Pengertian Lam Ta’lil (تعريف لام التعليل)
Lam Ta’lil yaitu lam yang berharakat kasroh yang menunjukkan makna ta’lil (sebab maupun alasan). jika kata setelah lam ta’lil berupa isim atau kata benda, maka isim tersebut harus dibaca jar, karena lam ta’lil termasuk juga huruf jar.
Contoh:
نَجْتَهِدُ
لِـنَجَاحِنَا في المُسْتَقْبَلِ
Jika setelah lam ta’lil berupa fi’il mudhori‘, maka fi’il tersebut wajib dibaca nashab dengan memperkirakan huruf an al-mudhmaroh yang dihilangkan.
Contoh:
نَجْتَهِدُ لِـنَنْجَحَ في المُسْتَقْبَلِ
Kami rajin karena ingin sukses di masa depan
Jika kita perhatikan fi’il mudhari نَنْجَحَ yang nampak terlihat dibaca nashab sebab didahului lam ta’lil. tapi, pada dasarnya dia dibaca nashab dengan huruf an al-mudhmaroh أن atau huruf an yang disembunyikan, yang jika kita tampakkan, maka akan seperti ini:
نَجْتَهِدُ لِأنْ نَنْجَحَ في المُسْتَقْبَلِ
Maka muncullah pertanyaan, manakah yang benar? Huruf أن setelah lam ta’lil lebih baik tersembunyi ataukah nampak ?
Maka jawabannya adalah hukum nampak atau tidaknya huruf أن setelah lam ta’lil keduanya boleh-boleh saja, tapi dengan catatan sebagai berikut:
Fi’il Mudhori yang manshub atau dibaca nashob dengan huruf an yang tersembunyi itu hukumnya sangat boleh. maksudnya, kita boleh saja memilih keduanya karena tidak ada larangan dan keduanya sesuai dengan kaidah nahwu.
نَجْتَهِدُ لِـنَنْجَحَ في المُسْتَقْبَلِ = نَجْتَهِدُ لِأنْ نَنْجَحَ في المُسْتَقْبَلِ
2. Kaidah Lam Ta’lil (لِ) dan Kay (كي)
Lam ta’lil biasanya bersanding dengan كَيْ mashdary, oleh karena itu biasa disebut juga dengan istilah lam kay. Antara huruf lam dan kay secara makna tidak ada perbedaan jauh,keduanya sama-sama menunjukkan makna sebab atau alasan. tapi, dalam prakteknya dalam i’rab, antara lam dan kay memiliki perbedaan yaitu antara disatukan ataupun dipisahkan
Catatan penting:
Perlu digaris bawahi bahwa huruf كي itu ada dua macam yakni kay mashdari dan kay huruf jar. Kay yang terkadang biasa disatukan dengan lam ta’lil adalah kay mashdari.
Mari kita perhatikan dua contoh dibawah ini:
نَجْتَهِدُ كَيْ نَنْجَحَ في المُسْتَقْبَلِ
نَجْتَهِدُ لِـكَيْ نَنْجَحَ في المُسْتَقْبَلِ
Setelah kita lihat dua contoh kalimat di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa ketentuan lam ta’lil dan kay adalah sebagai berikut:
- Menjadikan kay sendiri atau tidak digabung dengan lam ta’lil.
Jika huruf tertulis tanpa ada lam ta’lil, maka kay tersebut dianggap sebagai huruf jar tapi mempunyai makna lam ta’lil. Fi’il mudhari’ yang jatuh setelahnya maka harus dibaca nashab dengan memperkirakan أن al-mudhmarah yang disembunyikan. Contoh:
نَجْتَهِدُ كَيْ نَنْجَحَ في المُسْتَقْبَلِ
نَجْتَهِدُ كَيْ أنْ نَنْجَحَ في المُسْتَقْبَلِ
Coba kita lihat perincian ‘irab nya:
: فعل + فاعل نَجْتَهِدُ
: حرف جر كَيْ
: فعل مضارع منصوب بأن المضمرة نَنْجَحَ
ومصدر مؤول ” كَيْ أنْ نَنْجَحَ” في محل جر بدخول كي
- Menjadikan huruf kay sebagai huruf mashdari
كَيْ mashdari mempunyai tugas menashabkan fi’il mudhari’ seperti halnya أن. Dalam penggunaanya كَيْ harus disandingkan dengan lam ta’lil, baik itu terlihat atau tersembunyi (diperkirakan).
Pada contoh ini, sudah tidak ada lagi أن mashdari yang dikira-kirakan karena كي sendiri termasuk huruf mashdri yang dapat menashabkan fi’il mudhari’ secara langsung.
نَجْتَهِدُ كَيْ نَنْجَحَ في المُسْتَقْبَلِ
Coba kita perkiraan jika diubah kedalam bentuk mashdar sharih (jelas), maka menjadi:
نَجْتَهِدُ لِنَجَاحِنا في المُسْتَقْبَلِ
No comments:
Post a Comment