUNAAN DAN PEKERJAAN MASDAR
Masdar itu bekerja seperti kerja Fi’ilnya juga, iaitu ada mempunyai Faa’il(orang atau benda yang mengerjakan Perbuatan atau bersama mengerjakannya) dan Maf’ul (orang atau benda yang dikerjakan atau diperbuat).
Contoh:
1. Bila Masdar itu Mudhaf atau bersandar kepada Faa’ilnya, seperti:-
لَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ
Jikalau tidak penolakan Allah (akan) manusia…
(a) دَفْعُ itu Masdar dan Mudhaf (bersandar) kepada اللهِ
(b) اللهِ itu Faa’il bagi penolakan.
(c) النَّاسَ itu Maf’ul bagi دَفْعُ
2. Bila Masdar itu Idhafah (sandaran) pada Maf’ulnya atau dimasuki ال; seperti:-
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ
Dan bagi Allah (wajib) atas manusia menuju (ke)Rumah Allah.
(a) حِجُّ itu Masdar dan Mudhaf (bersandar) pada الْبَيْتِ
(b) الْبَيْتِ itu dimasuki ال atau Idhafah (sandaran) bagi حِجُّ
3. Bila Masdar itu bukan Mudhaf dan tidak dimasuk ال maka Masdar itu bekerja seperti Fi’il Amr atau Fi’il Nahyi (suruh atau tegah), seperti:-
صَبْرًا لآَ جَزَعًا
Sabarlah jangan gelisah.
(a) صَبْرًا itu Masdar yang bukan Mudhaf dan tidak dimasuki ال maka dia (Masdar) itu bererti Menyuruh.
Syarat-syarat yang membolehkan Masdar itu bekerja seperti Fi’ilnya ialah:-
1. Bila ditempat Masdar itu boleh dimasuki Fi’il beserta أَنْ atau مَا
(a) Seperti contoh yang lalu: لَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ boleh dimasuki Fi’il serta أَنْ, seperti berikut:
لَوْلاَ أَنْ يَدْفَعَ اللهِ النَّاسَ
(b) Seperti : ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ boleh dimasuki Fi’il serta مَا, seperti berikut:
ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِمَاأَمَتْنَاكُمْ
2. Bila Masdar itu semata-mata menggantikan Fi’ilnya, seperti susunan percakapan berikut:-
حَبْسًا النِّصَّ (tahanlah perompak itu), maka حَبْسًاَّ itu semata-mata menggantikan perkataan Fi’il Amr (Suruh).
Jika syarat-syarat diatas tidak ada maka Masdar itu tidaklah bekerja seperti kerja Fi’ilnya. Masdar yang demikian adalah seperti berikut:-
(a) Masdar yang menunjukkan Muakkad (Menguatkan) seperti:-
دَمَّرْنَاهُم تَدْمِيْرَا
Telah membinasakan Kami (akan) mereka (secukup-cukup) kebinasaan.
وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ تَرْتِيْلاً
Bacalah oleh engkau (akan) Al-Quran (dengan sungguh-sungguh) bacaannya.
(b) Masdar yang menunjukkan bilangan, seperti:-
فَهَّمْتُهُ تَفْهِيْمَتَيْنِ الْحَقِيْقَةَ
Dan telah aku beri fahaman kepadanya dua kali fahaman (akan) hakikatnya.
(c) Masdar yang sunyi dari apa-apa kejadian, seperti:-
وَلَهُ صَوْتَ سَبُعٍ
Dia mempunyai suara (seperti) suara singa jantan.
Beberapa contoh dari Al-Quran:
هَذَا خَلْقُ اللَّهِ
ini (semuanya adalah) ciptaan Allah (31:11)
إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا
Sesungguhnya perbuatan membunuh mereka adalah satu kesalahan yang besar (17:31)
تُوبُواْ إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
bertaubatlah kamu kepada Allah dengan ” taubat Nasuha” (66:8)
إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّى
Sesungguhnya amal usaha kamu adalah berbagai-bagai keadaannya (92:4)
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا
Sesungguhnya Kami telah membuka bagi perjuanganmu (wahai Muhammad) satu jalan kemenangan yang jelas nyata (48:1)
وَصَدٌّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ
tetapi menghalangi (orang-orang Islam) dari jalan Allah dan kufur kepadaNya (2:217)
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا
(iaitu) orang-orang yang menyebut dan mengingati Allah semasa mereka berdiri dan duduk (3:191)
وَذَلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ
Dan inilah sangkaan kamu, yang kamu sangka (41:22)
Masdar Marrah ialah Masdar yang menunujukkan Bilangan, samada satu, dua atau beberapa kali pun. Wazan bagi Masdar Marrah itu ialah:-
(a) Bagi Tsulatsi فَعْلَةٌ contohnya:-
سَجَدْتُ سَجْدَةٌ
Telah sujud aku satu sujud.
سَجَدْتُ سَجْدَتَيْنِ
Telah sujud aku dua kali sujud.
سَجَدْتُ ثَلاَثَ سَجَدَاتٍ
Telah sujud aku tiga kali sujud.
(b) Bagi yang bukan Tsulatsi, hanya dengan menambah huruf
ة sahaja pada Masdar biasa, contohnya:-
إِسْتَغْفَرْتُ إِسْتِغْفَارَةٌ
Telah minta ampun aku (sekali) minta ampun.
إِسْتَغْفَرْتُ إِسْتِغْفَارَتَيْنِ
Telah minta ampun aku (2 kali) minta ampun.
إِسْتَغْفَرْتُ إِسْتِغْفَارَاتٍ
Telah minta ampun aku (3 kali) minta ampun.
Masdar Hai-ah ialah Masdar yang menunujukkan cara atau keadaan Fi’il. Wazan bagi Masdar Hai-ah itu ialah:-
(a) Bagi Tsulatsi فِعْلَةٌ
contohnya:-
أَسْجُدُ سَجْدَةَ الرَّسُوْلِ
Sujudlah (secara) sujud Rasul….
(b) Bagi yang bukan Tsulatsi, hanya dengan menambah ة sahaja pada Masdar biasa (seperti Marrah). Untuk membezakan anatara Marrah dan Hai-ah ialah dengan memerhatikan bentuk susunan ayatnya, seperti:-
إِنْطَلِقْ إِنْطِلاَقَ المُسْلِمِ
Berangkatlah oleh engkau (sebagaimana) keberangkatan orang Muslim.
Nota: Masdar Hai-ah ini juga disebut Masdar Nau-i مَصْدَرُالنَّوْعِ
Masdar Mimi ialah Masdar yang dimulakan dengan tambahan Mim ( م) . Wazan bagi Masdar Mimi adalah seperti berikut:-
(a) Jika dari Fi’il Tsulatsi, wazannya ialah: مَفْعَلٌ; seperti:-
| Pukulan | مَضْرَبٌ |
| Pendapat | مَذْهَبٌ |
| Keluar atau Pergi | مَخْرَجٌ |
| Kata-Kata | مَقَالٌ |
| Pandangan | مَنْظَرٌ |
(b) Dari Fi’il Tsulatsi Mujarrad dan berwazankan مَفْعِلٌ; seperti:-
| Kejatuhan | مَوْقِعٌ |
| Letakkan | مَوْضِعٌ |
| Perjanjian | مَوْعِدٌ |
| Ketakutan | مَوْجِلٌ |
(c) Jika selain Fi’il Tsulatsi Mujarrad, maka wazannya hanya dengan mengikut Isim Maf’ulnya; seperti:-
Yang diperolokkan = مُسْتَهْزَئٌ
Ada satu jenis Masdar lagi yang dinamakan MASDAR SINAA’I (مَصْدَرُالْصِنَاعِىُّ ) iaitu dengan tambahan ( ىّ ) yang berttasydid dan selepasnya ditambah ( ـة ); seperti:-
| Kemanusiaan | إِنْسَانِيَّةٌ | <– | إِنْسَانٌ | Manusia |
| Kemerdekaan | حُرِّيَّةٌ | <– | حُرٌّ | Merdeka |
Isim Masdar itu berbeda dengan Masdar. Isim Masdar ialah perkataan yang menunjukkan makna Masdar dan ia kurang satu huruf dari pada bilangan huruf Fi’ilnya. Contohnya:-
| Makna | اسم مصدر | مصدر | فعل ماض |
| Pemberian | عَطَاءٌ | إِعْطَاءٌ | أَعْطَى |
| Pertolongan | عَوْنٌ | إِعَانَةٌ | أَعَانَ |
| Selawat | صَلاَةٌ | تَصْلِيَةٌ | صَلَّى |
| Sejahtera | سَلآمٌ | تَسْلِيْمًا | سَلَّمَ |
Perhatikan huruf-huruf pada Isim Masdar diatas kerana kurang daripada yang sepatutnya. Bagaimana pun, Isim Masdar itu bekerja seperti pekerjaan Masdar (yang bekerja seperti kerja Fi’ilnya) juga. Contohnya:-
وَمَاكَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُوْرًا
Dan tidak (sewajarnya) pemberian Tuhan (itu) terlarang (tersekat dari sesiapa pun).